Sekali lagi saya tegaskan bahwa kita adalah makhluk sosial, klise kan? Tapi perlu kita maknai lebih dalam lagi arti dari kata-kata tersebut. Analogikan saja seperti kedua tangan kita, disaat tangan kita yang ‘kanan’ gatal pasti tangan ‘kiri’ yang menggaruknya bukan? Begitupun sebaliknya. Tidak mungkin salah satu tangan menggaruk sendiri, dia sangat memerlukan pertolongan tangan sebelahnya untuk menggarukkannya.
Kita ini butuh dan membutuhkan orang lain. Sekecil apapun kebaikan yang bisa kita berikan maka berikanlah. Saya pernah ikut Private Class “Pola Pertolongan Allah”, disitu saya diajarkan jika Allah memperlihatkan peluang kebaikan sekecil apapun itu maka bantulah dengan apa yang kita miliki saat itu, karena apapun yang kita berikan Allah ganti dengan kasih sayangnya, rasa cinta darinya. Jika kita sudah mendapatkan cinta dari Sang pemilik kekuasaan di alam semesta ini, apa lagi yang kamu khawatirkan kita udah di jamin.
Bayangkan saja bila kita dijamin oleh Presiden, maka apa lagi yang ditakutkan. Itu baru jaminan manusia, bagaimana dengan jaminan Tuhanmu?
Pernahkah di saat sedang berkendara, melihat seorang Ibu yang memungut sampah di jalan. Adakah terbesit di dalam hatimu untuk mendoakannya semoga Allah selalu jaga Ibu itu, Allah luaskan rezekinya sehatkan raganya. Bukankah kita percaya Allah Maha Melihat segala isi hati, kita sangat ingin memberi tapi saat itu tak bisa memberi apapun maka janganlah remehkan “kekuatan doa” itu adalah salah satu contoh terkecil untuk melakukan kebaikan tapi bernilai besar dan istimewa dihadapan Allah.
Tahukah teman-teman saat kita mendoakan mereka apapun itu, malaikat akan menjawab “bagimu juga”. Setiap doa yang kita berikan kepada orang lain itu akan kembali kepada diri kita.
Bukan tentang seberapa banyak jumlah “angka” yang dapat kita berikan tapi seberapa jauhkah itu semua bisa mendekatkan kita kepada pemilik harta tersebut. Keberkahannya yang kita cari, ternikmati di dunia, berbalas di akhirat.
Terlebih lagi pada masa pandemi Covid-19, peluang meraih pahala darinya dengan memberi donasi terbaik yang kita miliki. Saya tahu kita sedang berjaga jarak atau Physical distancing. Kita diperintah untuk menjaga jarak dengan manusia bukan berjaga jarak dengan kemanusiaan.
“Bagi seorang pegawai atau siapapun yang bekerja tantangan saat berbuat kebaikan itu adalah saat akhir bulan, hati akan sangat bergejolak ketika kita juga sangat butuh tapi kita juga ingin melakukan kebaikan, hal itu menjadi tantangan terberat.
“Menebar kebaikan disaat lagi butuh-butuhnya, maka itulah tingkat teratas jiwa seorang yang menyerahkan segala hidupnya hanya untuk bermanfaat untuk orang lain. Ketika dia mampu mengabaikan kepentingan pribadi-nya untuk kepentingan kebaikan orang lain.
"Selalu berusaha untuk mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan yang dalam bahasa ekonomi disebut 'kebutuhan sekunder' kita. Terdapat kebutuhan yang sebenarnya dapat kita pangkas dan kita kelola untuk menjadi 'kebutuhan primer' orang lain yang lebih membutuhkan. Kita harus bisa menyadari jikalau kita berada di posisi mereka. Kita bukan orang yang punya tapi kita merasakan bagaimana rasanya kalau tidak punya." ungkap Brigpol Hilal.