Perilaku tertib membuang sampah memang dimulai dari kebiasaan kecil di rumah dan dilatih sejak dini. Sosialisasi Karnaval NES Peduli "Jakarta Tanpa Sedotan" juga menghadirkan anak-anak turut serta menjaga kebersihan dengan cara memunguti sampah yang tersebar sembarangan mulai dari taman hingga jalan raya.
Mulai juga saya mikir adakah sedotan tanpa berbahan plastik. Jadi boleh juga pakai sedotan asal tidak berbahan plastik agar dapat digunakan berulang-ulang kali.  Ternyata sedotan itu sudah ada sejak tahun 1800-an dengan bahan  dari jerami.Â
Sedotan modern rata-rata dibuat dari plastik jenis polypropylene, polystyrene dan beberapa campuran kimia lainnya yang berkembang di tiap zaman sesuai kebutuhan.
Beberapa sedotan ramah lingkungan di produksi sebagai produk alternatif pengganti sedotan plastik sekali pakai. Mulai dari sedotan stainless steel, bambu, kaca hingga bioplastic. Dengan alternatif sedotan tanpa plastik ini seharusnya dapat segera mengurangi sampah sedotan plastik yang mengotori perairan dan pantai di Indonesia. Â
Di Indonesia khususnya Jakarta isu bahaya sedotan belum terlalu populer. Namun NES Peduli dengan "Jakarta Tanpa Sedotan" memberikan kesadaran kepada masyarakat luas akan bahaya yang di timbulkannya.Â
Di negera maju seperti di Inggris, sejumlah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) mulai bergerak aktif menyadarkan masyarakat agar tak lagi menggunakan sedotan saat membeli minuman di luar rumah.
Jadi kuatir juga yaa...kalau kita minum air kemasan ukuran gelas dengan sedotan plastik ukuran sekitar 5 cm lebih kecil dari yang biasanya. Apa yang terjadi dengan tumpukkan sampahnya... menjadi bahaya tersembuyi yang terkadang berdampak luas dan tidak kita sadari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H