Berpikir piktorial ternyata bisa menggelapkan sejumlah anggota dari sebuah himpunan.
Pengalaman Pak Bram tahun 1970, semasa masih kelas 3 SD, telah membuktikan kesimpulan itu.
Pada suatu hari di kelas, saat pelajaran berhitung, Pak Guru Sujati menguji pemahaman siswa tentang bilangan bulat.
"Joko, coba sebutkan contoh bilangan bulat," Pak Sujati menunjuk ke arah hidung Joko, teman sebangku Bram.
"Nol, enam, delapan, dan sembilan, Pak Guru," jawab Joko dengan lantang.
"Bagus! Sekarang kamu, Bram," sambil menunjuk ke arah hidung Bram, "coba terangkan pengertian bilangan bulat."
"Bilangan bulat adalah bilangan yang ada bulatannya," jawab Bram tegas dan lantang pula.
"Hah...!?" Pak Sujati nyaris pingsan mendengarnya. Â "Mengapa jawabanmu seperti itu, Bram," lanjutnya setelah nyaris pingsan.
"Iya, Pak. Bilangan-bilangan 0, 6, 8 dan 9 kan semuanya memiliki bulatan, Pak," jawab Bram meyakinkan.
Kali ini Pak Guru Sujati benar-benar dihadapkan pada dilema, mau terbahak atau mau murka?(*)
#Moral revolusi mental-nya: "Terhadap sebuah konsep yang sudah baku, jangan membuat definisi sendiri, Â kalau tak ingin kehilangan sejumlah fakta yang relevan."