Sejarahnya
Jika melihat sejarahnya, ISBI Aceh bisa dikatakan sebagai kampus yang masih seumuran jagung, akan tetapi berhasil mencuri posisi terbaik dan pilihan masyarakat Aceh diantara dua kampus yang melekat padanya jantong hatee rakyat Aceh. Kampus mana lagi, kalau bukan; USK dan UIN Ar Raniry. ISBI Aceh diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia yang ke-6 yakni, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. SBY --sapaan akrab beliau, melabuhkan tanda tangan terbaiknya di batu prasasti ISBI sebagai bentuk peresmian kampus tersebut tepatnya di penghujung masa pemerintahan periode jabatan keduanya, yaitu pada tanggal 6 Oktober 2014. Hingga saat ini ISBI Aceh tercatat memiliki lahan seluar 30 Ha di Kota Jantho, Aceh Besar, yang nantinya direncanakan akan dibangun kampus terpadu.
Dan berdasarkan cerita Syeh Muda Aris, ISBI Aceh sekarang baru memiliki 2 jurusan, yaitu Seni Pertunjukan dan Seni Rupa dan Desain. Seni Rupa dan Desain memiliki 4 Program Studi yaitu Seni Rupa Murni, Kriya Seni, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Interior.
Sedangkan Jurusan Seni Pertunjukan juga memiliki 5 Program Studi, yaitu Seni Tari, Seni Karawitan, Seni Teater, Kajian Sastra dan Budaya, dan Bahasa Aceh. Disini, kita melihat jurusan yang ada oleh ISBI Aceh menjadi optimis akan datang sebuah era keemasan Aceh
yang kental dengan nilai budayanya, laiknya Aceh tempo dulu. Kita yakin, pada ISBI Aceh, budaya Aceh dengan segala bentuk local wisdomnya akan mendapat tempat dan pengembangan yang khas dan berdaya saing baik di tingkat lokal, nasional dan internasional.
Akan Adakan Konggres Peradaban Aceh ke-2
Siapa yang menyangka, meskipun masih kampus plat merah, ISBI Aceh tercatat sudah menyelenggarakan Konggres Peradaan Aceh (KPA) untuk pertama kalinya pada tahun 2023 kemaren, dan berdasarkan informasi dari Syeh Muda Aris, Konggres Peradaban ke-2 akan segera diselenggarakan di ISBI Aceh. "Kemungkinan besar di bulai Mei tahun ini," Syeh Muda Aris menegaskan kepada saya.
Berdasarkan beberapa informasi lainnya yang beredar di lini masa surat kabar, proses pelaksanaan KPA II Tahun 2024 merupakan bagian dan menjadi momen untuk diimplementasikan butir-butir rekomendasi KPA I Tahun 2015 serta akan mempersiapkan lahirnya beberapa rekomendasi pada KPA III untuk tahun mendatang. Dan sebagai clue bahasan pokok yang akan didiskusikan dalam KPA tersebut adalah terkait dengan beberapa hal yang diantaranya yaitu pembakuan bahasa Aceh, terbentuknya museum perdamaian dan
peradaban, serta prodi sejarah.
Nah, melihat kenyataan dan tingkat progresifitas ISBI Aceh dalam mewarnai jalan sejarah Aceh ke depan, saya mulai membayangkan bahwa dalam sedekade dan dua dekade kedepan --dengan harapan Kampus ISBI ini masih bertahan dan mendapat dukungan dari semua pihak, maka kebudayaan Aceh yang kental itu (penuh dengan local wisdomnya) akan teguh dan menguat meskipun mendapat godaan dari masuknya budaya global yang tidak beridentitas itu. Negeri Aceh akan menjadi negeri yang dihiasi oleh anak-anak Aceh yang berbakat dalam bidang kesenian, seperti dalam hal tarik suara, melukis, menari, dan mampu menghasilkan kreasi-kreasi budaya Aceh lainnya yang mengikuti perkembangan zaman. Semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H