Mohon tunggu...
M Sayid Ichsan Aladin
M Sayid Ichsan Aladin Mohon Tunggu... -

mahasiswa, Universitas Islan Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik

kebebasan pers di indonesia

25 September 2012   13:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:43 28543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Media Massa Tradisional
Media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas dan memiliki organisasi yang jelas sebagai media massa. Secara tradisional media massa digolongkan sebagai berikut L: surat kabar, majalah, radio,televise dan film (layar lebar). Dalam jenis media ini terdapat ias -ciri seperti:
1) Informasi dari lingkungan diseleksi, diterjemahkan dan didistribusikan.
2) Media massa menjadi perantara dan mengirim informasinya melalui saluran tertentu.
3) Penerima tidak pasif dan merupakan bagian dari masyarakat dan menyeleksi informasi yang mereka terima.
4) Interaksi antara sumber berita dengan penerima sedikit.

 Media Massa Modern

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi dan social budaya, telah berkembang media-media lain yang kemudian dikelompokkan ke dalam media massa seperti internet dan telepon selular. Dalam jenis media ini terdapat ciri-ciri seperti:
1) Sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada banyak penerima (melalui SMS atau internet misalnya)
2) Isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau organisasi namun juga oleh individual
3) Tidak ada perantara, interaksi terjadi pada individu
4) Komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam
5) Penerima yang menentukan waktu interaksi

C. Pengaruh Media Massa Pada Budaya

Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup kompleks, dampak bisa dilihat dari:
1. skala kecil (individu) dan luas (masyarakat)
2. kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan lambat (puluhan tahun/ abad) dampak itu terjadi.

Pengaruh media bisa ditelusuri dari fungsi komunikasi massa, Harold Laswell pada artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model sederhana yang sering dikutip untuk model komunikasi hingga sekarang, yaitu:
1. Siapa (who)
2. Pesannya apa (says what)
3. Saluran yang digunakan (in what channel)
4. Kepada siapa (to whom)
5. Apa dampaknya (with what effect)

Model ini adalah garis besar dari elemen-elemen dasar komunikasi. Dari model tersebut, Laswell mengidentifikasi tiga dari keempat fungsi media.
Fungsi-fungsi media massa pada budaya
1. Fungsi pengawasan (surveillance), penyediaan informasi tentang lingkungan.
2. Fungsi penghubungan (correlation), dimana terjadi penyajian pilihan solusi untuk suatu masalah.
3. Fungsi pentransferan budaya (transmission), adanya sosialisasi dan pendidikan.
4. Fungsi hiburan (entertainment) yang diperkenalkan oleh Charles Wright yang mengembangkan model Laswell dengan memperkenalkan model dua belas kategori dan daftar fungsi. Pada model ini Charles Wright menambahkan fungsi hiburan. Wright juga membedakan antara fungsi positif (fungsi) dan fungsi negative (disfungsi).

Pengaruh Media Massa Pada Pribadi
Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan pemirsanya terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari.
1. media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia, dari sini pemirsa menilai apakah lingkungan mereka sudah layak, atau apakah iatelah memenuhi standar itu dangam baranini banyak dipengaruhi dari apa yang pemirsa lihat dari media.
2. Kedua, penawaran-penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi memengaruhi apa yang pemirsanya inginkan, sebagai contoh media mengilustrasikan kehidupan keluarga ideal, dan pemirsanya mulai membandingkan dan membicarakan kehidupan keluarga tersebut, dimana kehidupan keluarga ilustrasi itu terlihat begitu sempurna sehingga kesalahan mereka menjadi menu pembicaraan sehari-hari pemirsanya, atau mereka mulai menertawakan prilaku tokoh yang aneh dan hal-hal kecil yang terjadi pada tokoh tersebut.
3. Ketiga, media visual dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya akan kepribadian yang lebih baik, pintar, cantik/ tampan, dan kuat. Contohnya anak-anak kecil dengan cepat mengidentifikasikan mereka sebagai penyihir seperti Harry Potter, atau putri raja seperti tokoh Disney. Bagi pemirsa dewasa, proses pengidolaaan ini terjadi dengan lebih halus, mungkin remaja ABG akan meniru gaya bicara idola mereka, meniru cara mereka berpakaian. Sementara untuk orang dewasa mereka mengkomunikasikan gambar yang mereka lihat dengan gambaran yang mereka inginkan untuk mereka secara lebih halus. Mungkin saat kita menyisir rambut kita dengan cara tertentu kita melihat diri kita mirip “gaya rambut lupus”, atau menggunakan kacamata a’la “Catatan Si Boy”.
4. Keempat, bagi remaja dan kaum muda, mereka tidak hanya berhenti sebagai penonton atau pendengar, mereka juga menjadi “penentu”, dimana mereka menentukan arah media popular saat mereka berekspresi dan mengemukakan pendapatnya.
Penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung pemirsanya menjadi lebih baik atau mengempiskan kepercayaan dirinya. Media bisa membuat pemirsanya merasa senang akan diri mereka, merasa cukup,atau merasa rendah dari yang lain.

KESIMPULAN
Pendapat yang mengemukakan bahwa “sistem media di satu negara, mencermin¬kan sistem pemerintahan yang dianut negara yang bersangkutan” terbukti berlaku pula di Indonesia. Sistim pemerintah yang mengalami beberapa kali perubahan, amat berpengaruh terhadap kebebasan pers di Indonesia.
Bila dilihat dari system kerangka politik yang sedang berlaku di Indonesia, maka pers memang sengaja di jadikan alat oleh pemerintah untuk mengkomunikasikan kepentingan-kepentingannya kepada khalayak.

DAFTAR PUSTAKA

http://suara-santri.tripod.com/files/nasional/nasional5.html
http://rimahayani.blogspot.com/2009/03/dampak-penyalahgunaan-kebebasan-media.html
Download Undang-Undang Pers No.40 Tahun 1999
C. Wright Mills, The Mass Society, Chapter in the Power Elite,1956
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebebasan_pers
Simorangkir,Hukum dan Kebebasan Pers,(Bandung: Binacipta, 1980), hal. 14
Ashadi Siregar, Etika Komunikasi, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta, 2008, hal. 230.
http://ibnusalam.tripod.com/kompol.htm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun