Mohon tunggu...
mohamad sobari
mohamad sobari Mohon Tunggu... Bankir - Semangat tanpa lelah

Menatap Kedepan, Melangkah Maju.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenal Kota Rangkasbitung Melalui Festival Seni Multatuli (FSM) 2018

13 September 2018   14:44 Diperbarui: 13 September 2018   15:03 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak lama saya telah mengenal nama Rangkasbitung di Kabupaten Lebak dan sebagai orang Banten yang berdomisili di Kabupaten Tangerang. Menjadi kebanggaan buat saya jika nama Rangkasbitung di ucapkan secara utuh dan tidak diucapkan sepenggal dengan sebutan Rangkas. 

Sejak lama saya gemar membaca literasi tentang sejarah beberapa lokasi di Banten yang sarat dengan arti dan makna yang ada dalam pemberian nama tempat yang selalu terkait dengan  sejarah masa itu.

Ada beberapa arti dalam sejarah terbentuknya nama Rangkasbitung yang harus kita pahami bersama. Arti  "Rangkas" adalah berantakkan atau patah dan Arti "Bitung" adalah Bambu. Dapat dimaknai sebagai  "Bambu yang berantakkan atau patah". Dapat kita bisa lihat dalam beberapa sejarah yang menceritakan tentang asal usul nama Rangkasbitung.

telusuri.id
telusuri.id
Festival Seni Multatuli (FSM) 2018 yang saya ketahui dari media sosial salah satunya adalah Instagram di account @festivalsenimultatuli  yang gencar di sosialisasikan panitia acara ini sebelum acara terselenggara  dan terus menerus dilakukan menjadikan ketertarikkan saya untuk lebih mengetahui tentang acara ini dan selanjutnya saya DM (Direct Messanger) sehingga akhirnya dapat  berkomunikasi dengan paniti acara  yang bernama  Hendra Permana sebagai humas. Dan akhirnya saya diperkenankan hadir di acara pembukaan Festival Seni Multatuli (FSM) 2018.

Singkat cerita, Festival Seni Multatuli (FSM) 2018 yang diresmikan langsung oleh Bupati Lebak, Iti Octaviani Jayabaya dan juga dihadiri oleh Dirjen Kebudayaaan Kemendikbud, Hilmar Farid yang diselenggarakan pada hari Kamis (6/9) dan berakhir pada hari Minggu, sekitar 4 hari acara berlangsung dari tanggal 6 hingga 9 September 2018 di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten yang berlokasi di sekitar Alun-Alun Timur Rangkasbitung. 

Pada saat acara pembukaan festival, saya menyempatkan diri  untuk hadir dan selanjutnya pada hari Sabtu kembali hadir untuk kedua kalinya mengikuti simposium yang diselenggarakan di Setda Aula Multatuli.

Bupati Lebak, Iti Octaviani Jayabaya
Bupati Lebak, Iti Octaviani Jayabaya
Memang tidak semua kegiatan di acara ini yang dapat saya ikuti dan pastinya menurut saya hampir semua acara sangat menarik karena mendatangkan beberapa seniman dan pakar sejarah untuk berkunjung ke Rangkasbitung. Naahh...malu juga kan kalau kita yang ada di sekitar Rangkasbitung hanya diam dan menganggap festival ini hanya buang-buang waktu dan biaya saja. 

Ingat ini momen Indonesia masa kini untuk generasi millenial yang tidak boleh dilupakan karena akan terkait dengan berbagai sektor yang akan mengikuti untuk kemajuan Kabupaten Lebak khususnya dan pada umumnya untuk Provinsi Banten dan juga untuk Indonesia sebagai destinasi sejarah yang tak terlupakan oleh dunia.

Pada saat pembukaan Festival Seni Multatuli (FSM) 2018 saya sudah bersiap hadir sejak pagi dengan menggunakan KRL (Kereta Rel Listrik) Rangkasbitung dari Stasiun Pondok Ranji pada jam keberangkatan pertama jam 06.11 WIB dan tiba di Stasiun Rangkasbitung pada jam 07.45 WIB. Setibanya di Stasiun Rangkasbitung dari announcer stasiun memberitahukan tentang acara Festival Seni Multatuli dan pihak penyelenggara menyediakan kendaraan penjemputan yang berada di terminal lama sekitar 100 meter dari stasiun.

Stasiun Rangkasbitung yang sangat bersejarah karena pada tahun 1957 Presiden RI, Ir Soekarno   pernah datang beberapa kali. Namun saat ini di beberapa bagian stasiun terus menerus di tata dan di revitalisasi oleh pemerintah melalui Dirjen Perkeretapian, Kemenhub RI dan juga dikelolah dengan sangat baik oleh operatornya, PT KAI (Kereta Api Indonesia) dan PT KCI (Kereta Commuter Indonesia) agar dapat mengikuti perkembangan jaman sehingga menjadi stasiun yang dapat melayani masyarakat dengan baik dan menjadi sebuah ikon kemajuan.

Menuju ke Alun-Alun Timur Rangkasbitung dari stasiun, saya terlebih dahulu mengecek GPS (Global Position System) dari Google Mapsyang ada di handphone dan melihat lokasi yang tidak terlalu jauh menurut saya, karena kebiasaan berjalan menjadi hal biasa buat saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun