Tiap kata dalam puisi ini akan dihayati para pembacanya dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan ini sesuai dengan riwayat pengalaman hidup yg telah dilalui oleh masing-masing pembacanya. Misalnya kata kematian yang terdapat pada baris pertama. Untuk kata ini ingatan atau kesadaran tiap orang terhadap kematian berbeda-beda. Mungkin ia ingat kakeknya, orang tuanya, anaknya, saudaranya, pamannya, tantenya, gurunya, temannya, tetangganya dsb. Mungkin ia ingat kuburan, rumah sakit, ambulans, tempat tidur, rumah duka dsb. Berbagai hal terkait dengan kata kematian akan muncul di benak tiap pembaca.
Tiap kata dalam puisi memberikan efek yang berbeda-beda bagi para pembacanya. Akibatnya multi penafsiran terhadap sebuah puisi sangat mungkin terjadi. Masing-masing penafsiran sah adanya. Penghayatan dan penasiran terhadap puisi menjadi milik pembacanya sendiri.
Sebuah puisi akan menawarkan diri sebagai sebuah acuan bagi pembacanya untuk mulai melakukan perjalanan menengok penggalan riwayat pengalamanan hidup yang telah dilalui pembacanya. Puisi yang bagus mampu menggali lebih jauh ke dalam diri pembacanya.
Di samping puisinya yang berjudul Malam, puisi berjudul Nisan ini merupakan puisi terpendek karya Chairil Anwar. Nisan merupakan puisi pertama yang dipublikasikan oleh Chairil Anwar ketika ia masih berusia 20 tahun. Mungkin ini merupakan puisi pendek terbaik oleh penyair Indonesia yang pernah diterbitkan. Tentu saja ini penilaian yang bersifat sangat subjektif.
Semoga bermanfaat.
Salam dari Bandung.
___________________
Links ke beberapa puisi pendek saya:
Puisi Pendek (1): Percakapan dengan Hujan
Puisi Pendek (2): Percakapan dengan Lumut
Puisi Pendek (3): Percakapan dengan Angin