Hidup di negara theist atau beragama yang di dalamnya terdapat keberagaman pandangan bangsanya dalam mewujudkan "theistnya" itu, sehingga tak jarang perselisihan sering terjadi. Masa masa menjelang kontestasi politik semacam ini banyak menggunakan berbagai cara untuk merebut hati rakyat, salah satunya dengan ayat-ayat agama dan tak jarang meng"kaderkan" Tuhan kepada salah satu partai politik, sungguh keji!Â
Hal inilah yang belakangan ini terjadi pada negara tercinta kita, dengan mengedepankan superioritas salah satu pemeluk agama di negara kita ini mereka (para elite politik) melancarkan aksinya untuk merebut hati dari "suara tuhan" agar junjungannya mampu menduduki takhta tertinggi negeri ini. Mereka yang pikiranya masih di selimuti kabut primordial terhadap yang berlainan dengan identitasnya akan segera mencernanya tanpa mau mengolahnya, sehingga dengan mudah hak (kebebasan) memilih dalam pemilu yang seharusnya di berikan manakala ia telah mengerti betul rancangan calon-calon itu untuk memajukan negeri ini bagaimana, langsung saja ia berikan secara cuma-cuma hanya karena atas nama agama dan isu-isu yang terkesan demagogik.
Begitulah kira-kira suasana kontestasi politik saat ini, saya sendiri tidak begitu memahami apa yang akan di rancangkan antara dua paslon tadi. Semua yang diberitakan di media malah terkesan hanya meng-ublek-ublek isu sara saja, begitu juga dalam forum diskusi semua yang diperdebatkan hanya hal-hal yang berbau sara paling-paling hanya lima persennya saja ada bertarung visi misi, mari kita kembali pada tema kita.
KeTuhanan yang Maha Parpol disini tidak serta merta saya lontarkan tanpa sebab, melainkan berdasarkan kejadian-kejadian yang ada di masa-masa menjelang yang katanya pesta demokrasi yang terkesan mereka berlaku seperti Tuhan. Judul itu saya terinspirasi dari sebuah pamflet-pamflet yang di tempel oleh orang -orang anonim di sekitaran Jogja yang berjudulkan "KeTuhanan Yang Maha Ormas" pamflet itu menanggapi persoalan mengenai ormas ormas yang mengatasnamakan sebuah agama yang seakan akan mereka menyebut dirinya suci walau tak secara eksplisit namun secara implisit melalui tingkah lakunya ormas itu dengan sewenang-wenang menghakimi sebuah persoalan yang ada atas nama sebuah kesucian laksana Tuhan.
Perlu diketahui sebelum terjadinya misperception, saya ingin kembali sedikit menjelaskan mengenai judul ini yaitu KeTuhanan yang Maha Parpol, bahwa sifat Tuhan disini bukanlah sebuah Dzat yang Agung dalam semua agama, melainkan sebuah konstruk literer untuk memetaforkan sebuah kedigdayaan sebuah obyek atau subyek dalam menghakimi sebuah persoalan yang bertentangan dengan ideologinya dan secara sepihak mereka memberi label"Kafir" dengan seenaknya. Simplifikasinya KeTuhanan Yang Maha Parpol merupakan sebuah ungkapan akan kedigdayaan sebuah parpol dalam menggiring (menyusun propaganda politik dengan mengeksploitasi hal-hal tentang ajaran Tuhan) dan menjustifikasi semua yang sejalan atau yang tak sejalan terhadapnya.
Dengan keras kepalanya salah satu parpol mengidentifikasikan bahwa ia dan mereka-mereka yang sepaham (mendukung salah satu paslon yang sama) adalah partainya Tuhan dan yang bersebrangan adalah partainya setan, yang secara eksplisit melahirkan sebuah interpretasi bahwa "Tuhan telah dikaderkan menjadi anggota parpol" sebuah tindakan keji yang menistakan kemaha kuasaan Tuhan atas segalanya.
KeTuhanan Yang Maha Parpol ini salah satunya  bisa dibuktikan melalui sebuah berita mengenai unkapan Prof.Amien rais mengenai dikotomi partai-partai politik yang ada di Indonesia menjadi dua kutub yaitu partai Allah dan Syaitan;
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Penasihat Persaudaraan Alumni 212 Amien Rais mendikotomikan partai-partai politik di Indonesia jadi dua kutub yakni partai setan dan partai Allah.
"Sekarang ini kita harus menggerakkan seluruh kekuatan bangsa ini untuk bergabung dan kekuatan dengan sebuah partai. Bukan hanya PAN, PKS, Gerindra, tapi kelompok yang membela agama Allah, yaitu hizbullah. Untuk melawan siapa? untuk melawan hizbusy syaithan," ujar Amien dalam tausiyah usai mengikuti Gerakan Indonesia Salat Subuh berjemaah di Masjid Baiturrahim, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat (13/4) pagi.
"Orang-orang yang anti Tuhan, itu otomatis bergabung dalam partai besar, itu partai setan. Ketahuilah partai setan itu mesti dihuni oleh orang-orang yang rugi, rugi dunia rugi akhiratnya... Tapi di tempat lain, orang yang beriman bergabung di sebuah partai besar namanya hizbullah, Partai Allah. Partai yang memenangkan perjuangan dan memetik kejayaan," imbuh dia.
Saat dikonfirmasi usai memberikan tausiyah, Amien enggan membeberkan partai apa saja yang masuk kategori hizbus syaithan.