Hari Selasa 21 Juni 2011 pukul 05 pagi bangun teringat satu segmen dalam mimpi, bertemu Soekarno. Sebetulnya aku bukanlah penggemar Soekarno, mengingatnya pun jarang kecuali ia sebagai presiden pertama RI dan hanya sedikit ideologinya yang aku tahu dan aku pelajari. Tapi entah kenapa tiba-tiba ia muncul dalam mimpiku. Dan barangkali Bung Karno pun tahu aku bukan pengikutnya sehingga segmen yang ia tampilkan dalam mimpiku pun bukan segmen tentang heroisme yang sering ia tampilkan dalam perjuangan membela negara atau mengutarakan ideologinya, melainkan perjuangan melamar seorang wanita. Hihihi, barangkali aku terlalu terobsesi pengin melamar wanita sehingga Bung Karno seperti sedang memberi tahu aku bagaimana ia melamar wanita, wkwk..
Dan yang mengherankan, kemunculan sosok Bung Karno dalam mimpi itu bertepatan dengan hari meninggalnya. Hal ini sama sekali tidak aku ketahui. Aku tahu sewaktu membaca Koran Kompas Edisi 21 Juni 2011 di atas Cirebon Express dalam perjalananku ke Jakarta dari Kota Tercinta, TEGAL. Aku menyambut beritanya dengan senyum kecil, dan sedikit tanya tentunya. Ada apa dengan kemunculan Bung Karno tepat di hari kematiannya?
Jika menengok ungkapan Sigmund Freud tentang mimpi, ia bisa saja berasal sekumpulan data yang terlupakan di otak. Jika demikian, apakah kehadiran Bung Karno seakan ingin mengingatkan aku akan sosoknya?
Kalo boleh, aku akan menarik pernyataan di atas untuk digeneralisasi yang barangkali kita bisa menangkap hikmah kemunculannya itu. Ya, mimpi bisa berasal dari sekumpulan data yang terlupakan di otak dan tersimpan di alam bawah sadar kita. Apakah itu tandanya bahwa Bung Karno telah kita lupakan? Padahal Bung Karno sendiri mengingatkan pada kita semasa hidupnya bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawan. Kalau demikian, kita bukanlah bangsa yang besar karena kita sudah melupakan jasa-jasa pahlawan kita. Yang memalukan adalah sekelompok orang yang terlibat dalam perjuangan pun tidak tapi dia mengaku-ngaku pahlawan untuk kepentingan pribadi dan kelompok saja.
Bung Karno sebetulnya bukanlah orang yang menarik buatku, hingga aku menemukan satu periode dalam hidup Bung Karno yang begitu elegan sehingga menarik banyak perhatian perempuan. Dari situ kemudian aku mulai tertarik untuk mendekati Bung Karno, hingga kemunculannya dalam mimpi tersebut. Dan beberapa hari yang lampau, seorang teman di facebook menulis sebuah catatan yang isinya begitu menarik buatku, dia menceritakan tentang guru-guru spiritual Bung Karno yang merupakan ulama-ulama internasional, bukan dukun-dukun pagan. Diceritakan juga oleh teman facebook-ku itu bahwa peristiwa supersemar dan rencana perebutan kekuasaan oleh orang kepercayaannya sebetulnya diketahui olehnya namun dengan rendah hati Bung Karno membiarkan usaha orang kepercayaannya itu dan menyerahkan agar rakyat saja yang merebutnya kembali.
Barangkali hal di atas bukanlah sesuatu yang patut dibesar-besarkan, namun hendaknya dengan kehadiran Bung Karno di tengah kelupaanku padanya bisa menarik kembali hatiku untuk bisa mendekatinya, mengambil pelajaran padanya dan meneruskan apa yang dicitakannya.
Satu lagi, meski peristiwa kehadiran Bung Karno itu sudah hampir dua bulan lalu, tapi aku baru sempat menerbitkan tulisan ini sekarang karena baru tak selesaikan. hhe..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H