Mohon tunggu...
M. Syafii
M. Syafii Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Teori Konspirasi : Kemalasan Memakai Akal Sehat

17 Januari 2016   01:12 Diperbarui: 17 Januari 2016   01:38 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Teori konspirasi (conspiracy theory) adalah sebuah kesimpulan spekulatif yang menunjukkan bahwa sekelompok orang telah bersekongkol untuk membuat suatu kejadian atau situasi tertentu melalui perencanaan rahasia dan tindakan yang disengaja.

Sejak jaman dahulu, teori konspirasi adalah cara yang paling mudah dan mengasyikkan untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan, tidak masuk akal, atau pertanyaan yang tidak terjawab. Beberapa kejadian penting di dunia memang menyisakan misteri yang membuat orang penasaran dan akhirnya menebak-nebak sendiri jawabannya. Hasil tebakan dari awang-awang ini lah yang kemudian menyebar kemana-mana dan dipercaya oleh sebagian orang awam. Apalagi kalau sudah bercampur dengan hoax, foto editan, dan prasangka, tentu akan makin liar kesimpulannya dan makin banyak orang yang percaya.

Jawaban paling mudah atas suatu peristiwa tentunya dengan menyalahkan pihak berwenang/otoritas, korporasi besar, ataupun "tetangga sebelah" (dalam artian SARA). Salah satu contoh teori konspirasi paling langgeng mungkin adalah pada kejadian pembunuhan presiden AS John F. Kennedy (JFK). Pada kejadian itu, ada hal-hal yang tidak terjawab karena si pembunuh presiden keburu tewas sebelum sempat diinterogasi motifnya oleh FBI. Publik pun kecewa dan berbagai teori konspirasi berseliweran. Mulai dari koneksi Kuba, Soviet, bahkan CIA dan pemerintah AS sendiri dituduh menjadi dalang pembunuhan JFK.

Tak hanya kejadian-kejadian tanpa jawaban, namun kini bahkan kejadian yang sudah jelas dan mempunyai bukti nyata pun masih diputar-balikkan dan digoreng oleh pihak-pihak tertentu dengan menciptakan teori konspirasi. Tujuannya ? Untuk mendiskreditkan dan menjatuhkan pihak lain. Teori ini kemudian disebar agar mempengaruhi orang lain untuk ikut-ikutan menyalahkan dan memojokkan orang atau kelompok tersebut. Orang yang mendengarnya kemudian percaya begitu saja tanpa mencari konfirmasi atau penjelasan. Akal sehat mereka tak digunakan untuk mencari jawaban.

Biasanya, orang-orang yang mempercayai teori konspirasi itu tidak memiliki bukti apapun mengenai teori mereka. Mereka hanyalah orang-orang yang tidak tahu, kurang informasi, atau salah memahami realita yang ada. Pertanyaan-pertanyaan mereka biasanya mudah dijawab oleh saksi mata, para ahli yang kompeten, atau orang yang mengetahui duduk persoalannya.

Tetapi mereka tidak butuh penjelasan, mereka lebih menyukai sensasi teori konspirasi beserta bumbu-bumbunya. Ketidaktahuan itu wajar, tetapi jika sudah malas mencari jawaban dan penjelasan, itu bodoh namanya. Belum lagi kalau akal sehatnya sudah diselimuti oleh kebencian terhadap seseorang atau kelompok, maka apa saja yang menyalahkan orang atau kelompok itu akan dipercaya mentah-mentah tanpa memperdulikan fakta dan bukti yang ada. Some people just believe what they want to believe.

Di sini kasus sebenarnya adalah rasa benci yang menutupi logika dan hati nurani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun