Mohon tunggu...
M Taufik Fadillah
M Taufik Fadillah Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Saya tertarik menulis artikel teknologi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kunjungan Mahasiswa KKN UINSU: Belajar Ketangguhan dari Pabrik Kerupuk Jangek di Tengah Krisis

1 Agustus 2024   08:18 Diperbarui: 1 Agustus 2024   08:18 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanjung Jati, 1 Agustus 2024 -Berdiri sejak tahun 2001, sebuah pabrik kerupuk jangek yang awalnya dimiliki oleh salah satu keluarga kini beroperasi di bawah kepemilikan baru setelah mengalami masalah internal. Pemilik baru memutuskan untuk membeli pabrik ini dan melanjutkan operasinya. Pabrik yang dulunya memiliki 25 pegawai kini hanya mempekerjakan sekitar 10 orang akibat dampak pandemi COVID-19, kenaikan harga bahan baku, dan persaingan yang ketat.

Keberlangsungan Produksi dan Pemasaran

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, pabrik ini terus memproduksi kerupuk jangek dengan bahan baku utama tepung kanji dan campuran rempah-rempah. Selain kerupuk jangek, pabrik ini juga menggoreng berbagai jenis kerupuk yang didatangkan mentah dari Jawa.

Proses produksi dimulai setiap hari pada pukul 08.00 pagi dan berlanjut hingga selesai. Sebagai industri rumahan, pabrik ini fleksibel dalam waktu operasionalnya, memungkinkan agen-agen untuk mengambil kerupuk kapan saja sesuai kebutuhan mereka. Kerupuk dijual dengan harga Rp6.500 per 10 pcs kepada agen, yang kemudian dijual eceran dengan harga Rp8.000, atau Rp1.000 per buah.

Keberlangsungan dan Penghasilan

Menurut pemilik pabrik, keuntungan yang diperoleh cukup untuk bertahan, meskipun terkadang mereka harus menanggung kerugian akibat barang cacat. Pemilik selalu mengingatkan pelanggan untuk berhati-hati dalam pemasangan agar bisnis berjalan dengan lancar.

"Pekerja di sini adalah ibu-ibu dari tetangga sekitar," ujar pemilik. "Ini memberikan mereka kesempatan untuk mendapatkan penghasilan, terutama karena di usia mereka saat ini sulit mendapatkan pekerjaan."

Dok.Pribadi
Dok.Pribadi

Pemilik juga mengakui bahwa tidak mudah untuk merinci penghasilan dengan pasti. "Biasanya, satu orang mengambil 80 slot kerupuk per hari. Jika ada 10 orang yang mengambil setiap harinya, bisa mencapai 800 bungkus kerupuk yang keluar. Namanya berdagang pasti ada untung dan ruginya, tetapi kami selalu berusaha tetap semangat. Jika besok gagal, kita coba lagi."

Dengan semangat pantang menyerah dan tekad untuk terus maju, pabrik kerupuk jangek ini menjadi contoh bagaimana industri rumahan dapat bertahan dan berkembang meskipun di tengah berbagai tantangan.

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun