Kebudayaan yang dimiliki manusia dalam kehidupannya mempunyai ciri khas dan karakter tersendiri yang berbeda-beda(Rukesi & Sunoto, 2017). Hal tersebut yang menjadikan negara Indonesia sebagai yang beraneka ragam budaya. Salah satu hasil kebudayaan adalah folklor yang tertuang dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Folklor merupakan bentuk kebudayaan tradisional masyarakat yang terbagi atas folklor lisan, folklor sebagian lisan, dan folklor bukan lisan. Folklor adalah suatu kebiasaan masyarakat yang disebarkan dari generasi ke generasi berikutnya. Danandjaja (1984:2) mengungkapkan bahwa folklore merupakan sebagian kebudayaan suatu kolektif yang disebarkan dan diwariskan secara turun-temurun di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu mengingat.
Menurut Chaer (1986:29) folklor adalah kepercayaan legenda dan adat-istiadat suatu bangsa yang sudah ada sejak lama yang diwariskan turun-temurun secara lisan maupun tertulis. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa folklor adalah suatu kebudayaan yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun minimal dua generasi.
Ungkapan kepercayaan rakyat merupakan bagian dari tradisi masyarakat yang penyebarannya dilakukan secara lisan. Ungkapan kepercayaan rakyat ini telah dikenal oleh masyarakat secara turun temurun sehingga tidak dikenal lagi siapa yang menciptakannya. Ungkapan tersebut disampaikan secara lisan pada situasi dan konteks tertentu. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa kepercayaan rakyat merupakan semacam ungkapan tradisional daerah-daerah yang termasuk ke dalam folklor. Ungkapan kepercayaan rakyat merupakan aset kebudayaan nasional yang tersimpan dalam kebudayaan daerah. Ungkapan mencerminkan sesuatu nilai-nilai budaya yang dianut atau yang diemban oleh pendukung daerah tersebut. Kepercayaan rakyat umumnya diwariskan melalui media tutur kata, (Danandjaja, 1984:154).
Tujuan dari ungkapan kepercayaan rakyat ini salah satunya adalah untuk mendidik. Oleh sebab itu, ungkapan ini banyak berkembang di kalangan orang tua yang menggunakannya sebagai sarana dalam mendidik anak-anak mereka.
Struktur, Makna, dan Fungsi Ungkapan Kepercayaan Rakyat
Ungkapan kepercayaan rakyat dapat dilihat dari segi struktur, makna dan fungsinya. Hand (dalam Danandjaja, 1984:155) menggolongkan kepercayaan rakyat menjadi empat golongan yaitu; (1) takhyul atau kepercayaan di sekitar lingkaran hidup manusia, (2) takhyul atau kepercayaan mengenai alam gaib, (3) takhyul atau kepercayaan mengenai alam semesta atau dunia, dan (4) jenis tahyul lainnya.
Menurut Hand (dalam Danandjaja, 1984:155---156), takhyul atau kepercayaan di sekitar lingkaran hidup manusia dibagi dalam tujuh kategori, yaitu (1) lahir, masa bayi, dan masa kanak-kanak, (2) tubuh manusia dan obat
obatan rakyat, (3) rumah dan pekerjaan rumah tangga, (4) mata pencaharian dan hubungan sosial, (5) perjalanan dan perhubungan, (6) cinta, pacaran, dan nikah, dan (7) kematian dan adat pemakaman.
Menurut Danandjaja (1984:165), takhyul atau kepercayaan mengenai terciptanya alam semesta dibagi menjadi empat sub kategori, yaitu (1) fenomena kosmik (gejala alam), (2) cuaca, (3) binatang dan peternakan, (4) penangkapan ikan dan berburu, (5) tanaman dan pertanian.
Contoh beberapa Foklor di Masyarakat MinangkabauÂ
Jan suko mandukuang anak mancengkang, beko kambang kaki anak Jangan suka suka menggendong anak secara mengangkang, nanti kaki anak akan mengembang) Ungkapan ini berstruktur sebab dan akibat, yakni: Jan suko mandukuang anak mancengkang = Sebeko kambang kaki anak= A. Makna sebenarnya adalah bahwa menggendong anak di samping kiri/kanan itu tidak baik untuk pertumbuhan anak. Hal ini akan mengakibatkan gangguan pada kaki anak. Fungsi dari ungkapan ini sebagai penebal emosi kepercayaan pada suatu masyarakat. Di samping itu fungsinya juga untuk mengingatkan supaya tidak menggendong anak dengan cara yang seperti itu.
Jan mangambang payuang di ateh rumah, beko di tembak dek patuih
(Tidak boleh membuka payung di dalam rumah, nanti rumahnya akan disambar petir) Stuktur dari ungkapan tersebut adalah sebab akibat, yakni: Jan mangambang payuang di ateh rumah= S,beko di tembak dek patuih= A. Ungkapan ini merupakan seputar kegiatan yang dilakukan di rumah. Adapun makna sebenarnya adalah bahwa mengembangkan payung di dalam rumah itu bukanlah suatu pekerjaan yang pantas. Kalau ada anak-anak yang bermain-main payung dalam rumah kelihatannya tidak enak dipandang mata. Payung digunakan di luar rumah dan bukan di dalam rumah. Payung adalah alat untuk melindungi tubuh dari hujan. Fungsinya juga tergolong dalam pendidikan, yakni mendidik anak anak yang suka bermain-main payung di dalam rumah supaya mereka berhenti melakukan hal itu makanya dibuatlah sebuah alasan bahwa nanti akan disambar petir bila bermain-main payung tersebut.
Ungkapan kepercayaan rakyat sebagai Bentuk RepresentasiKearifan Lokal bagi Masyakarat Desa Kampung Luar Salido
Ungkapan kepercayaan rakyat merupakan salah satu bentuk folklor sebagian lisan yang mencerminkan suatu nilai budaya yang dianut oleh masyarakat di desa kampung Luar Salido. Fungsi utama kepercayaan rakyat bagi masyarakat adalah untuk menyampaikan isi hati, perasaan, keinginan si penutur dengan bahasa kiasan yang sifatnya tidak kasar, tidak menyinggung, tetap saling menyengani dan menghormati.Â
Menurut Danandjaja (1984:169---170), fungsi kepercayaan rakyat terhadap kehidupan masyarakat pendukungnya, (1) sebagai penebal emosi keagamaan atau kepercayaan, (2) sebagai sistem proyeksi khayalan suatu kolektif yang berasal dari halusinasi seseorang yang mengalami gangguan jiwa dalam bentuk makhluk alam gaib, (3) sebagai alat pendidikan anak atau remaja, (4) sebagai "penjelas" yang dapat diterima akal suatu folk terhadap gejala alam yang sangat sukar dimengerti sehingga sangat menakutkan agar dapat diusahakan penanggulangannya, (5) menghibur orang yang sedang mengalami musibah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Fungsi utama kepercayaan rakyat adalah untuk mendidik. Selain itu, fungsi ungkapan kepercayaan rakyat di desa Kampung Luar Salido adalah untuk melarang, menghibur, menyuruh, mendidik, mengingatkan, dan mempertebal iman.
Ungkapan kepercayaan rakyat juga merupakan hasil kebudayaan atau tradisi masyarakat di desa Kampung Luar Salido, Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan yang sifatnya turun-temurun. Ungkapan tersebut berbahasa Minangkabau yang disampaikan sesuai dengan sifat dan tingkah laku masyarakat itu sendiri. Sifat dan tingkah laku itu tergambar dari cara mereka menuturkan atau mengucapkan sesuatu. Aneka sikap, perilaku, dan tindak tutur setiap penutur bahasa dapat dipersentasikan melalui ungkapan.
Ungkapan yang disampaikan tersebut secara lisan dalam bentuk santun yang telah dibuat dan diatur oleh masyarakat penuturnya. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar ungkapan kepercayaan rakyat yang ditemukan di Desa Kampung Luar Salido merupakan ungkapan yang bersifat larangan. Ungkapan larangan ini mempunyai keunikan tersendiri. Seseorang takut untuk melanggar ungkapan larangan tersebut. Apabila larangan itu dilanggar maka masyarakat percaya bahwa yang ditakutinya tersebut akan mendapatkan akibatnya.
KesimpulannyaÂ
Pertama, struktur ungkapan kepercayaan rakyat yang di temukan dalam masyarakat desa Kampung Luar Salido terdiri dari dua jenis. Pertama, struktur yakni struktur sebab akibat.
Kedua, struktur sebab, konversi, dan akibat.Kedua, kategori ungkapan dalam masyarakat desa Kampung Luar Salido ini sebagai berikut: (1) masa kehamilan/kelahiran, masa bayi, kanak-kanak, (2) rumah dan pekerjaan rumah tangga (3) gejala alam (4) cuaca (5) makana, (6) tubuh manusia, dan(7) binatang dan peternakan.
Ketiga, makna dari ungkapan kepercayaan rakyat ini yaitu mempunyai maksud terselebung yang tersirat secara tidak langsung melalui hubungan antara realita dengan kiasan. Seperti: pendidikan, peringatan, perintah, larangan, bahkan sampai kepada jawaban-jawaban sementara dari pikiran masyarakat terhadap gejala alam yang dilihatnya tetapi sukar dicerna oleh akalnya.Keempat, fungsi ungkapan kepercayaan rakyat di sini yang paling utama adalah mendidik.Â
Di samping itu terdapat fungsi lain, seperti: mengingatkan, melarang, menyuruh, sebagai penebal emosi kepercayaan, sistem proyeksi khayalan suatu kolektif, hingga sebagai alat untuk memperjelas gejala alam yang sulit diterima logika.Adapun saran yang dapat disumbangkan dari penelitian ini sebagai berikut.Pertama, masyarakat Desa Kampung Luar Salido umumnya, terutama kepada para generasi muda agar lebih mengerti dan memahami ungkapan-ungkapan yang ada berkembang di tengah tengah masyarakat. Kedua, LKAM yang ada di Salido agar lebih giat lagi dalam menginvetarisasi ungkapan ungkapan yang ada di masyarakat terutama ungkapan kepercayaan rakyat ini sehingga ungkapan tersebut tidak hilang dan terkikis oleh pergeseran zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H