Mohon tunggu...
Muh Tamim Hidayatullah
Muh Tamim Hidayatullah Mohon Tunggu... -

penjelajah di dunia maya, suka ngeblog dimana-mana, bapak dari 3 anak lucu... bergelut di dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nasrudin dan Kubangan Lumpur

7 Januari 2016   09:33 Diperbarui: 7 Januari 2016   09:52 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari sehabis hujan, gunung yang berada di dekat kampung Nasrudin, yang memang sudah gundul itu sebagian tanahnya longsor dan membentuk kubangan lumpur. Otak Nasrudin yang gemar membuat ulah itupun terpantik ide brilian untuk membuktikan kepintarannya. Saat itu juga Nasrudin langsung menuju angkringan, memesan kopi, bergabung dengan orang-orang dan mulai membual.

"Eh, tahu nggak kalian tentang legenda gunung emas di kampung kita?", kata Nasrudin memulai perbincangannya. Orang-orang masih sibuk dengan makanan dan minuman masing-masing namun diam-diam penasaran juga.

"Dulu di gunung yang longsor itu konon adalah istana megah dengan harta karun berlimpah. Sengaja ditimbun agar tak dijarah orang", kata Nasrudin dengan bersemangat. Orang-orang mulai berkerumun. Nasrudin semakin menggila.

"Ya, di gunung itu" katanya sambil menunjuk ke arah gunung di kejauhan.

"Di balik lumpur itu bisa jadi ada emas berlian harta karun!"

Orang-orang sontak bubar, lari ke rumah masing-masing, mengambil cangkul, sekop dan apa saja lalu menuju ke kubangan lumpur yang ditunjuk Nasrudin, berharap menemukan harta karun.

Nasrudin tertawa girang. Kepintarannya sekali lagi terbukti. Ia pun pulang dengan gagah dan tidur siang dengan bangga.

Agak sore, Nasrudin pun bangun. Didengarnya ada gaduh di jalanan depan rumahnya.

"Ada apa ini?", tanya Nasrudin heran.

"Wah, kamu ketinggalan berita ya?", jawab tetangganya yang membawa cangkul dan sudah bersiap pergi.

"Di gunung sebelah kampung kita itu ada harta karun, orang-orang kampung ke sana semua!", kata tetangganya itu sambil lari.

"Hah, jangan-jangan memang ada harta karun disitu!" pikir Nasrudin. Tanpa basa basi Nasrudin menyambar cangkul dan ikut berbondong-bondong bersama orang sekampung, berkubang lumpur.

Tak peduli dengan tangan, wajah, pakaian yang penuh lumpur, Nasrudin dan semua orang sibuk mengobok-obok lumpur seharian sampai hampir magrib, dan nyaris lupa sholat ashar. Tak seorangpun menemukan harta karun karena memang tidak ada apa-apa itu selain lumpur. Badan dan pakaian Nasrudin kotor penuh lumpur dan berjalan pulang dengan gontai sambil merutuki ulahnya sendiri. 

 (Sumber Gambar: Dailymail)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun