meski pertandingannya sudah berlalu kira dua hari, tapi efek yang dihasilkannya masih berdampak hingga kini. bukan karena kesan baik yang dihasilkan, tapi karena tragedi yang terjadi. ya, mungkin inilah sepakbola, selalu menarik karena dihiasi oleh tragedi. tragedi-lah yang akan selalu terkenang oleh sejarah. semua penggemar bola pasti tidak akan melupakan apa yang dilakukan Maradona pada piala dunia 1986 melawan Inggris. karena ulahnya, Tuhan pun dilibatkan dalam lapangan sepakbola. atau bagaimana penggemar MU dan Bayern Munchen akan selalu mengingat final UCL 1999, seperti para Milanisti dan Liverpudian selalu mengingat final UCL 2005. tragedi selalu memberi ruang dalam memori kita.
begitupun apa yang menimpa saya, sebagai Madridista, tragedi Bernabeu Kamis kemarin tak bisa dihilangkan begitu saja. sepakbola yang telah mengajariku arti cinta, harus dinodai oleh segelintir oknum perusak sepakbola dengan aksi menyelamnya. sepakbola merupakan drama memang, tetapi drama yang selalu menghasilkan sesuatu yang di luar dugaan (prediksi), bukan drama yang dipenuhi dengan kepura-puraan dan kemunafikan (diving). kami mengutuk keras aksi diving di lapangan!
semua mengakui keindahan tiki-taka ala Barca, pun demikian saya -meski kadang tiki-taka agak menjenuhkan bila terlalu banyak mengoper bola ke belakang-. dalam tragedi itu, paling tidak ada tiga hal yang mengusik hati saya dan sangat mungkin inilah penyebab kekalahan memalukan itu:
pertama, absennya Ricardo Kaka. semua mengakui kehebatan Kaka. Ozil bukannya tak bagus, tapi Madrid sangat membutuhkan pemain yang memiliki mental kuat untuk menghadapi atmosfer pertandingan sekelas semifinal liga champion yang selalu panas dan sarat gengsi. determinasi dan kreatifitas keduanya seimbang memang, tapi mental dan pengalaman menjadi nilai lebih dari sebuah pertandingan sepanas semifinal UCL ini. lihatlah apa yang dilakukan Sir Alex pada Ryan Giggs. Dialah pembeda partai Schalke vs MU karena kesabaran dan ketenangannya.
kedua, jelas kartu merah yang diberikan Wolfgang Stark (fans Leonel Messi) kepada Kepler 'Pepe'. semua bisa menilai tentang keputusan ini. tak dipungkiri, Pepe-lah sang penjegal utama kratifitas Messi, tanpanya, Messi seperti mendapatkan sayapnya untuk terbang tinggi sehingga bek Madrid kewalahan mengejar kecepatannya.
ketiga, dua gol Messi tentunya, hhehehe..
untuk laga leg II, kami (Madridista) tak berharap banyak (lolos ke final), tapi paling tidak Madrid wajib mempertahankan harga dirinya untuk tidak membiarkan begitu saja gawangnya dibombardir Barcelona, seperti yang terjadi pada el-classico jilid I. Madrid dituntut maen lepas namun harus tetap fokus di barisan pertahanan. Kaka wajib dimainkan pada laga ini. sekali lagi, Kaka bisa menjadi faktor pembeda pada el-classico jilid V oleh permainan dan pengalamannya. Madrid tak akan menuai kemenangan bila mempertahankan gaya permainan seperti yang ditampilkan di Bernabeu Kamis lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H