Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Jalan Begawan Pendidikan, Prof. Winarno Surakhmad

1 Juli 2016   20:00 Diperbarui: 5 Juli 2016   12:09 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Baru lepas magrib hari ini, Jumat 1 Juli 2016, berita duka itu saya baca: tokoh pendidikan nasional, Prof. Dr. Winarno Surakhmad meninggal dunia tadi pagi pukul 10. 47 WIB di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Selatan.

Prof. Winarno dijuluki begawan pendidikan karena dedikasi dan integritasnya untuk memajukan pendidikan nasional. Beliau adalah mantan rektor IKIP Jakarta, juga mantan Ketua PGRI. Sampai akhir usianya, beliau masih menjadi penasihat PGRI dan pembina Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia.

Sembari berdoa dalam hati, semoga karena amal baiknya maka arwahnya diterima di sisi Tuhan YME, saya teringat kenangan kecil tahun 1988 di Salatiga.

Waktu itu saya termasuk salah seorang yang sungguh beruntung menjadi mahasiswanya di UKSW Salatiga. Pak Win, begitu kami biasa menyapa beliau, waktu itu mengampu mata kuliah "Pendidikan dan Pembangunan".

Pada tahun 1988 itu, Pak Win kebetulan sedang diminta UKSW untuk membantu pengembangan FKIP di universitas tersebut.

Ada dua hal yang sangat membekas dalam ingatan saya dari perkuliahan Pak Win waktu itu.

Pertama, terkait substansi perkuliahan, saya ingat beliau menegaskan tiga masalah utama yang harus di atasi dulu, untuk meningkatkan kontribusi pendidikan pada pembangunan nasional. Tiga masalah itu adalah: guru, guru, dan guru.

Kami tertawa mendengar pernyataan Pak Win, sebelum kemudian beliau menjelaskan maksudnya. "Perlu terlebih dahulu meningkatkan ekonomi, kompetensi, dan integritas guru," terang Pak Win.

Saya kira, pernyataan Pak Win itu masih relevan sampai sekarang. Ekonomi guru kita masih tergolong lemah. Kompetensinya masih pas-pasan. Dan integritasnya masih rendah, terindikasi dari antara lain maraknya tradisi nyontek di sekolahan.

Kedua, terkait metode perkuliahan, untuk pertama kalinya dari beliau saya mengalami kuliah melalui media audio visual. Waktu itu Pak Win sedang bertugas ke luar negeri. Agar kuliah tetap berjalan, maka beliau merekam kuliahnya dalam pita video Betamac. Maka jadilah saya dan teman-teman mengikuti perkuliahan beliau melalui tontonan video.

Sekarang saya tersadar, waktu itu beliau sebenarnya sedang mengajarkan dasar-dasar metode kuliah masa depan kepada kami. Seiring perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, kini jarak dan waktu bukan lagi kendala dalam perkuliahan. Wujudnya antara lain adalah Universitas Terbuka yang memungkinkan perkuliahan jarak jauh. Juga berbagai bentuk tutorial yang kini dengan mudah dapat diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja.

Saya sungguh beruntung pernah diajar oleh Pak Win, begawan pendidikan nasional kita. Melalui perkuliahan beliau, saya tidak saja memperoleh pemahaman mengenai kondisi pendidikan waktu itu (existing condition). Tapi juga gambaran tentang pendidikan masa depan. Dan saya lebih beruntung lagi, bisa melihat pola pendidikan masa depan yang digambarkan Pak Win itu hari-hari ini.

Saya pikir, tanpa menafikan masih banyaknya kelemahan praktek pendidikan kita kini, yang membuat Pak Win tetap kritis hingga akhir hayatnya, beliau sudah bisa tersenyum melihat begitu banyak kemajuan yang telah dicapai di dunia pendidikan kita.

Pak Win telah pergi ke rumah Sang Pencipta pada usianya yang ke 86 tahun.

Selamat jalan ke haribaanNya, Pak Win, guru, sahabat, dan kakek kami.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun