Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sarwo Prasojo Sudah Menulis Novel Tahun 1976

6 Februari 2016   15:44 Diperbarui: 14 Juni 2016   14:00 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[HRM #Terakhir]

Selalu ada upah untuk sebuah kebaikan. Kendati kebaikan itu diniatkan berpamrih. Upah itulah nilai pamrihnya.

Poltak sadar benar prinsip pamrih itu. Maka, waktu kelas 2 SMA di Porsea, Toba tahun 1970-an akhir, dipraktekkannya prinsip itu pada guru Bahasa Indonesia (BI).

Pasalnya, nilai ulangan BI-nya selalu jeblok. Paling tinggi 6 dari skala 0-10.

"Saatnya menanam kebaikan," pikir Poltak. Dia tahu guru BI-nya, Pak Sim, gila baca novel. Poltak sendiri baru mendapat hadiah novel Motinggo Busye, "Regina, Regina Tercinta" (Pancar Kumala, 1976), dari pamannya yang baru pulang dari Medan.

"Bah, novel bagus pasti ini. Pengarangnya top!" sambut Pak Sim antusias, saat Poltak mengangsurkan novel itu ke hadapannya, pagi hari saat pelajaran BI akan dimulai.

"Anak-anak, buka buku pelajaran halaman 33. Kerjakan soal latihan Bagian A nomor 1 sampai 20. Jangan ribut!"

Lalu tenggelamlah Pak Sim di lautan kata-kata novel Motinggo. Dan bersuka-rialah Poltak dan teman sekelasnya. Karena hari itu pengambilan nilai baca puisi dibatalkan. Pak Sim memilih untuk baca novel saja. Itu upah pertama untuk Poltak.

Upah kedua diterima saat ulangan akhir semester BI. Salah satu nomor soal pilihan ganda berbunyi begini: Novel "Regina, Regina Tercinta" adalah karangan novelis bernama: (A) Ashadi Siregar, (B) Motinggo Busye, (C) Remy Sylado, (D) Sarwo Prasojo.

Tentu saja Poltak bergembira-ria dengan soal itu. Itu adalah upahnya berkat meminjamkan novel "Regina, Regina Tercinta" kepada Pak Sim.

Lalu, sambil tertawa gembira dalam hati, dengan sangat yakin dilingkarinya jawaban ini: (D) Sarwo Prasojo.(*)

*)Pesan revolusi mental: Ada saatnya untuk berhenti, dan hari inilah saat terbaik untuk saya berhenti menulis seri Humor Revolusi Mental.

Terimakasih setulusnya kepada rekan-rekan Kompasianer yang telah menjadi pembaca setia humor-humor saya yang kerap kali tak ada lucunya.

Terimakasih juga kepada Admin K karena tak pernah menghapus satupun nomor Humor Revolusi Mental, sekalipun mutunya picisan abis.

Nomor HRM Terakhir ini saya dedikasikan khusus untuk rekan Kompasianer Sarwo Prasojo, karena pernah saya janjikan cerpen karangan saya untuk jadi rujukan cerpen yang baik untuknya. Anggapan saja HRM Terakhir ini cerpen picisan kwaliteit terbaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun