Mohon tunggu...
M. Taufik Hidayat
M. Taufik Hidayat Mohon Tunggu... ASN pada BPS -

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ekonomi Hulu Sungai Utara: Ironisme Pertanian dan Alternatif Pengembangan Sektor Lainnya

22 Oktober 2018   16:18 Diperbarui: 22 Oktober 2018   17:41 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Diskominfo Kab. HSU

Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Selatan. Tahun 2016, ekonomi Kabupaten Hulu Sungai Utara bertumpu pada sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi pembentukan Produk Dometik Regional Bruto (PDRB) terbesar dari sektor ini, sebesar 17,44 persen dengan nilai sebesar 676.057,5 (juta) rupiah.

Kontribusi Terbesar Tapi Laju Pertumbuhan Ekonomi  Sektor Pertanian Defisit

Topologi lahan pertanian di Kabupaten Hulu Sungai Utara sebesar 81,49 persen bertipe rawa lebak yang sangat bergantung pada debit air. Jika curah hujan tinggi maka resiko mengalami kebanjiran cukup tinggi dan cenderung mengalami kekeringan di musim kemarau. Sebesar 78,74 persen lahan rawa lebak di Kabupaten Hulu Sungai Utara hanya dapat ditanami tanaman padi sawah satu kali dalam setahun.

Belum lagi resiko gagal panen karena debit hujan yang tinggi atau kekeringan di musim kemarau. Pada tahun 2016, 2,01 persen lahan tanam padi sawah mengalami kerusakan. Salah satu penyebabnya adalah rata-rata curah hujan yang cukup tinggi sepanjang tahun 2016 sehingga menyebabkan banjir.

Jika lahan pertanian mengalami banjir atau kekeringan, pengangguran di sektor ini akan meningkat. Peningkatan pengangguran tidak hanya pada penduduk dengan status berusaha tetapi juga pada penduduk dengan status pekerja bebas atau buruh lepas pertanian.

Kondisi-kondisi di atas berimplikasi pada laju pertumbuhan ekonomi sektor pertanian dimana pada tahun 2016 mengalami defisit sebesar -1,72 persen.

Penduduk miskin terbesar pada sektor pertanian

Ironisnya, sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar kemiskinan di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, sebesar 31,78 persen penduduk miskin di Kabupaten Hulu Sungai Utara bekerja di sektor pertanian.

Berita gembiranya, penurunan jumlah penduduk miskin terus meningkat. Dalam rentang tahun 2015-2016 terjadi penurunan sebesar 0,31 persen dan menjadi kabupaten dengan penurunan jumlah penduduk miskin tertingggi di Kalimantan Selatan. Titik balik ini tentunya harus terus dijaga dan dipantau, sehingga terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Salah satu caranya dengan memfokuskan program pengentasan pada kantong-kantong kemiskinan di sektor pertanian.

Akselerasi ekonomi pada sektor nonpertanian

Beranjak dari sektor pertanian, hasil Sensus Ekonomi 2016 menunjukkan bahwa jumlah usaha nonpertanian di Kabupaten Hulu Sungai Utara sebanyak 43.077 usaha dengan jumlah tenaga kerja 74.625 orang. Jumlah ini menduduki peringkat ketiga terbesar setelah Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar. Sebesar 9,12 persen dari total usaha nonpertanian di Kalimantan Selatan berada di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Usaha nonpertanian terbesar di Kabupaten Hulu Sungai Utara pada sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, yaitu sebesar 21.538 usaha. Jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor ini sebesar 29.573 tenaga kerja. Sektor ini sejatinya dapat menjadi penggerak ekonomi daerah.

Alternatif lainnya adalah dengan menggenjot sektor industri pengolahan. Jumlah usaha yang bergerak di sektor ini sebesar 11.834 usaha dan menyerap 18.075 tenaga kerja. Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan sentra utama industri pengolahan di Kalimantan Selatan, sebesar 19,86 persen usaha industri pengolahan berada di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Data di atas dapat menggambarkan bahwa terdapat potensi ekonomi di sektor nonpertanian yang harus terus dikembangkan oleh Pemerintah Daerah. Kontribusi sektor perdagangan dan industri pengolahan pada PDRB di Kabupaten Hulu Sungai Utara masing-masing sebesar 13,85 persen dan 10,26 persen.

Tantangannya adalah bahwa sebagian besar usaha nonpertanian di Kabupaten Hulu Sungai Utara berupa usaha mikro kecil dan bersifat rumahan. Untuk bersaing dan memberikan nilai tambah lebih tentu saja memerlukan inovasi dalam pengembangannya. Jika pengembangan sektor nonpertanian terus ditingkatkan, terutama pada kedua sektor di atas, maka tidak mustahil taraf hidup masyakat akan terus meningkat dan meratanya distribusi pendapatan. Khusus pada sektor industri pengolahan, inovasi pengelolaan usaha dengan portal berbasis teknologi informasi dapat diterapkan. Hal ini bertujuan agar dapat menjangkau pasar yang lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun