Mohon tunggu...
masruhan
masruhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Halo! Saya Masruhan, saya merupakan seorang mahasiswa. Disini saya belajar untuk menulis sebuah artikel yang menarik dan bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pengaruh Komunikasi Asertif Orangtua terhadap Anak

24 Januari 2023   16:50 Diperbarui: 24 Januari 2023   16:53 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam mengurus anak mulai dari balita hingga tumbuh menjadi usia dewasa, pola asuh orang tua mempunyai peranan yang sangat penting untuk tumbuh kembang anak dari segi emosional. salah satu aspek paling penting dalam pola asuh orang tua merupakan komunikasi, dengan bagaimana orang tua mengkomunikasikan sebuah aturan dalam rumah, kesalahan yang dilakukan oleh anak, dan keinginan orang tua terhadap masa depan anaknya. 

ketika orang tua berkomunikasi kepada anak tentunya ada saja kesulitan dalam memahami satu sama lain karena adanya perbedaan pemahaman, perubahan zaman, dan lingkungan pertemanan. oleh karena itu perlunya orang tua untuk mempelajari sebuah gaya komunikasi supaya dapat membuat pola asuh yang ingin terapkan kepada sang anak dapat berjalan dengan maksimal. ada beberapa gaya komunikasi diantaranya itu ada :

1. Komunikasi pasif

Pola komunikasi ini membuat seseorang enggan untuk mengungkapkan pendapat dan perasaannya tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah pribadinya, begitu juga untuk mengungkapkan hal-hal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi orang ini berusaha menghindari dirinya untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya kepada orang lain yang mempunyai perbedaan dengan dirinya.

2. Komunikasi agresif

Pola komunikasi ini biasanya akan menekan lawan bicaranya, karena secara umum mereka hanya mementingkan hak yang ia miliki saja.  Dirinya menganggap hanya dialah yang benar sehingga tidak memberikan ruang lawan bicaranya untuk mengungkapkan isi dari pikiran dan perasannya. Dan selalu memperlakukan orang seenaknya, marah-marah, memberikan komentar yang tidak pantas untuk didengar.

3. Komunikasi pasif-agresif

Pola komunikasi pasif-agresif ini memiliki pola gabungan dari pola komuniaksi pasif dan agresif. Jadi seseorang akanmemperlihatkan komunikasi yang pasif tetapi disisi yang lain ia menunjukkan komunikasi agresif secara halus. dengan komunikasi ini jika seseorang tidak terima dengan sebuah pernyataan dia tidak akan mengunkapkannya didepan orangnya tetapi akan mengungkapkannya dibelakang orang tersebut.

4. Komunikasi asertif

Pola komunikasi ini membuat orang saat berbicara akan tampil dengan tenang dan pengucapan yang jelas, bersikap jujur dan langsung pada suatu permasalahan yang menjadi persoalan. Dengan pola komunikasi ini membuat orang mempunyai kemampuan dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya tanpa melupakan perasaan lawan bicaranya. Orang dengan pola komunikasi ini akan sangat  menghargai lawan bicaranya, menghargai waktu, dan memakai emosi yang cerdas, spiritual demi kenyamanan atau ketenangan pribadinya dan orang lain.

Dengan memahami pola atau gaya komunikasi diatas orang tua dapat memahami dampak apa yang akan terjadi ketika anak menerima salah satu dari gaya komunikasi diatas saat mengasuh anak. itulah kenapa komunikasi asertif menjadi pengaruh penting terhadap  emosional anak. dalam penggunaan komunikasi asertif membuat para orang tua akan jauh lebih menghargai perasaan anak sehingga anak akan merasa dihargai oleh orang tuanya. hal ini dapat mempengaruhi cara anak dalam bersosialiasi dengan teman-temannya. 

Ketika anak yang terbiasa berkomunikasi dengan gaya komunikasi pasif saat berada dirumah, mereka akan lebih sering memendam perasaannya ketika mainannya diambil, tidak mendapatkan hak yang seharusnya, tidak berani untuk mengekspresikan perasaannya, dan tidak mau ada perdebatan walaupun itu untuk mendapatkan haknya.

Untuk anak yang lebih sering mendapatkan gaya komunikasi agresif dengan dibentak, dimarahin setiap kesalahan yang dilakukan, dipukul, selalu disalahkan itu membuat anak mempunyai emosi yang negatif. Sehingga ketika besosialisai anak akan cenderung menjadi orang yang egois tidak memikirkan perasaan temannya, hanya karena sedikit melakukan kesalahan, adanya perbedaan pandangan, atau saat diberikan kritik dan saran. anak merasa tidak terima dengan sikap temannya dan akan memberikan feeback yang tidak sepantasnya kepada teman-temanya 

dan anak yang terbiasa mendapat gaya komunikasi pasif-agresif membuat anak tidak dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya secara penuh. anak ini akan cenderung diam atau meng'iya'kan ketika berhadapan dengan teman-temannya dan baru bisa mengekspresikan perasaan dan pikirannya ketika dibelakang teman-temannya sehingga membuat temannya merasa baik-baik saja padahal disatu sisi anak tersebut itu tidak merasa baik atau tidak terima dengan sikap temannya.

sedangkan anak yang terbiasa diperlakukan oleh orangtuanya dengan gaya komunikasi asertif dapat membuat anak mempunyai simpati dan empati terhadap teman-temannya. Hal ini disebabkan karena anak terbiasa dihargai baik perasaan maupun pikirannya oleh orang tua saat berkomunikasi. Dengan kemampuan berkomunikasi asertif membuat anak akan jauh lebih menghargai dirinya dan orang lain sehingga anak memiliki batasan ketika mengungkapkan perasaan kepada teman-temannya.

Komunikasi asertif menjadi cara yang tepat dalam menjalin sebuah hubungan, terutama dilingkungan pertemanan anak yang sangat sering terjadi pertikaian karena hal-hal kecil. Dimana biasanya anak yang merasa lebih kuat dibandingkan temannya akan bertindak agresif sedangkan yang merasa dirinya lemah akan bersikap pasif. Dengan orang tua yang terbiasa melakukan komunikasi asertif hal ini yang akan membentuk anak bagaimana ia dapat menyampaikan isi perasaannya ketika terjadi pertikaian dengan tetap menghargai teman-temannya. hal inilah yang dapat menghindari anak untuk bersikap tidak perduli dengan kondisi dirinya sendiri yang akan mengakibatkan masalah dalam waktu jangka panjang, ketika orang tuanya tidak terbiasa menerapkan komunikasi asertif dalam pola asuh anak yang nantinya akan sangat berdampak pada perilaku anak ketika menjalin sebuah hubungan  dengan temannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun