Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Money

Humor Revolusi Mental #093: Ini Pabrik Tenun, Bukan Pesta Adat!

28 Juli 2015   12:31 Diperbarui: 11 Agustus 2015   20:47 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

Jika buruh pabrik punya adat yang baik , maka dampaknya akan baik bagi kinerja perusahaan. Tapi kalau buruh pabrik mencampur-adukkan nilai-nilai adat dan nilai-nilai organisasi pabrik, maka bisa berdampak buruk pada kinerja perusahaan.

Hal terahir ini terjadi pada Ompu Sopar, salah seorang paman Si Poltak, yang memiliki pabrik tenun kain sarung di Balige, Tanah Batak. Operator mesin tenunnya adalah buruh perempuan. Sedangkan kerja perawatan mesin, pewarnaan benang, penjemuran, dan pengepakan dilakukan buruh laki-laki.

Nah, salah seorang buruh laki-laki itu, sebut saja namanya Tumpal, kebetulan semarga dengan isteri Ompu Sopar. Itu berarti, sesuai struktur masyarakat adat Batak, Si Tumpal itu tergolong sebagai hula-hula, pihak keluarga pemberi isteri, bagi Ompu Sopar. Sedangkan Ompu Sopar otomatis menjadi boru, pihak keluarga penerima isteri, bagi Si Tumpal.

Dalam masyarakat adat Batak, ada nilai adat yang mengatakan, “Durung do boru, tomburan hula-hula.” Arti harafiahnya, kira-kira, “Boru adalah tangguk ikan, hula-hula adalah piring sajian ikan.” Arti kontekstualnya, kira-kira, “Boru bekerja, hula-hula menikmati hasilnya.”

Si Tumpal, buruh khusus kerja pewarnaan benang, rupanya tergolong manusia Batak yang kesadaran adatnya kebablasan. Nilai adat “Durung do boru, tomburan hula-hula” itu diterapkannya dalam seluruh segi kehidupannya. Termasuk dalam bekerja sebagai buruh di pabrik tenun Ompu Sopar.

“Tolonglah gajiku dinaikkan sedikit Amangboru,” pinta Tumpal kepada Ompu Sopar pada hari pertama penerimaannya sebagai buruh, “Sebab durung do boru, tomburan hula-hula.

Karena isterinya menganggukkan kepala, tanda setuju, maka Ompu Sopar terpaksalah memenuhi permintaan Tumpal.

“Tolonglah aku diberi uang rokok bulanan, Amangboru,” pinta Tumpal di lain hari, “Sebab durung do boru, tomburan hula-hula.”

Karena isterinya menganggukkan kepala pula, tak bisa lain, Ompu Sopar pun terpaksa memenuhi permintaannya. Padahal, dengan memenuhi permintaan itu dan sebelumnya, kinerja keuangan jadi menurun. Karena pengeluaran bertambah, tapi produktivitas tetap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun