ElFath Collection merupakan UMKM yang bergerak di bidang kerajinan kulit. Pemilik Elfath Collection yaitu Mas Toni telah merintis usahanya sejak 2013. Mas Toni memiliki latar belakang keluarga pengrajin kulit sehingga darah pengrajin telah mengalir sejak kecil. Mas Toni mulai terjun di dunia kerajinan kulit sejak 2013 di Bali. Setelah 3 tahun  merantau, beliau kembali ke Ponorogo tepatnya di Desa Nambangrejo untuk mengembangkan usaha kerajinan kulit. Berjalan 5 tahun, Mas Toni mengembangkan bisnisnya dengan memulai produksi di desa Kalimalang pada tahun 2021. Produksi kerajinan kulit Mas Toni berjalan hingga 2022 dan memiliki 2 orang karyawan.Â
Mas Toni mengolah kulit samak menjadi produk-produk fashion seperti tas, dompet, sabuk, dan lain sebagainya. Selain itu, mas toni menerima pesanan pembuatan name tag dan produk lain yang dapat dibuat dari kulit. Bahan baku kulit didapatkan dari salah satu industri kulit di Magetan, bahan baku yang digunakan merupakan kulit grade A. Dalam menunjang proses produksi, Mas Toni memiliki mesin jahit, alat potong, dan alat pengecatan. Lamanya proses produksi tergantung model yang akan dibuat. Apabila model yang dibuat mudah,  dalam satu hari dapat menghasilkan 2 barang, sedangkan model yang lebih sulit hanya dapat memproduksi  1 barang.
Produk-produk yang diproduksi oleh Elfath Collection nantinya akan dikirimkan ke pengepul yang nantinya akan didistribusikan ke Magetan, Jogja, dan Bali. Dalam sekali pengiriman dapat mencapai 25-30 produk. Produk-produk yang dihasilkan memiliki harga yang bervariasi seperti dompet dihargai 70-100 ribu, sabuk mulai dari 80 ribu, name tag 35 ribu. Dengan harga yang terjangkau, produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus dan sangat cocok digunakan oleh semua kalangan. Untuk informasi yang lebih lengkap terkait produk Elfath Collection, dapat langsung menghubungi kontak di bawah ini:Â
Contact Person
No Telp: 085398473636 Dwi indah, 089696904733 Mas toni
13. Peyek Bu Marsuji
Berangkat dari kegemaran dan tradisi keluarga yang selalu menghadirkan peyek dalam setiap hidangan, Bu Marsuji (Istri dari Pak Marsuji) mengembangkan kegemaran tersebut menjadi sebuah usaha yang menghasilkan rupiah. Bu Marsuji memulai mengembangkan peyeknya sejak 2011. Beliau membuat peyek dengan resep keluarga yang telah dikembangkan.Â
Peyek yang dibuat menggunakan campuran tepung terigu, kanji, dan beras. Bumbu yang digunakan meliputi bawang putih kemiri, garam, dan ketumbar. Proses pembuatan cukup sederhana, namun membutuhkan keahlian dalam proses pembuatan dan penggorengan. Adonan dibuat dengan mencampurkan ketiga jenis tepung dan bumbu-bumbu kemudian diberi air sampai adonan mencapai encer yang diinginkan. Setelah itu, adonan nantinya akan digoreng menggunakan minyak panas dan wajan yang terbuat dari baja. Konon katanya, wajan ini telah digunakan sejak ibunya bu marsuji dan masih awet sampai sekarang. Adonan akan ditempelkan ke wajan kemudian ditempeli isian seperti kedelai, kacang, dan ikan asin. Peyek digoreng sampai warnanya krem kecoklatan kemudian peyek akan ditiriskan sampai minyaknya berkurang. Setelah tiris, peyek akan didinginkan sebelum dikemas dalam plastik. Peyek buatan bu Marsuji renyahnya dapat bertahan sampai satu minggu lebih dengan syarat wadahnya harus tertutup rapat.Â
Bu Marsuji memasarkan peyeknya dengan menyetorkan ke warung-warung. Biasanya dalam satu warung bu Marsuji menyetorkan 15 bungkus peyek dengan harga Rp 2.500 - Rp 3.000 perbungkusnya. Sampai saat ini telah terdapat 11 warung pelanggan tetap bu Marsuji. Peyek bu Marsuji memiliki rasa yang gurih dan renyah. Untuk informasi yang lebih lengkap terkait produk Peyek Bu Marsuji, dapat langsung menghubungi kontak di bawah ini:Â