Mohon tunggu...
Pendidikan Pilihan

Menumbuhkan Jiwa Altruis pada Pejuang Pendidikan

15 Desember 2018   12:10 Diperbarui: 15 Desember 2018   12:18 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Sebagai negara yang subur nan kaya akan sumber daya alam yang dikandung membuat ibu pertiwi sejak dulu diperebutkan bangsa bangsa di dunia. 

Kesuburan negara ini membawa keberkahan tersendiri bagi bangsa yang hidup di dalamnya, karena kesuburannya pun membawa bangsa ini kepada budaya agraris dalam mencukupi atau melangsungkan kehidupan ekonomi. Namun di sisi lain karena kesuburannya pun juga membawa dampak negatif bagi kemajuan bangsa ini, hal ini terjadi hanya jika bangsa ini terlalu terlelap dan terbuai dalam kenyamanan yang dihadirkan oleh bumi pertiwi ini tanpa mau mengubah nasibnya sendiri. 

Akar budaya masyarakatnya yang kadang "membekukan" semangat bangsa ini dalam memperbaiki dalam segi kualitas hidup, khususnya dalam menempuh jalan pendidikan. Banyak dari generasi penerus bangsa ini lebih memilih putus sekolah, hal ini terbagi menjadi dua golongan berdasarkan pengamatan penulis;

1. Memilih putus atas dasar motivasi sendiri
Banyak dari generasi penerus bangsa khususnya yang masih hidup di daerah yang kental dengan budaya agraris tradisional, mereka memperoleh motivasi biasanya melalui pengamatannya sendiri atau sugesti orang lain yang menimbulkan sebuah pemahaman akan kurangnya peran pendidikan dalam signifikansi perbaikan kualitas hidup suatu individu.

2. Putus sekolah karena desakan ekonomi
Generasi penerus bangsa ini juga tak jarang menghadapi situasi yang teramat sulit ketika ingin melanjutkan jenjang pendidikannya tatkala kondisi ekonomi melilit diri dan keluarganya, yang mewmaksanya menggugurkan impiannya.

Inilah yang akan menjadi tujuan artikel ini agar mampu menumbuhkan jiwa altruis kepada yang telah "terdidik" untuk mau mengabdikan dirinya menciptakan sarana menempuh pendidikan tanpa membuat masyarakat yang kurang mampu terusik soal biaya serta segan untuk menumbuhkan motivasi pada setiap individu generasi penerus bangsa.

Pendidikan merupakan salah satu hak semua bangsa khususnya bangsa Indonesia, tanpa pendidikan bangsa yang memiliki kekayaan berlimpah itu tak akan bisa mengolahnya untuk bersaing dalam dunia internasional, mereka hanya akan bisa menjadikanya pemenuh kebutuhannya sendiri. 

Sumber daya alam yang sangat berlimpah pada mulanya di anugerahkan Tuhan untuk kekayaan negeri ini bisa berubah menjadi kutukan seperti yang dikemukakan oleh Richard Auty seorang ekonom dari Lanchester University yang mengemukakan adanya Resource curse dalam teorinya yang menyatakan bahwa negara yang kaya akan sumber daya alam, terutama yang tak terbarukan seperti minyak dan hasil tambang, cenderung lebih lambat pertumbuhan ekonominya jika dibandingkan dengan negara yang terbatas sumber daya alamnya.

Masalah yang dipersoalkan dalam teori "kutukan Sumber Daya alam" adalah adanya ketidak mampuan suatu bangsa dalam mengolah sumber daya alam yang dimilikinya. Kurangnya kemampuan yang dimiliki suatu bangsa dalam mengolah sumber daya alamnya dikarenakan kurang meratanya kesempatan dalam mengenyam bangku pendidikan guna meningkatkan kualifikasi dari suatu bangsa. 

Dengan meningkatnya kualifikasi pendidikan yang dimiliki suatu bangsa diharapkan dapat menumbuhkan SDM yang mampu melakukan pembaruan/atau suatu inovasi yang berkaitan dengan pemanfaatan SDA yang ada di bumi pertiwi ini, sehingga budaya agraris tradisional yang telah mengakar kuat di negeri ini bisa berkembang lebih maju dan mampu melangkah menuju agraris yang berbasis industri. 

Dengan berkembangnya sistem perekonomian agraris yang sudah melangkah berbasis industri maka di negeri tak hanya bergerak pada industri hulu saja melainkan telah menguasai industri hilir. Dengan berkembangnya industri-industri agraris yang mampu memproduksi berbagai kebutuhan bangsa dari mulai menyuplai kebutuhan primer hingga tersier dapat memberikan manfaat yang sangat banyak dari mulai pengurangan impor kebutuhan-kebutuhan yang sejatinya bahan mentahnya ada di negeri ini serta dapat menyerap tenaga kerja yang banyak.

Sebelum jauh membahas bagaimana menumbuhkan jiwa altruis dalam diri seorang pejuang pendidikan, kita selayaknya mengetahui apaitu jiwa altruis? Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia kata altruis sendiri memiliki makna altruis/al*tru*is/ n orang yang banyak mengutamakan kepentingan orang lain (tidak mementingkan diri sendiri) . 

Banyak dari pahlawan bangsa yang berjuang di medan perang untuk mencapai kemerdekaan, mereka telah mengorbankan hidup dan nyawa mereka demi bebasnya serta berdirinya negara ini dari kungkungan kekuasaan imperialis. Cukuplah bagi kita mereka adalah insan altruis yang wajib kita teladani dan lanjutkan perjuangan apa yang telah mereka perjuangkan, saat ini yang mesti kita perangi bukanlah bangsa asing yang menjajah namun musuh kita adalah kebodohan dan keterbelakangan yang semuanya jika dibiarkan tumbuh terus menerus akan menjadi sebuah malapetaka berkepanjangan yang kita kenal dengan sebutan kemiskinan.

Sebagai insan yang diizinkan Tuhan dan semestanya untuk menikmati bangku pendidikan, kita selayaknya bagi mahasiswa, guru, dosen dan siswa siswi yang memiliki cukup pengetahuan serta kemampuan materiil seyogyanya mulai menaruh hati serta pikiranya pada kondisi ibu pertiwi saat ini, apalagi dengan adanya kemajuan iptek sudah sepantasnya jiwa kita tergerak agar segera meluhurkan niat kita untuk mengangkat "borok" yang sudah lama menjangkiti bangsa ini yaitu keterbelakangan dalam pendidikan.

Untuk menumbuhkan jiwa-jiwa altruis yang sebenarnya telah ada dan terpendam dalam di setiap individu bangsa ini yang memang berasal dari kebudayaan nenek moyang yang telah terwariskan secara turun temurun dan sedari dulu kita kenal sebagai jiwa "Gotong royong". Jiwa altruis dalam diri seorang pejuang pendidikan mesti dipantik terlebih dahulu dengan rasa nasionalisme yang kuat serta rasa berhutang terhadap negeri ini dan selanjutnya mampu memberi sebuah motivasi bagi dirinya untuk merasa memiliki dan bertanggung jawab atas keberlangsungan serta kemajuan negeri ini. 

Hanya dengan pendidikanlah bangsa ini dapat pulih dari sebuah penyakit yang sudah diderita cukup lama, karena jika berdasar sejarah bangsa ini tidaklah bermula dari bangsa yang memiliki keterbelakangan atau memang lahir dari bangsa yang bodoh namun bangsa ini lahir dari bangsa yang telah maju dan tidak bisa dikatakan bodoh, semua itu dapat kita lihat kembali dan bercermin kembali pada sebuah maha karya yang sering disebut local genius yang ada di Indonesia yaitu Candi Borobudur dan masih banyak lagi, pada zaman seperti itu bangsa ini telah mampu membuat sebuah bangunan nan simetris dan dengan arsitektur yang memukau dan mampu melakukan akulturasi dengan indah dengan kebudayaan dari luar. 

Tak hanya itu gilang gemilang prestasi bangsa ini telah dicapai zaman majapahit yang pada waktu itu telah mampu mendirikan sebuah pemerintahan yang sudah sistematis di mana lembaga Yudikatif, legislatif, serta eksekutif dan lembaga keagamaan yang menaungi dua agama yang dianut warga majapahit pada saat itu yaitu Budha dan Hindu, inilah cerminan bahwa zaman itu membuktikan negeri ini bisa dikatakan maju dengan adanya perasaan saling menghargai dan tidak menganggap hal tersebut menjadi sebuah kontradiksi yang bisa merusak keutuhan. 

Kemajuan negeri ini pun bisa dibuktikan dengan mampunya menyatukan nusantara dibawah Majapahit. Namun gilang gemilang kejayaan itu berangsur angsur rontok dan menemui ajalnya ketika bangsa bangsa eropa menginjakkan kakinya di negeri ini dengan segala kecanggihan aspek aspek yang dimilikinya khsususnya dalam dunia pengetahuannya yang jauh lebih maju ketimbang negeri ini. 

Genggaman imperialis yang telah lama menyekap kemampuan bangsa ini lama kelamaan semestapun menanggapi dengan mendukung bangsa ini agar terbebas dari cengkraman imperialis dengan revolusi dan pergerakan pergerakan yang diiringi semangat nasionalisme serta digerakan oleh jiwa altruis yang tumbuh atas dasar semangat nasionalisme pada setiap individu pada saat itu. 

Semangat nasionalisme yang digerakkan lewat jiwa altruisme yang telah digunakan oleh para pahlawan patut menjadi sebuah pelecut motivasi dan rasa memiliki bangsa ini serta rasa rindu gilang gemilang kejayaan yang telah di torehkan pada zaman Majapahit. Dua hal inilah yang sepatutnya sebagai pijakan untuk menumbuhkan jiwa altruisme dalam diri kita agar kelak kita dapat menjajarkan dan merapatkan barisan untuk menjadi garda terdepan dalam memimpin sebuah gerakan revolusioner dalam menghadapi permasalahan dalam dunia pendidikan, jika mengambil kata kata dari Bapak Bangsa kita Tan Malaka tentang "Merdeka 100%" negeri ini belum mencapainya, oleh karenanya jangan pernah sedikitpun tumbuh pada benak kita bahwa merdeka dimaknai dengan terbebasnya bangsa ini dari penindasan imperialist, itu hanya pengertian merdeka dalam lingkup politik. Merdeka yang mesti kita capai harus merdeka ke berbagai aspek yang ada.

Sudah saatnya kaum kaum terdidik bangsa ini mensingsingkan lengan dan mau mengulurkan tangan serta mencurahkan pikiranya untuk membantu agar pendidikan bukan lagi sebagai produk yang mahal yang hanya bisa di cicipi oleh orang-orang berduit saja. 

Sebuah gerakan revolusioner yang mengarah kepada sebuah manifesto tentang pemerataan kesempatan menikmati bangku pendidikan tanpa harus menguras ataupun dipusingkan soal biaya, gerakan ini memang dan harus ditujukan bagi mereka yang benar benar tidak mampu dalam segi materiil untuk menunjang biaya pendidikan dan bagi mereka yang daerahnya jauh dari jangkauan lembaga pendidikan harus sesegera mungkin dibangun oleh kaki tangan dari anak anak bangsa yang telah tergerak hatinya tanpa memperdulikan imbal hasil yang akan diperoleh berupa materiil dari mereka yang menjadi sebuah target untuk dientaskan dari kubangan kebodohan. 

Dalam menjalankannya sistem keuangan yang harus diciptakan untuk menyokong kegiatan ini dapat dibangun atas dasar jiwa sosialis yang luhur dan bernuansakan gotong royong serta dengan laporan keuangan yang transparan dan bertanggung jawab.

Dalam membangun gerakan revolusioner ini jika tidak dilakukan upaya sosialisasi serta edukasi kepada masyarakat mengenai arti penting sebuah pendidikan untuk memperbaiki kondisi serta kualitas hidup suatu generasi tidak akan berarti atau tidak akan menemui apa yang telah termaktub dalam manifesto gerakan ini.

Ketika jiwa-jiwa altruis telah terbangun dan menunjukkan kobaran api semangatnya, serta telah tersusunya sistematika gerakanya baik sumber pembiayaan serta program program yang akan diluncurkan selama gerakan ini bergerilya bersama masyarakat untuk keluar dari sebuah kungkungan kebodohan maka saat itulah harus dengan gegap gempita meninggalkan segala kenyamanan hidup kita saat ini untuk segera menghadapi medan yang sesungguhnya. 

Kunci utama dari gerakan ini semua adalah jiwa altruis dan nasionalis yang kuat, ringkasnya jiwa altruis yang ada pada diri kita sebagai insan yang berpendidikan hanya dapat dipantik dengan cara merendahkan diri kita serta menghapuskan semua bentuk egoisme dalam diri kita, serta dengan menguatkan jiwa nasionalis untuk segera diwujudkan ke dalam jiwa seorang pendidik altruis sejati. 

Negara ini membutuhkanmu wahai saudara-saudaraku perjuangan memerdekakan negri ini belum usai, segera selesaikan tugas-tugas dan selesaikan urusan di bangku pendidikanmu dan segeralah bagikan semua apa yang kau dapat selama menyerap pengetahuan pengetahuan itu, negeri ini sangat dan teramat membutuhkan uluran tangan dan curahan pikiranmu segeralah bersatu padu menjadi barisan terdepan membasmi dan memberangus kebodohan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun