([ME4JKW #003]
Â
Mohon tak mengartikan judul artikel ini secara harafiah. Sudah pasti tak ada warga atau pemerintah suatu negara di dunia ini yang menjual ginjal manusia demi membiayai pembangunan transportasi Kereta Cepat. Tidak juga warga atau pemerintah Indonesia.
Tapi, bahwa ada sekurangnya 15 orang warga miskin di pedesaan Jawa Barat yang menjual ginjal Rp 70 juta per buah karena tekanan kemiskinan, itu adalah fakta (tribunnews.com, 1/2/16).
Bisa disimpulkan, perolehan nilai rupiah dari jasa dan produk yang mereka hasilkan atau tawarkan selama ini jauh dari cukup untuk mengangkat taraf hidup keluarganya melewati sedikit garis kemiskinan.
Ada pertanyaan yang dapat diperdebatkan jawabannya. Lebih hina mana, menyewa-pakaikan organ seksual alias melacur ataukan menjual organ tubuh semisal ginjal?
Kalau seseorang menyewa-pakaikan organ seksualnya, dia tak kehilangan organ seksualnya tapi kehilangan kehormatannya.
Kalau seseorang menjual organ ginjalnya, dia tak hanya kehilangan organ ginjalnya tetapi juga kehormatannya sekaligus.
Jadi, simpulkan saja sendiri siapa yang lebih hina dari keduanya. Semua organ tubuh, apapun itu, sama nilai luhurnya sebagai amanah Tuhan kepada manusia. Ini pemahaman saya.
Pertanyaannya, pertama, mengapa warga miskin di pedesaan Jawa Barat itu tega menghinakan diri dengan menjual ginjalnya? Kedua, ada yang terjadi dengan komitmen pemerintahan Jokowi terhadap penanggulangan kemiskinan, sampai-sampai orang miskin itu harus cari solusi dengan cara menjual ginjalnya.
Tak Jual Pasti Mati, Jual Mungkin Mati