Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penelitian Kualitatif #016: Apa Itu Studi Kasus?

16 Maret 2015   08:03 Diperbarui: 4 April 2017   18:25 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Metode saya adalah tanpa metode” (Brian Jackson, 1978)

Suatu ketika, dalam rangka kuliah Metode Penelitian Kualitatif, dosen meminta kami tiap mahasiswanya mengambil satu contoh skripsi hasil penelitian kualitatif  di perpustakaan.

Hasilnya sungguh mengejutkan.Sejumlah mahasiswa, termasuk saya, ternyata salah ambil.Skripsi kuantitatif kami klaim sebagai skripsi kualitatif.

“Bagaimana sih cara membedakannya?” tanya saya kepada Pak Dosen.

“Apakah bisa diterka dari judulnya?” selidik seorang mahasiswa lain.Ini pertanyaan menarik.

“Maksud Anda bagaimana?” Pak Dosen minta klarifikasi.

“Apakah kalau dalam judulnya disebut ‘studi kasus’berarti penelitian kualitatif?Sedangkan kalau hanya disebut ‘kasus’ berarti penelitian kuantitatif?” lanjut Sang Mahasiswa itu.

“Jangan perdulikan judulnya.Lihat saja metode penelitiannya.Dari situ akan diketahui apakah penelitian itu studi kasus atau bukan”, tegas Pak Dosen.

Ya, sebuah kesalahan, jika disadari, dapat menjadi motif untuk menemukan kebenaran.Itulah yang terjadi waktu itu pada kami mahasiswa, termasuk saya, tentu saja.Kami diarahkan untuk membaca berbagai rujukan buku teks, dan hasil dari membaca itu sekarang saya bagikan di sini.

Kritik terhadap Survei

Seperti telah saya sampaikan sebelumnya, studi kasus merupakan strategi utama dalam penelitian kualitatif, dalam arti paling luas penerapannya dalam lingkungan penelitian kualitatif.

Keutamaan strategi ini terletak pada kemampuannya mengungkap sekaligus kedua tujuan utama penelitian kualitatif yaitu“kekhasan”, dalam arti “mendalam”,dan “kompleksitas” dari suatu kejadian atau gejala sosial.

Kemampuannya mengungkap kedua aspek tersebut, yaitu “kekhasan” dan “kompleksitas”, dengan mendasarkan diri pada pandangan subyektif pelaku dalam suatu kejadian atau gejala sosial, adalah keunggulan dari strategi studi kasus.

Keunggulan itu sekaligus merupakan “kritik” terhadap pendekatan kuantitatif terutama survei yang berorientasi pada “generalisasi”dan “simplifikasi” dalam arti reduktif.

Begini Batasannya

Lantas, apa yang dimaksud dengan studi kasus?Ada sejumlah definisi, tetapi semuanya menunjuk pada pengertian yang sama.

Ringkasnya, studi kasus adalah suatu studi tentang kekhasan dan sekaligus kompleksitas dari suatu atau sejumlah kasus, guna memahami kegiatan subyek tinelitidalam kondisi tertentu, dengan menerapkan sejumlah metode pengumpulan data yang saling-melengkapi (Stake, 1994 dan 2000; Nisbet dan Watt, 1994; Yin, 1996).

Batasan tersebut memuat tiga ciri khas studi kasus. Pertama, ia adalahstudi aras mikro yang mengkajisatu atau beberapa kasus sosial secara mendalam (menggali “kekhasan”) dan menyeluruh (mengungkap “kompleksitas”).

Kedua, ia merupakan studi kualitatif dengan maksud untuk “memahami” tindakan-tindakan atau kegiatan subyek sosial.

Ketiga, ia adalah studi yang bersifat multi-metode sehingga memungkinkan pencapaian “pemahaman” yang terpercaya atas kekhasan dan kompleksitas tindakan sosial subyek.

Secara khusus, karena studi kasus adalah studi aras mikro, apakah ituberarti seorang peneliti tidak dapat menarik suatu generalisasi darinya?Tentu saja tidak dapat, jika yang dimaksud adalah generalisasi atas suatu populasi.

Tapi lain halnya jika yang dimaksud adalah generalisasi analitis (teoritis). Seperti ditegaskan Yin (1996) studi kasus bermanfaat untukpengembangan teori (generalisasi analitis), bukan untuk menghitung frekuensi (generalisasi statistik).

Atau, seperti kata Stake (2000), urusan studi kasus adalah “partikularisasi” bukan “generalisasi”. Sederhana, tapi tegas, bukan?

Tiga Tipe Studi Kasus

Satu dan lain penelititentu memiliki alasan yang saling berbeda dalam melakukan studi kasus.Dalam kaitan ini penting untuk membedakan tiga tipe studi kasus yaitu intrinsik, instrumental, dan kolektif (Stake, 1994 dan 2000).

Studi kasus intrinsikadalah studi yang dilakukan karena peneliti ingin mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang suatu kasus khusus.Jadi, alasan pemilihan suatu kasus bukan karena ia mewakili kasus-kasus lainnya, ataukarena ia menggambarkan suatu sifat atau masalah khusus, melainkan karena dengan segala keunikan dan kebersahajaannya kasus itu dalam dirinya memang menarik.

Sedangkan studi kasus instrumental adalah kajian atas suatu kasus khusus untuk memperoleh wawasan atas suatu isu atau untuk penyempurnaan teori. Di sini kasus itu berfungsisebagai pendukung atau instrumen untukmembantu peneliti dalam memahami suatupermasalahan tertentu.

Studi kasus kolektif adalah kajian atas sejumlah kasus yang serupa atau saling berbeda secara bersama-samauntuk mempelajari sesuatu gejala, populasi, atau kondisi umum. Pada dasarnya ini adalah studi kasus instrumental yang diperluas sehingga mencakup sejumlah kasus.Kasus-kasus itu dipilih atas dasar keyakinan bahwa pemahaman atas mereka akan membawa peneliti kepada pemahaman, atau bahkan penteorian,yang lebih baik tentang sejumlah besar kasus lainnya.

Ketiga tipe studi kasus tersebut di atas menunjuk pada tiga tujuan yang saling berbeda.Seorang peneliti perlu memperhatikan hal ini manakala ia bermaksud menerapkan strategi studi kasus dalam kerja penelitiannya.

Pada titik ini mungkin timbul pertanyaan, apa alasan bagi seorang peneliti kualitatif sehingga untuk memilihstrategi studi kasus dalam penelitiannya?Sabar dulu, soal ini akan kita bahas dalam sesi berikutnya.(*)

Tolong baca artikel sebelumnya:

penelitian-kualitatif-015-cara-memilih-subyek-tineliti

penelitian-kualitatif-014-begini-cara-menetapkan-satuan-penelitian

penelitian-kualitatif-013-begini-cara-memilih-strateginya

penelitian-kualitatif-012-lima-strategi-paling-populer

penelitian-kualitatif-011-strategi-tukang-batu

penelitian-kualitatif-010-dimana-tempat-teori-dan-tinjauan-literatur

penelitian-kualitatif-009-begini-format-rancangannya

penelitian-kualitatif-008-rancangannya-selesai-belakangan

penelitian-kualitatif-007-ini-lima-sifat-khas-rancangannya

penelitian-kualitatif-006-di-aras-mikro-menantang-teori-makro

penelitian-kualitatif-005-orientasinya-menunjukkan-kepalsuan-teori-besar

penelitian-kualitatif-004-subyektivitas-sebagai-pumpunan

penelitian-kualitatif-003-beginilah-sifat-sifatnya

penelitian-kualitatif-002-inilah-asumsi-asumsi-dasarnya

penelitian-kualitatif-001-apa-batasannya

Anjuran Bacaan

1.J. Nisbet dan J. Watt, 1994, Studi Kasus, Sebuah panduan praktis. Jakarta: Satyawacana University Press dan Grasindo.

2.R.E. Stake, 1995, The Art of Case Study Research, London: Sage Publication.

3.R.E. Stake, 2000, “Case Studies” inN.K. Denzin and Y.S. Lincoln (Eds.), Handbook of Qualitative Research (Second Edition), London: Sage Publications.

4.R.K. Yin, 1996, Studi Kasus: Desain dan metode (Alihbahasa oleh M.D. Mudzakir), Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kompedusiana.com

Learning by Sharing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun