Itulah kenapa Puan Maharani menangis. Terlebih lagi, posisi partainya sebagai oposisi pemerintah tidak memberikan banyak ruang untuk berbuat. Sehingga tidak mungkin suaranya didengar oleh SBY ketika itu.
Sekarang, kenapa Puan Maharani tidak menangis?
Bukan berarti ia tidak sedih melihat penderitaan rakyat kecil. Puan Maharani tahu bagaimana tangisan rakyat itu harus dihapus. Puan Maharani, dalam darah dan pikirannya, selalu terpatri untuk membuat rakyat bahagia, seperti cita-cita kakeknya, Ir. Soekarno. Puan Maharani tidak menangis, sebab ia paham kondisi sebenarnya ketika ia berada dalam pemerintahan. Menjadi bagian dari pemangku kebijakan sebagai menteri.
Puan Maharani paham, bahwa alasan pencabutan itu berdasarkan alasan yang masuk akal, yaitu membangun infrastruktur dan menciptakan program yang produktif bagi rakyat. Terlebih lagi, sebagai bagian dari pemerintahan, tidak mungkin ia mencampuri hal yang bukan tugasnya. BBM adalah urusan kementerian yang lain, bukan kementeriannya.
Apakah Puan Maharani harus menangis dengan kondisi saat ini? Sedangkan saat ini ia bisa langsung berdiskusi dengan Presiden, memberikan masukan kepada Presiden sesuai dengan peran dan fungsinya, dan itulah yang tidak diketahui oleh publik. Artinya ada kerja-kerja dan upaya lebih yang dilakukan oleh Puan Maharani saat ini dibandingkan dengan hanya sebatas tangisan.
Pada konteks inilah, pertanyaan penting yang perlu disadari, untuk apa Puan Maharani menangis? Apakah dengan tangisan itu akan menjadikan pihak-pihak tertentu yang "menggonggong" akan diam? Bukankah hal itu akan semakin diramaikan lagi sebagai pencitraan dan akan tercipta kegaduhan politik yang semakin tidak produktif?
Terlebih lagi, Puan Maharani meyakini, bahwa pemerintahan Jokowi ini berada pada jalur yang semestinya (on the track). Berbagai pembangunan infrastruktur dikerjakan secara massif.
Kita bisa lihat hasilnya sekarang. Pembangunan infrastruktur wilayah timur dan tengah, pembangunan tol laut, jembatan, irigasi, pertanian, KIS, KIP, PKH, Energi, Pembangkit Tenaga Listrik, Sertifikasi Tanah, dan berbagai kerja atau kebijakan lain yang luar biasa berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat. Memang tidak sempurna. Tapi setidaknya jauh lebih baik dari sebelumnya
Ada yang mengkritisi, ngapain membangun infrastruktur? Jangan salah, bahwa dulu, Soekarno pun dikritik secara luar biasa ketika membangun (Proyek Mercusuar). Bahkan mungkin lebih parah dibandingkan sekarang.
Andai saja sejak dulu dunia medsos ramai, gambar Soekarno mungkin akan dijadikan meme dan ploncoan. Dulu, Soekarno membangun Masjid Istiqlal, Monas, Kawasan Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, Sarinah, Hotel Indonesia, Wisma Nusantara, dan proyek mercusuar lainnya bukan tanpa kritikan.
Kenyataannya, justru bangunan-bangunan itulah yang menjadi identitas bangsa saat ini. Artinya, Soekarno tidak hanya membangun benda saja, tapi sekaligus identitas dan jiwa bangsa.