Mohon tunggu...
Muhammad Syarifudin
Muhammad Syarifudin Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Petroleum Engineer ITB

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sudahi parodi, Perangi korupsi, Selamat(kan) Hari Antikorupsi 2015!

15 Desember 2015   20:42 Diperbarui: 15 Desember 2015   21:22 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tuntutan untuk mendapatkan nilai yang tinggi juga tidak kalah  gencar disuarakan oleh para pendidik dan orang tua. Sistem yang ada, orang tua yang absen dalam memberikan solusi, tidak jarang membuat siswa memilih jalan pintas untuk memuaskan guru dan orang tua dengan segala tuntutannya.

[caption caption="Sumber Gambar : https://pmblab.files.wordpress.com"]

[/caption]

Orang tua saya, tidak pernah sekalipun menuntut saya untuk mendapatkan nilai akademik yang bagus. Namun hal ini bukan berarti saya sebagai anak tidak lagi memiliki semangat untuk berprestasi, justru saya dapat menjalani segala proses pembelajaran dengan lebih tenang tanpa tuntutan berlebihan.

Dapat berprestasi bukan karena takut, namun untuk dapat membanggakan beliau, dan dapat menghargai setiap proses yang saya lalui. 

3. Kesederhanaan itu Penting (Sederhana, Adil, Kepedulian).

Pernyataan ini bukan berarti kita tidak boleh menikmati karunia materi yang diberikan Tuhan. Tapi perlu ada batasan-batasan yang membuat diri kita tidak terlena oleh karunia dari Sang Maha Pengasih.

Membiasakan diri hidup sederhana, baik dalam pembicaraan, tingkah laku maupun dalam pergaulan adalah merupakan sikap hidup yang utama dan menjadi pangkal keselamatan. Hidup sederhana artinya hidup dalam ukuran atau kadar yang wajar, tidak melebihi dan tidak mengurangi. 

[caption caption="Sumber Gambar : http://bahasa.aquila-style.com"]

[/caption]

Sikap hidup seorang dalam menghadapi orang lain disebut sederhana adalah apabila dalam berbicara dan bertingkah laku ia tidak sombong, angkuh dan arogan, tidak menilai diri sendiri terlalu terlalu tinggi, sedang menilai orang lain rendah, remeh, dan tidak ada harganya sama sekali. Tetapi disamping itu, iapun tidak menilai diri sendiri terlalu rendah, terlalu remeh, terlalu hina, sehingga ia senantiasa dalam keadaan kecut, takut dan merasa diri sendiri tidak ada harganya dalam berhadapan dengan orang lain.

Dengan sikap sederhana, kita dapat lebih menghargai hal-hal kecil yang kita miliki, lebih dapat bersyukur atas segala keadaan yang ada, dan diharapkan rasa empati yang tumbuh ini dapat menjadi modal awal kita untuk dapat berguna bagi sesama.

Ketiga nilai ini tidak akan melekat begitu saja pada diri seorang anak. Perilaku dan contoh dari orang tua menjadi kunci. Perlu waktu, komitmen, dan kesabaran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai dasar yang menjadi modal para generasi penerus dalam menjalankan kehidupannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun