Mahasiswa pada umumnya harus menunggu momentum Kuliah Kerja Nyata terlebih dahulu agar bisa mengabdi terhadap masyarakat, itu pun berbenturan dengan beragam keterbatasan, layaknya waktu dan rigidnya prosedur pemenuhan nilai.
Mengingat masyarakat di daerah memerlukan aktor intelektual seperti mahasiswa dalam menuntaskan masalahnya, maka pengabdian di daerah harus di substitusikan pada makna gerakan mahasiswa, bagaimanapun caranya. Bisa dengan memperbanyak diskursus kedaerahan di kampus-kampus sebagai upaya penyadaran, kaderisasi sebagai bentuk pewarisan spirit kedaerahan, hingga membuat konferensi darurat untuk membuat konsensus baru dari Gerakan mahasiswa.
Perlu ditegaskan, pemaknaan ulang ini bukan berarti menghilangkan makna lama dari gerakan mahasiswa, bukan juga mengunggulkan makna yang akan disuguhkan. Akan tetapi untuk menunjukan makna lain yang terpinggirkan.
Sinisme yang tidak perluÂ
Banyak stereotip miring terhadap gerakan mahasiswa di daerah, khususnya menyasar organisasi-organiasi mahasiswa yang mengatas namakan daerah (Ormada).
Pandangan sinis terhadap ormada sering kali muncul, terus terang saja seperti ormada yang di cap sebagai organisasi taktis untuk kepentingan politik sesaat, atau ormada dijadikan sebagai proyek jangka panjang yang di gunakan untuk menyerap anggaran pemerintah daerah tertentu, namun gosip tersebut bukan lah sesuatu yang baru.
Tentu pandangan tersebut bukan lah ujaran tanpa dasar, tapi berangkat dari fakta yang pernah terjadi. Memang benar bahwa terdapat organisasi-organisasi daerah yang sengaja diformulasikan sebagai pemenuh kepentingan sesaat. Namun banyak juga ormada yang lahir dari kegundahan, idealisasi dan cita-cita dari para mahasiswa terhadap perkembangan daerahnya. Yang dibekali dengan sikap serta ketegasan baik secara tertulis maupun mewujud dalam etika dan moral organisasi.
Bahkan ormada-ormada tersebut telah melahirkan kader-kader yang memiliki integritas dan sensibilitas, juga dibekali dengan spirit kebaikan dalam memperjuangkan kesejahteraan daeranya. Dan itu adalah sebuah fakta.
 Berjuan Bersama
Berjuta teori di bangku perkuliahan yang ditumpuk di otak akan menjadi sampah, Ketika tidak sempat dibagikan kepada rakyat kecil di daerah.
Spirit kedaerahan harus bersemayam dengan kokoh pada setiap benak mahasiwa. Bukan berarti mengalih fokuskan ke daerah secara total, tapi setidaknya mendistribusikan focus. Karena peran mahasiswa di masyarakat sangat sentral.