Ibu Ipah dulunya memiliki keramba ikan, tetapi bencana banjir yang melanda Sungai Tabuk pada tahun 2021 mengakibatkan kerusakan pada kerambanya dan menyebabkan kerugian besar. bu Ipah menjelaskan bahwa bencana tersebut sangat berdampak pada kehidupannya. “Saya kehilangan sumber pendapatan yang cukup besar. Sejak saat itu, saya tidak bisa melanjutkan kegiatan ini lagi,” ujarnya. Meskipun mengalami kerugian, Ibu Ipah tetap optimis. “Sekarang saya mencoba untuk mencari peluang lain. Saya berencana untuk menanam sayuran di lahan yang tersisa di samping rumah,” tambahnya. Beliau berharap agar ada dukungan dari pemerintah dan masyarakat untuk membantu para petani dan pengusaha kecil seperti dirinya agar bisa bangkit kembali setelah bencana. “Saya ingin bisa kembali berkontribusi kepada masyarakat dan mendapatkan penghasilan dari usaha baru ini,” tutup Ibu Ipah dengan semangat.
Beliau adalah Ibu Ani saudara dari Ibu Ipah. Ibu Ani menjelaskan bahwa sebelum bencana, dia sering membantu Ibu Ipah dalam mengelola keramba ikan. “Saya belajar banyak tentang cara merawat ikan dan menjaga kesehatan mereka,” tambahnya. Setelah bencana, Ibu Ani memutuskan untuk menggunakan lahan basah yang tersisa di samping rumah untuk menanam sayuran. “Saya memilih menanam sayuran karena lebih mudah dan cepat menghasilkan pendapatan,” jelasnya.
“Saya menanam berbagai jenis sayuran seperti cabe, kangkung, dan sawi. Lahan basah di sini sangat subur dan ideal untuk pertanian,” lanjut Ibu Ani. Ibu Ani juga mengakui bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam mengelola lahan basah superti perubahan cuaca dan serangan hama. Namun, Ibu Ani tetap optimis tentang masa depan berharap agar pemerintah dan masyarakat bisa memberikan dukungan yang lebih baik.
5. Desa Sungai Pinang Lama
Beliau adalah Ibu Wati. Ibu Wati menggunakan lahan di depan rumahnya untuk pemanfaatan lahan basah yang beliau gunakan untuk menanam mangga menunjukkan bahwa lahan tersebut memberikan manfaat yang signifikan baik secara ekonomi maupun lingkungan. Ibu Wati menjelaskan bahwa kondisi tanah yang subur dan kelembapan yang terjaga di lahan basah memungkinkan pertumbuhan tanaman mangga dengan optimal. Beliau menggunakan teknik penanaman yang teratur dan memberikan perawatan yang baik, termasuk pemupukan dan pengendalian hama secara alami. Selain memberikan hasil panen yang melimpah, Ibu Wati juga menyadari pentingnya menjaga ekosistem sekitar. Dengan menanam mangga, beliau berkontribusi pada pelestarian lingkungan, seperti penyerapan karbon dan habitat bagi berbagai spesies. Ibu Wati berharap agar lebih banyak petani memanfaatkan lahan basah dengan cara berkelanjutan untuk meningkatkan hasil pertanian sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem.
Beliau adalah Bapak Ilham, selain menjadi seorang petani , beliau juga memiliki kebun jeruk. Pak Ilham mengungkapkan pemanfaatan lahan basah yang sangat efektif untuk budidaya tanaman jeruk. Beliau juga menjelaskan bahwa lahan yang subur dan kaya akan nutrisi di daerahnya memungkinkan pertumbuhan jeruk dengan optimal. Selain itu ada beberapa Tantangan yang dihadapi Pak Ilham seperti masalah hama dan gulma. Jika itu terjadi maka hasil panen akan menurun dan menyebabkan perekonomian beliau menjadi tidak stabil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H