"Maka dari itu, tetaplah jadi dirimu apa adanya, tanpa harus mengubah keasliannya. Dan saat rasa cinta pada diri sendiri atau self-love itu sudah tumbuh, rangkulah rasa itu dengan sungguh-sungguh.Â
Karena sejatinya hanya diri kita lah yang dapat menyadari bahwa diri ini berarti. Jangan ragu untuk melangkah maju, "you don't have to listen to what people say, you can be who you are! Thank you, jangan lupa bersyukur dan semoga dapat membantu". (Salsabila, Putri 2021)
Mendengar kata self love yang belakangan semakin sering di sebut di media sosial dan artikel artikel online, sepertinya sudah tidak asing lagi.Â
Apa sih self love itu?
Self love atau juga dikenal dengan self compassion adalah mencintai diri sendiri atau menerima diri kita sendiri dengan segala kekurangan dan tentunya kelebihannya. Terkadang ada yang salah mengartikan self love ini dengan egois atau narsisme.Â
Egois itu lebih diartikan dengan self centered atau selfish, yaitu lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri. Sedangkan narsisme adalah level self love yang ketinggian yang berujung terlalu merasa diri paling unggul dan selalu ingin menjadi yang terbaik.
Gambarannya adalah misalkan kita punya anak nih. Bagi yang sudah punya anak, anak itu kan kita sayangin banget dan pastinya kita akan memperhatikan dan berusaha memenuhi semua kebutuhannya, kita akan lebih menjaga kesehatannya, menjaga kenyamananya. Nah, pernah tidak kita memperlakukan diri kita sendiri seperti itu?Â
Harusnya iya, kita harus memperlakukan diri kita itu seperti kita memperlakukan anak kita.Â
Sayangi diri, rawat, jaga kesehatan dengan makanan dan pola hidup sehat, memperhatikan kebutuhan diri kita.
Self love itu adalah cara untuk menerima diri, menerima apa yang kita miliki dan yang tidak kita miliki dengan bahagia.Â
Menjadikan apa yang dianggap kelemahan diri menjadi kekuatan yang dapat membangun kepercayaan diri.Â