Saya pernah mengikuti Toyota coaching SDSW (Smart Driving for Smart Woman) di tahun 2008. Program ini bertujuan untuk memberikan edukasi bagi pengendara mobil khususnya wanita, tentang bagaimana perilaku berkendara yang baik, aman, nyaman dan cerdas.
Mungkin karena banyak anggapan kalau pengemudi wanita, adalah sebaliknya: kurang konsentrasi, ceroboh, ragu-ragu dan kurang tanggap. Malah ada survey terhadap 3000 pria, mengatakan bahwa mereka merasa lebih aman disetiri oleh supir daripada pasangan wanitanya. Nah loh! Memang tidak bisa dipungkiri, anggapan miring terhadap pengemudi wanita di jalanan sangat beralasan. Lihat saja, karena terbiasanya multitasking, wanita cenderung melakukan hal-hal lain saat menyetir. Ayie, teman saya, saat menyetir bisa sambil make up-an, bukan hanya lipstik, tapi melukis garis alis dengan lurus sempurna. Di lampu merah, dia masih sempat pakai liquid eye liner, menjepit bulu mata dan mengoles maskara berlapis-lapis. Itu semua dilakukan sambil menelpon, tanpa speaker maupun ear-phone. Saya pernah memerogokinya saat parkir mundur seraya mencopoti roll rambut di kepalanya satu-persatu – sampai di teriakin oleh tukang parkir: "kiri mba…kiri mba…ayo kiri… ambil kiriiiiiii, mbaaaa!!" Si Duta, teman saya, pernah diserempet mobil yang dikendarai oleh seorang Ibu di jalan Sisingamangaraja. Bukannya berhenti, si Ibu malah jalan terus dengan santainya. Tentu saja Duta marah-marah. Dipepetin lah mobil si Ibu itu dengan harapan dilihat, biar dia bisa ngomel-ngomel. Hahaha … bukannya sadar, si Ibu yang merasa dilihatin malah dadah-dadah sambil senyum genit. Sama halnya tadi pagi saat saya berangkat kantor. Ketika mau masuk pintu parkir gedung, ada satu mobil yang dikendarai mba-mba berjalan penyu di depan saya. Ada tiga loket parkir yang kosong. Posisi mba-penyu ada di jalur loket parkir 1 dan 2, membuat saya harus menunggu antri di belakangnya. Sepersekian detik, dia masih di jalur yang sama, saya maju dari arah kanan bermaksud ambil jalur 3. Eits, ngga bisa, karena mba-penyu langsung ambil jalur kanan. Saya pun nge-rem sabar, mengarah ke jalur 2. Ternyata, dari arah kanan mobil mba-penyu sudah ada mobil yang lebih dulu masuk ke loket parkir 3. Kecewa didahului, dengan paksa dia berbalik ke jalur dua tanpa perduli setengah mobil saya sudah masuk jalur dua. Saya langsung teringat istilah waktu di SDSW: Waras Yang Ngalah. Ya sudahlah, saya mengalah, ambil! Saya pernah kalah taruhan dengan teman saya, Deddy, saat berkendara di jalan. Taruhannya jelas: meng-observasi 5 perilaku aneh pengemudi berdasarkan gender. Dengan semangat saya mulai: lihat tuh motor-motor [kebanyakan pria kan?] di depan, berhenti seenaknya dan melewati batas lampu merah. Lampu kuning nyala [bukannya menunggu lampu hijau], mereka duluan berhamburan kaya sperma! [1-0]. Tiba-tiba, motor vario di depan kami nge-rem mendadak, seorang cewe abg sedang mengatur letak bandana yang miring di kepalanya. [1-1]. Dari arah belakang terdengar keras klakson mobil dengan lampu dim berkali-kali tidak sabaran. Saya menoleh ke belakang, dan memberi isyarat ke bapak supir itu kalau masih ada ‘Agnes Monica‘ di depan kami. [2-1]. Melewati lampu merah, kami masuk jalur cepat Sudirman. Di depan kami ada beberapa mobil yang menunggu giliran untuk mendahului satu mobil paling depan yang berjalan lambat. Mobil di depan kami rupanya tidak sabar menunggu dan mendahului mobil di depannya, lewat sebelah kiri. Deddy senyum-senyum dan menunjuk ke arah si mobil penghambat: lihat tuh, rambutnya panjang. Deddy mengikuti mobil yang tadi mendahului dari sebelah kiri. Saat sejajar, dterlihat si-wanita berrambut panjang sedang asik mengobrol dengan temannya, tanpa peduli mobil lain yang ada dibelakang. [3-1] Akhirnya, kami sampai di restoran tujuan. Parkiran sudah penuh, jadi kami terpaksa antri untuk valet. Sambil menunggu, kami membahas kejadian tadi. Sikap masa bodoh dengan tata cara berkendara, pengemudi seperti itu juga memperlihatkan ketidak perdulian kepada sesama pengemudi di jalanan. Sekali lagi, waras yang ngalah saya bilang ke Deddy. BRUKKK! Tiba tiba, kami di tabrak mundur dari depan …. mobil depan yang menabrak kami sempat berhenti beberapa saat, kemudian mundur lagi. Brukkk lagi. Waduh … bego kali nih orang! Giliran saya marah-marah, karena tidak percaya ditabrak dua kali. Deddy buru-buru membunyikan klakson, menyadarkan mobil di depan. Untung saja dia berhenti, menarik rem tangan, mematikan mobilnya. Pintu mobil terbuka dan seorang perempuan [4-1] terlihat panik dan berbicara tidak karuan .. Bukannya balik marah, si Deddy malah tertawa dan bilang: “Oh..perempuan toh yang menyetir, pantesan!” Sigh. [www.mscomplaint.com]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H