Mohon tunggu...
mohamad sobari
mohamad sobari Mohon Tunggu... Bankir - Semangat tanpa lelah

Menatap Kedepan, Melangkah Maju.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenal Kota Rangkasbitung Melalui Festival Seni Multatuli (FSM) 2018

13 September 2018   14:44 Diperbarui: 13 September 2018   15:03 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bupati Lebak, Iti Octaviani Jayabaya

Dengan jarak yang tertera sekitar 1 km saya tempuh dengan berjalan kaki dan menelusuri pasar kaget yang berada di sekitar stasiun. Sempat saya bayangkan sekitar  10 tahun lalu saya terakhir datang ke Rangkasbitung dengan suasana yang tidak berbeda jauh.

dok.pribadi
dok.pribadi
Setiba di lokasi acara Festival Seni Multatuli (FSM) 2018 dengan menelusi beberapa jalan dan bertemu dengan Jalan Multatuli menuju ke Alun-Alun Timur Rangkasbitung. 

Nama Multatuli menjadi nama yang tidak asing lagi bagi warga sekitarnya hal ini juga di dukung keberadaan Museun Multatuli dan Perpustakaan Saijah dan Adinda sebagai perpustakaan terbesar di Provinsi Banten.

Melalui account Instagram @taudaribloggeri.info saya sebagai admin selalu informasikan tentang even festival agar dapat viral dan dikenal oleh banyak orang bahwa Rangkasbitung menjadi sesuatu yang wajib dikunjungi oleh teman-teman blogger sebagai tempat yang bersejarah dimana Eduard Douwes Dekker nama asli dari penulis novel Max Havelaar dengan nama samarannya Multatuli pernah tinggal selama 84 hari di Rangkasbitung sebagai assisten residen di Lebak pada Januari  1856.

Hanya kurang dari 3 bulan, Eduard Douwes Dekker tinggal di Rangkasbitung. Ini menjadi gambaran bahwa kekejaman sistem kolonian  dan keangkuhan pejabat pribumi di Lebak saat itu yang bekerja sama dengan dengan pemerintahan Hindia Belanda melakukan praktik-pratik pemerasaan dan juga kerja rodi. Menyebabkan beliau tidak tahan dan mengundurkan diri dari jabatan assisten residen.

Namun dari jejak-jejak yang masih berbekas di sekitar Rangkabitung inilah yang menyebabkan ada inisiatif dari Bupati Lebak sekarang ini  untuk membuat Museum Multatuli dan Perpustakaan Saijah dan Adinda sebagai gambaran masa lalu yang hingga kini masih berbekas dan mungkin juga masih terjadi. Cerita romantis yang ada dari bagian novel ini juga berkisah tentang dua insan yang harus berpisah karena kondisi masa kolonial yang sangat buruk.

Setelah acara pembukaan Festival Seni Multatuli (FSM) 2018 selanjutnya Bupati Lebak dan Dirjen Kebudayaan serta tamu lainnya dari Kedubes Belanda melakukan keliling area festival juga ada pameran sejarah kopi dan mengunjungi tenda-tenda stand UKM (Usaha Kecil Menengah) yang menjajahkan hasil produk industri kuliiner maupun kerajinan tangan lainnya.

Ada satu yang menarik buat saya ketika menelusuri  jejak rumah Eduard Douwes Dekker yang berada di belakang RSUD Dr Adjidarmo, Rangkasbitung. Cuaca saat itu sangat panas dan cukup terik matahari bersinar. Rombongan Bupati Lebak berjalan semangat sekali memperkenalkan peninggalan  bersejarah ini. Perlukah pihak pemerintah daerah Kabupaten Lebak melakukan renovasi ?  karena terlihat kondisi yang tak terawat. Juga di bagian depan bangunan tertulis "Cagar Budaya Rumah Multatuli".

Selanjutnya rombongan kembali dengan menelusuri Jalan Iko Jatmika 1, Rangkasbitung menuju ke Pendopo Bupati Lebak yang berada di bagian selatan alun-alun. Bangunan yang merupakan rumah dinas Bupati Lebak yang diperkirakan dibangun sekitar pertengahan tahun 1800-an. 

Rombongan beristirahat sejenak dan selanjutnya makan siang bersama. Ada yang menarik dari kuliner khas Lebak seperti kue jojorong terbuat dari tepung beras dan didalamnya ada gula merah serta berbagai kue khas lainnya yang terbungkus daun pisang. Menarik bangeet...semoga pada kesempatan lain dapat berkunjung ke Pendopo Bupati Lebak.

"Tak kenal maka tak sayang". Inilah sebuah peribahasa kita yang sangat jelas sekali kalau kita tidak kenal maka tidak sayang. Tidaklah dapat kita pahami kalau kita tidak datang langsung ke Rangkasbitung, Lebak mengenal lebih jauh kota ini. Pengalaman di hari pertama festival ini menjadi pengalaman yang terbaik buat saya. Dan selanjutnya hadir kembali di acara simposium kedua pada hari Sabtu sebagai hari ke-3 penyelenggaran FSM 2018.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun