Judul Novel: Seruni; Ke Sydney TakAda Jalan Kembali
Penerbit: Choris Books dan Cupid Media, Jogjakarta
Cetakan; 1 , Juli, 21013
Penulis: M Shoim Haris
Mencintai Indonesia tidaklah boleh berhenti, walau kadang sakit itu di alami sebagian anak-anak bangsa ini. Pengelolaan negeri yang masih timpang mengakibatkan banyak fenomena ketidakadilan di bumi Indonesia. Apapun yang pernah kita alami (pahit danmanisnya) di bumi Indonesia, adalah tantangan untuk mewujudkan keadilan bagi seluruh anak-anak negeri. Kira-kira begitulah yang ingin dikatakan Shoim Haris lewat novelterbarunya ini. Novel ini kaya perenungan, dan buliran wawasan untuk dapat memahami dan mengerti , yang ujungnya bagaimana kita dapat mencintai (kembali) Indonesia.
Novel ini juga menyampaikan pesan tentang pentingnya Ilmu pengetahuan (teknologi) bagi sebuah bangsa untuk maju dan dapat bertahan di muka bumi. Shoim Juga menandaskan perlunya mengawinkan 2 hal penting dalam peradaban mutakhir umat manusia; sains teknologi dan spiritualisme agama. Keduanya tak dapat dipisahkan bagi pembangunan peradaban umat manusia kini. Hanya dengan ilmu dan teknologi, manusia akan terjebak pada kerakusan yang saling melahap sesamanya. Sedangkan ajaran yang kukuh dalam sejarah manusia tentang moralitas adalah agama. Meskipun di abad-abad lalu, agama diremehkan, bahkan dianggap mati, namun sekarang nampak bangkit di belahan bumi manapun. Tetapi agama yang bangkit itu juga dicurigai membawa ajaran-ajaran radikal yang berbalut egoisme. Inilah pekerjaan manusia hari ini; memadukan nilai positif (moralitas) agama dengan ilmu dan sains untuk memajukan dan memelihara umat manusia. bukan justru bersatunya; egoisme agama dengan kerakusan teknologi. Maka a kan kiamatlah umat manusia, dengan saling menghancurkan.
Novel ini mengambil setting di pedusunan Jawa tahun 70-an dan Sydney tahun 2000an. Berawal dari persahabatan dua gadis kembang desa, Timah dan Darsih.Konflik mulai muncul saat Parjo anak kepala desa melamar Timah, padahal Darsihlah yang berharap dipinang Parjo. Kekecewaan Darsih dapat terobati saat datang 20 tentara yang dipimpin Letda Setyoko melakukan program AMD (ABRI Masuk Desa). Tak lama tentara itu meninggalkan desa, Darsih hamil dan melahirkan anak Letda Setyoko. Gegerlah penduduk pedusunan, karena sang tentara tak kunjung juga menikahi Darsih. Saat kemarau panjang yang mengakibatkan kelaparan, penduduk desa menganggap Darsih telah menyalahi pantangan leluhur dan melanggar adat; mempunyai anak tanpa bapak. Karena ketakutan Darsih meninggalkan pedusunan secara sembunyi-sembunyi.
Anaknya ditinggalkan bersama sahabatnya, Timah, yang diasuh bersama anak Timah bernama Badrun. Setelah menginjak remaja kedua anak itu saling memendam rasa. Sampai akhirnya Badrun merasa kehilangan segalanya; Seruni tak jadi dinikahinya, dan pekerjaan di Pertaminan juga lepas. Ia mencari jalan keluar dari Indonesia dan berusaha melupakannya. Karena mengingatnya adalah sebuah kepahitan.
Badrun mendapatkan beasiswa kuliah S2 di Sydney, di sanalah ia mendapatkan keluarga baru; Gizela orang Indonesia yang lebih dulu berada di sana, Ahmed, teman kerja keturunan Afganistan, dan Jhon asli australia (perpaduan aborigin dan Inggris).
Di Sydney Badrun mendapatkan pengalaman baru, sebuah cara pandang baru tentang negeri yang menganggap bagian dari peradaban Barat, walau letaknya di Timur. Gizela selalu membujuknya untuk betah dan menetap permanen di Australia. Ahmed yang selalu mencibirnya dengan berusaha melupakan Indonesia. Kenapa tidak pulang dan membangun Indonesia sesuai keahlian yang dimilikinya. Sedangkan Jhon seorang atheis yang mempunyai wawasan yang luas, teman dialog tentang masalah-masalah yang dihadapi umat manusia dalam peradaban modern. Dengan pergulatan tersebut, Badrun menyimpulkan untuk mengambil warga negara Australia dan melupakan Indonesia.
Ternyata ia tak benar-benar bisa melupan negerinya, masih ada rasa kangen yang kadang menggodanya. Untuk menghilangkan rasa kangen yang menggebu-gebu itu ia menulis sebuah novel yang menceritakan jalan hidupnya. Gizela penasaran ingin membaca mencibirnya dengan berusaha melupakan Indonesia. Kenapa tidak pulang dan membangun Indonesia sesuai keahlian yang dimilikinya. Sedangkan Jhon seorang atheis yang mempunyai wawasan yang luas, teman dialog tentang masalah-masalah yang dihadapi umat manusia dalam peradaban modern. Dengan pergulatan tersebut, Badrun menyimpulkan untuk mengambil warga negara Australia dan melupakan Indonesia.
Ternyata ia tak benar-benar bisa melupakan negerinya, masih ada rasa kangen yang kadang menggodanya. Untuk menghilangkan rasa kangen yang menggebu-gebu itu ia menulis sebuah novel yang menceritakan jalan hidupnya. Gizela penasaran ingin membaca naskah novel itu. Dan yang mengherankan Badrun, tiba-tiba Gizela mengajaknya pulang ke Indonesia. Padahal selama ini dialah yang membujuknya untuk melupakan Indonesia dan menjadi warganegara Ausitralia.Siapa sebenarnya Gizela, dan apakah mereka kembali ke Indonesia?
Novel ketiga Shoim ini pantas untuk dibaca dan renungkan. Sepertinya Shoim ingin mengajak pembaca merenungkan banyak hal tentang Indonesia, tentang agama, tentang masa depan umat manusia.(media.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H