Mohon tunggu...
mohamad sobari
mohamad sobari Mohon Tunggu... Bankir - Semangat tanpa lelah

Menatap Kedepan, Melangkah Maju.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenal Kota Rangkasbitung Melalui Festival Seni Multatuli (FSM) 2018

13 September 2018   14:44 Diperbarui: 13 September 2018   15:03 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Simposium Hari Kedua yang diselenggarakan di Aula Multatuli Setda Lebak. Mengisi hari libur saya bekerja untuk menuju kembali ke Rangkasbitung,  saya ingin lebih mengenal sejarah tentang tema "Paskakolonial dan Isu-Isu Mukhtahir Lintas Disiplin".  

Sangat saya appresiasi sekali buat panita FSM 2018 yang terus menerus mempublikasikan kegiatan demi kegiatan yang berlangsung sepanjang acara hingga malam. Ada yang menarik saat saya saksikan pagi ini  adalah seni budaya Suku Baduy seperti pertunjukkan Karinding dan Calempung.  Kesempatan juga akhirnya dapat melihat kesenian khas masyarakat Lebak, Banten.

dok.pribadi
dok.pribadi
 Selanjutnya acara simposium dimulai dan moderator, Dr. Eko Supraptono memberikan arahan acara untuk para narasumber yang memberikan kuliah singkat diantaranya Dr. Sri Margana (Dosen Sejarah UGM) yang membahas tentang "Prakterk Kolonialisme di Indonesia" dan Dr. Bondan Kanumoyoso (Dosen Sejarah UI) yang membahas tentang "Konteks Sejarah Novel Max Mavelaar" . Kedua narasumber ini merupakan lulusan dari Universitas Leiden, Belanda. Universitas negeri ini dikenal sebagai universitas riset yang terkenal di dunia.

Pada sesi tanya jawab memang saya tidak memberikan pertanyaan kepada kedua narasumber dari sembilan orang yang diberikan kesempatan hanya saya yang menyanggah ulasan kedua narasumber. Dan memang akhirnya saya harus pahami bahwa sejarah harus kembali melihat kejadian dari sisi kita dan tidak melulu melihat keburukkan dari si penjajah.  

Pandangan ini tentunya menjadi pemahaman yang harus kita pahami. Penjajahan itu selalu melibatkan posisi bangsa kita sendiri yang turut andil mendukung para penjajah. Dan juga pembangunan infrastruktur pada masa penjajahan dulu menjadi dasar pembangunan yang berkembang hingga masa sekarang. Jadi pandanglah sisi lain yang positif dan tidak selalu berburuk sangka.

Terima kasih saya ucapkan kepada panita Festival Seni Multatuli (FSM) 2018 terutama dukungan dari Bupati Lebak, Provinsi Banten dan  Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud RI serta Erasmus Huis, Pusat Kebudayaan Belanda  atas terselenggaranya acara ini. 

Kita dapat lebih mengenal sejarah masa kini yang terus kita lestari yang tentunya perlu dikembangkan kebersamaan untuk   berpikir positif  dan semangat untuk maju. Jadi inilah cara masyarakat Lebak, Banten untuk dapat memperkenalkan  kota Rangkasbitung agar di kenal dunia  melalui  Festival Seni Multatuli (FSM) 2018. (MS)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun