Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Setiap Hal Adalah Puisi, Setiap Orang Adalah Penyair

3 Mei 2016   19:53 Diperbarui: 3 Mei 2016   20:06 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mari kita lawan hegemoni kaum penyair, yang menyebut diri sebagai Tuan bagi puisi, dan menyebut lian sebagai hamba bagi puisi.

Mari kita kita gelorakan sebuah gelombang perlawanan, kita tahtahkan setiap kata kita di singgasana puisi, dengan menerima setiap hal adalah puisi.

Sebab setiap hal sedari mula telah dijadikanNya indah. Riak laut berkejaran ajek mengecup bibir pantai adalah puisi.  Desau angin menyusupi sela-sela daun hijau tusam adalah puisi. Mega berarak searah angin di kaki langit utara adalah puisi. Pasangan bangau terbang tulus lurus menuju langit  selatan adalah puisi. Kicau burung di pucuk pohon kenari tua adalah puisi. Iringan petani  di pematang melangkah pulang di rembang petang adalah puisi. Dengkur suami selepas membajak istri di hening malam adalah puisi. Barisan panjang mobil warna-warni dalam jebakan macet di jalanan adalah puisi. Anjing kurap melolong pilu di malam Jumat tigabelas kliwon adalah puisi. 

Katakanlah saja  setiap hal maka setiap hal itu tak pelak adalah puisi.  Sebab sedari mula setiap hal telah dijadikanNya puisi.

Mari kita kobarkan sebuah gerakan perlawanan, mengambil mahkota penyair dari Tuan Atas Kata-Kata Indah, dan menabalkan setiap orang sebagai penyair.

Sebab setiap orang sedari mula telah dijadikanNya penyair.  Setiap orang didaulatNya menggubah sendiri puisi kehidupannya. Sebagai air, sebagai udara, sebagai tanah, sebagai api, sebagai kayu.  Sebagai laut, sebagai langit, sebagai hutan, sebagai gunung. Sebagai mentari, sebagai bulan, sebagai bintang, sebagai lubang hitam. Sebagai cacing, sebagai  ikan, sebagai burung, sebagai rusa, sebagai macan. Sebagai katak dalam tempurung, sebagai kura-kura dalam perahu, sebagai kancil pencuri ketimun.

Setiap orang merdeka menulis hidupnya  sebagai apapun dirinya, dengan seluruh kata terindah menurut penilaian diri sendiri.  Sebutlah nama setiap orang maka setiap orang itu adalah penyair, sejalan hakekat dirinya sedari mula  dijadikanNya penyair

Maka setiap kata yang terucap oleh setiap orang adalah puisi, setiap orang yang mengucap setiap kata adalah penyair.  Setiap hal adalah puisi, setiap orang adalah penyair.  Semau gue sesuka loe.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun