Mohon tunggu...
Muh Satriawan
Muh Satriawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sebagai Mahasiswa di UIN Mataram

Futsal is my hobby

Selanjutnya

Tutup

Money

Gap Mangement

17 Juni 2020   18:09 Diperbarui: 17 Juni 2020   18:20 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hallo para pembaca... 

Disini saya akan membahas tentang manajemen gap yang merupakan salah satu bagian penting dalam ALMA. 

Jadi ini adalah kali pertamnya saya menulis artikel disini, apabila banyak kekurangan mohon dimaafkan. 

Baiklah langsung saja ke pembahasan mengenai Gap manajemen.

Gap Manajemen adalah strategi untuk memaksimumkan interest margin melalui siklus tingkat bunga. Strategi ini pada dasarnya meliputi penyesuaian komponen-komponen variable dan yang fixed sesuai dengan fase dan siklustingkat bunga untuk mencapai profitabilitas maksimum.

Untuk memahami elemen dari manajemen gap kita mulai dengan pengklasifikasian aset dan liabilitas (dana-dana) kedalam tiga kategori, yaitu matched, variable dan fixed. Aset dan liabilitas yang matched adalah sumber khusus yang mempunyai jangka waktu yang sesuai dengan spread yang ditentukan sebelumnya. 

Aset/lialibilitas dicirikan dengan tingkat bunga yang berfluktuasi sesuai dengan kondisi pasar uang seperti NCD, pinjaman modal kerja jangka pendek, dan investasi jangka pendek. Fixed rate asset/lialibilities dicirikan dengan tingkat bunga tetap untuk jangka waktu yang relative panjang, contohnya seperti pinjaman dengan angsuran, giro inti dan deposito berjangka dengan tingkat bunga tetap.

Gap didefinisikan dengan jumlah rupiah dimana variable asset melebihi variable rate lialibilities. Gap positif bila jumlah rupiah positif, dan negatif bila jumlah rupiah negative. Bila gap positif, bank mendukung variable rate assets dengan fixed rate lialibilites. Bila gap negative, bank mendukung fixed rate asset dengan variable rate lialibilities.

Menurut Antonio, potensi risiko tingkat suku bunga muncul manakala terjadi gap antara aset dan liabilitas, dimana komposisi rate sensitive asset tidak sesuai atau mismatch dengan komposisi rate sensitive liabilities. Dengan mengacu pada mismatch tersebut, maka dapat terbentuk tiga jenis posisi gap.

1.Zero Gap, apabila RSA=RSL Zero gap menandakan rendahnya variabel risiko dalam menunjang pendapatan karena kuantitas aset sensitive terhadap suku bunga sama dengan kuantitas kewajiban sensitive terhadap suku bunga.

2.Positif Gap, apabila RSA>RSL pada posisi gap positif, aset sensitif terhadap suku bunga lebih besar daripada kewajiban sensitif terhadap suku bunga (RSA>RSL). Nilai ini mengindikasikan bahwa sebagian RSA dibiayai dengan dana yang tidak sensitive.

3.Negatif Gap, apabila RSA>RSL pada posisi negatif, RSA lebih kecil daripada RSL (RSA
Hubungan antara posisi gap, perubahan tingkat suku bunga dan pengaruhnya terhadap pendapatan pada table berikut.

Posisi Gap

Tingkat Bunga-Pendapatan


1. Zero Gap
Naik                    -     Tetap
Turun                  -     Tetap


2. Positif Gap
Naik-Naik
Turun-Turun


3. Negative Gap
Naik           -     Turun
Turun         -      Naik


Positif gap terjadi apabila rate sensitive asset  lebih banyak dari rate sensitive liabilities dalam suatu periode tertentu, sebaliknya negative gap terjadi apabila rate sensitive asset dan rate sensitive liabilities tidak dikelola dengan baik, maka dapat mengakibatkan turunnya pendapatan bank (Net Interest Margin). Oleh karena itu, manajemen gap mengusahakan peraturan struktur rate sensitive asset  dan rate sensitive liabilities berdasarkan jatuh waktu bagi hasilnyadengan tujuan :

1.Menghindari kerugian dari gejolak tingkat bagi hasil yang berlaku di pasar.


2.Mengusahakan pendapatan dalam batas risiko tertentu, menunjang kebutuhan manajemen likuiditas.

Strategi dasar yang dipakai dalam gap manajemen adalah mengubah besarnya gap sesuai dengan predikisi pergerakan tingakat bunga. Positif gap yang besar adalah ideal bila tingkat bunga cenderung naik. 

Dengan positif gap bank akan memperoleh tingakt pendapatan yang tinggi atas asetnya, sementara aset tersebut didukung oleh dana-dana dengan tingakt bunga tetap. 

Apaila tingkat bunga cenderung turun, bank akan mengunci asetnya dengan tingkat bunga yang tinggi dan menggunakan dana-dana variabel yang lebih besar. Begitu tingkat bunga jatuh, biaya dana bank akan turun, dan spread akan naik, karena bank telah meperoleh aset dengan tingkat bunga tetap.

Namun demikian kita harus menyadariadanya beberapa kesulitan dan masalah yang menyertai pelaksanaan strategi gapping, perencanaan gap dan mengakibatkan turunnya interst margin.

Lingkungan operasi bank yang kompetitif juga membatasi kemampuan bank untuk mensukseskan manajemen aset/lialibilitas yang agresif. Dalam pembahasan kita tentang gap manajemen, kita menganggap bahwa bank kana bergerak untuk meningkatkan atau menurunkan gap sesuai dengan presiksi tingkat bunga. 

Kompetisi akan membatasi kemampuan bank untuk mencapai tujuan ini dalam beberapa kasus. Bila hampir semua bank mempunyai harapan yang sama dan semua mencoba meyakini strategi yang sama, maka harga dan tingkat bunga mencerminkanantisipasi perubahan yang cepat.

Adapun faktor yang mempengaruhi perubahan, yaitu volatility tingakat bunga dan perubahan dalam lingkungan yang kompetitif. Kedua hal tersebut membuat proses manajemen aset/lialibilitas menjadi lebih sulit dan banyak persyaratan.

Selanjutnya kita bahas tentang strategi pengendalian gap.

Pada dasarnya strategi pengendalian gap tergantung risiko suku bunga bunga yang diharapakan dapat diterima bank, artinya jika menginginkan net interest margin (selisih lebih pendapatan bunga dari biaya bunga) yang tinggi, maka tingkat risiko akan tinggi, sebaliknya jika menginginkan NIM yang rendah maka risiko akan rendah. Pada posisi yang ekstrem,bank mengehendaki agar terhindar dari risiko.

Agar strategi gap suatu bank dapat efektif maka harus didukung oleh kebijakan pricing  yang sesuai dan ada infrastruktur yang dapat memberikan data RSA dan RSL dengan cepat, tepat dan continue untuk keperluan analisis. Dengan semakin profersionalnya bank dalam ALMA, maka penggunaan gap management software  untuk melakukan analisis dan scenario interest rate akan menjadi hal yang umum.


Referensi :

*Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, 2012, hlm 152.
*Sri Hayati, Manajemen Risiko Untuk Bank Perkreditan Rakyat dan Lembaga Keuangan Mikro.
*Sri Hayati, Manajemen Aset & Liabilitas (ALMA) untuk Ban; Perkreditan Rakyat & Lembaga Keuangan Mikro.
*Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, hlm 179.
*Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, hlm 136-137.


Terimakasih Sudah Membaca Artikel Ini Dan Semoga Bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun