Mohon tunggu...
Taufik Hidayatulloh
Taufik Hidayatulloh Mohon Tunggu... -

saya mahasiswa uin maliki malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak dan Sosioemosional

11 Mei 2015   13:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:09 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pribadi anak sangatlah beragam dan sangat sukar di mengerti. Terkadang kita dibuat terheran akan keluguan dan kepolosan anak. Karna kepolosan dan keluguan itulah yang sering membuat kita tertawa dan merasa terhibur di dekatnya terkadang pula anak bisa membuat orang di sekitarnya jengkel, geregetan bahkan gemas dengan kelakuan yang ia perbuat. Sebagai anak perkembangan sosioemosional anak-anak berarti seberapa majukah atau berhasilkah peran orang tua dalam mensosialisasikan anak. Dan bagaimana cara anak mengembangkan interaksi sosial dengan orang lain.

Orang tua juga harus mampu mendampingi anak meregulasi emosinya. Yang dimaksud dengan meregulasi emosi disini yaitu temperamental anak itu sendiri. Bagaimana mengatur emosinya dengan baik dan tidak sembarangan mengaturnya. Di masa kanak-kanak awal anak mulai mampu mengenali dirinya dan siapakah dirinya.

Dalam masa ini anak sudah mampu menemukan pribadi yang di inginkan ataupun inisiatif yang ia inginkan. Walaupun kadangkala yang ia inginkan tidak masuk akal, tidak sependapat bahkan dapat membahayakan terhadap dirinya sendiri. Anak sangat antusias dan gembira bergerak menuju dunia sosial yang lebih luas apalagi semua itu dengan inisiatifnya sendiri. Seakan-akan ia melakukan semua hal tidak lain hanya ingin melakukan atas kemauannya sendiri tanpa memperdulikan orang lain yang ada di sekitarnya.

Apakah anak kecil selalu bahagia? Mungkin pertanyaan seperti itu selalu ada di benak kita. Yang harus kita ketahui bahwa anak yang selalu mengatakan bahagia padahal sebenarnya tidak, kenapa tidak? anak yang selalu bilang demikian karena ia belum mampu membedakan antara kemampuan yang diinginkan dan kemampuan yang sebenarnya. Anak cenderung berfikir yang lebih instan, walaupun dengan proses namun anak menganggap proses dapat dilakukan dengan mudah tanpa mengetahui proses itu dilakukan dengan cara seperti apa.

Anak juga merasakan apa itu emosi entah itu senang, malu, sedih, marah atau yang lainnya. Namun anak harus mampu mengenali dirinya dulu. Contoh seorang anak kecil mengekspresikan rasa malu yang anak itu menilai bahwa tindakan yang ia lakukan tidak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Itu yang disebut emosi sadar diri. Yaitu emosi yang menyadarkan apa yang telah ia lakukan salah dan dapat menyadarkan dirinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun