Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kalau Hari Ini Pilgub DKI Jakarta, Ahok Pasti Menang

11 Maret 2016   12:34 Diperbarui: 11 Maret 2016   12:46 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahok garuk-garuk kepala.  Mungkin heran ada orang yang mengutip data sepotong-sepotong untuk tujuan menjelek-jelekkan. Kalau orang itu stafnya pasti langsung dipecat. (Sumber: metrotvnews.com)

 

Dalam beberapa hari terakhir Kompasiana menayangkan dua artikel yang mengutip hasil survei CSIS untuk menyimpulkan Ahok “tidak disukai” warga DKI dan elektabilitasnya “sangat rendah”.

Jika dua artikel itu dibaca berurutan, maka akan muncul simpulan “Ahok tidak disukai warga DKI, maka elektabilitasnya sangat rendah”.

Kesan yang hendak ditampilkan adalah: Mayoritas warga DKI membenci Ahok, karena itu tak akan memilihnya menjadi Gubernur DKI.

Benarkah begitu? Tidak! Penulis artikel itu secara sengaja mengutip secuil data hasil survei yang relevan untuk “menjelekkan” Ahok. Tujuannya untuk menyesatkan pembaca, dengan menafsir data survei secara subyektif.

Saya akan paparkan secara ringkas data hasil survei CSIS, salah satu yang dikutip penulis itu, sebagaimana telah diumumkan 25 Januari lalu. (Baca a.l.: Survei CSIS: “Elektabilitas Ahok 45%, Ridwan Kamil 15,75%”, detikNews.com, 25 Januari 2016).

Survei CSIS dilakukan tanggal 5-10 Januari 2016. Jumlah sampelnya 400 orang warga Jakarta yang telah memiliki hak pilih dalam pemilu pada 5-10 Januari 2016. Survei menggunakan metode acak dengan margin of error +/- 4,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Isi pertanyaan survey menyangkut elektabilitas(dari, popularitas dari , dan kesukaan pada tokoh-tokoh yang diperkirakan pantas maju sebagai Cagub DKI Jakarta 2017.

Pertanyaannya bersifat terbuka, tidak menawarkan sejumlah nama sebagai pilihan. Jadi responden bebas menyebut nama tokoh. Tim CSIS kemudian mengolah jawaban sehingga didapatkan 12 nama tokoh. Mereka adalah Ahok, Ridwan Kamil, Risma, Adhyaksa Dault, Hidayat Nur Wahid, Tantowi Yahya, Lulung, Nachrowi Ramli, Alex Noerdin, Djarot Saiful, Djan Faridz dan Sandiaga Uno.

Lalu dilakukan simulasi atas 12 nama itu untuk mengitung elektabilitas masing-masing sebagai Cagub DKI. Hasilnya Ahok mencapai angka elektabilitas tertinggi yaitu 43.25%. Menyusul jauh di bawahnya Ridwan kamil 15.75%, dan Risma 7.75%.

Berdasar angka itu, bisa disimpulkan, kalau Pilgub DKI diselenggarakan tanggal 5-10 Januari 2016, maka dipastikan Ahok akan keluar sebagai pemenang.

Sahihkah menyimpulkan elektabilitas Ahok “sangat rendah” berdasar data hasil survey CSIS itu. Tentu saja tidak. Pembandingannya harus kepada tokoh lain. Bukan ke angka total 100%. Data survei itu menunjukkan bahwa dibanding tokoh lain, termasuk Ridwan kamil dan Risma, elektabilitas Ahok “sangat tinggi”. Apalagi jika dibanding pada Adhyaksa (4.25%), Haji Lulung (2.25%), dan Djarot (1.0%).

Sahihkah membanding elektabilitas Ahok sekarang dan elektabilitas Risma dulu waktu mau mencalonkan diri lagi menjadi Walikota Surabaya? Itu konteks dan konstelasi sosial-politiknya sungguh beda. Jadi, jawabnya, “Tidak sahih.” Maka tak perlu dibahas.

Bagaimana dengan popularitas? Hasil survey menunjukkan Ahok yang paling populer pada angka 94%. Di bawahnya menyusul Tantowi Yahya (81%), Ridwan Kamil (71.25%), Lulung (69.25%), Risma (63.75%), Adhyaksa (50.75%), dan Sandiaga Uno (20.75%).

Popularitas itu hanya semata menunjuk pada tingkat “keterkenalan” seseorang. Jadi, barang siapa yang paling sering tampil di ruang publik, baik langsung maupun lewat media massa, dialah yang paling dikenal atau “populer”.

Sangat logis jika Ahok tampil yang paling populer. Karena pemberitaan tentang dia memang paling tinggi dibanding yang lainnya. Lagi pula, sangat sedikit warga Jakarta yang tak kenal siapa itu Ahok.

Kendati Ahok paling populer, tak berarti dia paling disuka. Tokoh yang paling disuka menurut hasil survei CSIS itu adalah Risma dengan angka 85.54%. Ridwan ada di urutan kedua dengan angka 85.02%. Barulah Ahok di urutan ketiga dengan angka 71.39%.

Perhatikan bahwa di sini tak ada korelasi antara tingkat elektabilitas dan tingkat kesukaan. Mengapa? Karena tingkat kesukaan itu menilai personalitas. Sudah pasti mayoritas orang lebih suka pada personalitas yang ramah dan santun seperti Risma dan Ridwan, ketimbang peronalitas yang pemarah dan kasar separti Ahok.

Harap dicatat, responden mengungkapkan kesukaannya pada peronalitas seseorang. Bukan kesukaannya pada seseorang untuk menjadi Gubernur DKI. Pertanyaan survei itu kurang lebih adalah “Siapa tokoh yang paling Anda sukai?” Bukan “Siapa yang Anda paling sukai untuk menjadi Gubernur DKI mendatang?”

Pertanyaan terakhir ini adalah pertanyaan untuk mengukur elektabilitas. Jawabannya sudah jelas: “Ahok!”(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun