Mohon tunggu...
M Sholeh
M Sholeh Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Masalah Pertanian dan Lingkungan

Profesional lulusan S3 Ilmu Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Indonesia Darurat (Sampah) Sedotan

3 Mei 2022   21:42 Diperbarui: 3 Mei 2022   22:23 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau dihitung seminggu maka limbah sedotan sedotan plastik adalah 651 juta batang atau 117.449 kilometer, jika sebatang sedotan panjangnya 18 cm maka limbah sedotan ini akan mencapai 3 kali keliling bumi yang kita cintai ini (catatan keliling bumi 40.074 km). Luar biasa!

Jika dihitung penggunaan sedotan plastik dunia mencapai 500 juta bantang per hari maka per bulan akan diperoleh limbah plastik 503.522 kilometer atau 5 kali panjang garis pantai Indonesia yang hanya 99.000 km. Selama musim mudik 2022 dengan jumlah pemudik 25 juta orang saja selama hampir 15 hari libur termasuk cuti, maka jika seorang menghasilkan limbah sedotan plastik sebanyak satu batang sedotan per hari saja, maka selama mudik akan dihasilkan 25 juta sedotan plastik per hari atau sepanjang 450 km per hari atau setara jarak kota Jakarta-Semarang.

Kalau liburan panjang lebaran adalah 15 hari maka jumlah sampah sedotan plastik sebanyak 375 juta sedotan atau setara 6.750 km atau hampir 5.7 kali panjang jarak Anyer-Banyuwangi yang akan menjadi jarak tol terpanjang di pulau Jawa nanti. Pertanyaannya apakah sebenarnya kita perlu banget sedotan? Apakah kita tidak bisa minum langsung dari gelas, cangkir, mug, atau botol sekalipun?

Tentunya seorang manusia dewasa yang normal tak akan kesulitan memegang gelas, cangkir atau botol yang beratnya tak sampai 1 kilogram. Apalagi sejak kecil kita diajarkan dari minum ASI, minum susu botol dan beranjak dewasa minum dari gelas adalah hal yang biasa. Inilah perubahan peradaban yang harus disikapi secara bijak dan kritis. Apakah terlalu naif jika sebuah jamuan tanpa sedotan? Apakah seorang manusia dewasa sudah sangat tergantung dengan alat sedotan untuk minum segelas air?

Solusi & Tantangan Sebagai insan yang peduli akan lingkungan khususnya kesehatan, kenyamanan dan keselamatan bumi alam semesta inisebaiknya mulai mengurangi sedotan plastik. Kalaupun perlu banget menggunakan sedotan misalnya sedang sakit atau tuntutan kesehatan bolehlah. Tapi sebagai manusia dewasa tentunya tak akan keberatan meminum langsung seteguk air dari gelas tanpa bantuan sedotan. Bijak bukan? Tantangan bagi pecinta lingkungan, khususnya ahli lingkungan adalah dengan menciptakan sedotan ramah lingkungan atau terbuat dari bahan degradable (mudah diurai) dan tentunya aman bagi kesehatan dan lingkungan.

Maka marilah kita kampanyekan untuk mengurangi sedotan plastik demi mengurangi pencemaran lingkungan akibat plastik dari sedotan. Cintailah bumi dan alam semesta ini dengan bijak mengurangi alat dan bahan yang menyebabkan pencemaran baik di darat, laut maupun di udara. Langkah sederhana mari kampanyekan tagar #nostrawmovement atau gerakan tanpa sedotan di media sosial menjadi tindakan nyata. Hidup tanpa sedotan, lingkungan nyaman, hidup sehat dan menyenangkan. (msholeh10@gmail.com).
Semoga !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun