Mohon tunggu...
Muhammad Syamsuddin
Muhammad Syamsuddin Mohon Tunggu... Dosen ITB -

Upaya sederhana, semoga bisa, mendamaikan kata dengan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Pada Akhirnya Puisi Milik Pembacanya

5 Februari 2014   03:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:09 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Tiap kata dalam puisi ini akan dihayati para pembacanya dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan ini sesuai dengan riwayat pengalaman hidup yg telah dilalui oleh masing-masing pembacanya. Misalnya kata kematian yang terdapat pada baris pertama. Untuk kata ini ingatan atau kesadaran tiap orang terhadap kematian berbeda-beda. Mungkin ia ingat kakeknya, orang tuanya, anaknya, saudaranya, pamannya, tantenya, gurunya, temannya, tetangganya dsb. Mungkin ia ingat kuburan, rumah sakit, ambulans, tempat tidur, rumah duka dsb. Berbagai hal terkait dengan kata kematian akan muncul di benak tiap pembaca.

Tiap kata dalam puisi memberikan efek yang berbeda-beda bagi para pembacanya. Akibatnya multi penafsiran terhadap sebuah puisi sangat mungkin terjadi. Masing-masing penafsiran sah adanya. Penghayatan dan penasiran terhadap puisi menjadi milik pembacanya sendiri.

Sebuah puisi akan menawarkan diri sebagai sebuah acuan bagi pembacanya untuk mulai melakukan perjalanan menengok penggalan riwayat pengalamanan hidup yang telah dilalui pembacanya. Puisi yang bagus mampu menggali lebih jauh ke dalam diri pembacanya.

Di samping puisinya yang berjudul Malam, puisi berjudul Nisan ini merupakan puisi terpendek karya Chairil Anwar. Nisan merupakan puisi pertama yang dipublikasikan oleh Chairil Anwar ketika ia masih berusia 20 tahun. Mungkin ini merupakan puisi pendek terbaik oleh penyair Indonesia yang pernah diterbitkan. Tentu saja ini penilaian yang bersifat sangat subjektif.

Semoga bermanfaat.

Salam dari Bandung.

___________________

Links ke beberapa puisi pendek saya:

Puisi Pendek (1): Percakapan dengan Hujan

Puisi Pendek (2): Percakapan dengan Lumut

Puisi Pendek (3): Percakapan dengan Angin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun