Jika kita berbicara tentang kota Solo, memang tak luput dari kentalnya warisan dan budaya, mulai dari tempat wisata, makanan, hingga sejarahnya, pada kali ini saya akan membahas topik khususnya dalam bidang kesenian, ini menjadi ciri khas yang nyentrik ketika kita melewati sekitaran jalan Slamet Riyadi.
Ditengah bisingnya suara mesin, klakson kendaraan, asap serta dingin nya udara malam minggu, terdapat ramai kerumunan, lalu lalang pejalan kaki di daerah Gatot Subroto, ini merupakan fenomena yang biasa terjadi di malam menjelang akhir pekan. Karena ini adalah acara yang rutin jika kita lewat sana.
Ramai itu bukan tanpa sebab, karena itu adalah acara Solo Di Waktu Malam, yakni sebuah kegiatan rutin yang diadakan oleh komunitas Bernama Solo Is Solo di jalan Gatot Subroto atau kerap dibilang "Gatsu". Acara ini merupakan pasar yang berbau kesenian, mulai dari jualan, pertunjukan musik live, pameran karya seni, hingga membaca tarot pun ada disini, pokoknya semuanya serba "nyeni" hahaha...
Kalau kita datang pas malam minggu, harus siap menghadapi kemacetan, karena antusiasme warga sekitar cukup tinggi. Mulai dari segala kalangan, contohnya remaja, ibu-ibu yang ngajak anaknya refreshing, hingga kakek-nenek yang sekedar healing pun turut meramaikan trotoar jalanan Gatsu ini. Parkir pun menjadi sedikit penuh di bahu jalan, Saya agak kesusahan mencari parkir namun akhirnya ketemu juga, dengan membayar uang 3 ribu kepada petugas yang memakai baju biru.
Pertama masuk trotoar gatsu, mata saya tertuju pada pedagang yang menjual barang-barang yang berbau vintage... mulai dari mainan, poster, koleksi majalah lama, perangko, jam tangan, cd music, kaset pita, hingga Walkman nya pun juga tersedia di sana. Koleksi kasetnya juga beragam, Luar? Ada, Lokal? Ada, dari Avril Lavigne hingga Jamrud pun lengkap. Karena saya hobi mengoleksi dan mendengarkan music melalui kaset pita, akhirnya naksir juga dengan kaset Blink seharga 75 ribu, namun tidak saya beli karena uangnya tidak cukup...
Setelah pedagang-pedagang barang vintage, ada juga yang jualan Hot Wheels, mainan mobil-mobilan yang biasanya bapak-bapak juga suka ngoleksinya. Harganya juga beragam, mulai dari 30 ribu sampai yang ratusan ribu juga ada, bahkan sampai di taruh di rak display kayu untuk seri Hot Wheels yang memang langka atau biasa dikenal dengan seri "Treasure Hunt"
Geser sedikit ada pedagang gelang yang dirangkai dari manik manik, ini mungkin yang cukup mendominasi karena mayoritas yang berdagang disini ya jualan nya gelang atau kalung dari manik manik, mereka juga jual pin button dan sticker kecil. Dan beberapa ada yang jualan kaos, merchandise, tote bag dan lainnya.
Sampai Dimana kita berada di depan Gedung Solo Is Solo, besebelahan dengan toko kosmetik, sedang ada pameran yang bertajuk "Dimana Anak Anak Sembunyi" yang seniman, kuratornya merupakan dosen dari ISI SOLO, Temanya menarik, tentang AI dan korelasinya pembelajaran seni terhadap anak-anak.
Dari kejauhan saya mendengar ada acara musik ramai yang nonton, tepat di perempatan KFC yang ada wayangnya, mereka membawakan lagu-lagu Dewa dan para penonton kerap sing-along Bersama.
Saya melihat beberapa seniman jalanan, ada yang live sketch, jualan lukisan Nyi Roro Kidul, dan yang bikin saya tertarik adalah Live Karikatur, saya penasaran dan langsung mencobanya.
Beliau adalah Mas Boim, seorang seniman karikatur yang berada di Gatsu, sembari nyeket wajah saya, beliau bercerita tipis-tipis tentang Solo Is Solo. mulanya merupakan pergerakan dari Alumni ISI SOLO, salah satunya Mas Irul Hidayat dan Mas Soni yang menggelar kegiatan mural di sepanjang jalan Gatot Subroto dan diberi nama menjadi Solo Is Solo.
Perkembangan pun terus berlanjut, mereka berpikir bagaimana kalau Solo Is Solo ini dijadikan sebagai wadah untuk teman-teman kreatif mengekspresikan karyanya, dan menjualkan dagangan nya.
Berbicara tentang Teknik, sebetulnya Mas Boim ini basicnya Lukis, karena beliau sudah menguasai konsep realisme, anatomi dan drawing, maka beliau memilih untuk menjual karyanya menjadi karikatur .
"Mau kemana aliran atau style dari art mu bila sudah paham konsep realis, pasti akan bisa,"
"Kalau realisnya belum kuat, ya jangan lari kemana-mana" Ujarnya.
G.M. Sudarta adalah inspirasi nya Mas Boim, ilustrasi-nya di koran Kompas seperti Oom Pasikom mendorong beliau untuk berkarya dalam style karikatur.
Setelah ngobrol-ngobrol tipis sambil wajah saya di sketch sama Mas Boim, akhirnya jadi, Saya sangat puas dengan hasilnya karena beliau bisa menangkap kemiripan wajah nya dengan akurat, walaupun dalam bentuk karikatur, dan teman-teman saya pun juga
ingin wajahnya Digambar sama Mas Boim... hahaha Laris manisss ya Massss....
Waktu Menunjukkan pukul 10, beberapa pedagang sudah mulai tutup, begitupun juga kios-kios di sekitaran Gatsu, namun inilah letak artistiknya muncul. Karena jika toko tutup maka terlihatlah mural-mural di balik pagar besi, ada beberapa mural yang menarik perhatian saya, salah satunya portrait dari Alm. Didi Kempot. Sangat indah dan realis.
Tak hanya itu, ada wajah Basquiat juga, Ada karya mural dengan Teknik Stencil, serta ada salah satu karya dari seniman asal Jakarta yang saya kenal, Om Raurau. Karya ini diberi judul Rockalasasi, dengan mural ini, besar harapan musik Rock bisa berdampingan dengan kehidupan masyarakat yang kuat tradisinya di Solo. Saling beralkulturasi dan saling menginspirasi secara guyub dan bersatu padu rukun.
Akhir kata, Solo Is Solo ini memberikan angin segar, kehidupan dalam dunia kesenian di kota Solo, para pelaku seni di dalamnya aktif dan berada di dalam wadah yang setiap malam minggu selalu aktif. Warna-warni yang ramai, penjual barang-barang unik, mural-muralnya terlihat menarik nan apik, apalagi pertunjukan music dan live sketch nya benar benar top.
Solo Menjadi Hidup. Solo adalah Solo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H