Kriteria sebuah tulisan, yang baik dan menarik, dan.... apalagi ya? haha
Jujur, saya selalu mengalami kendala dalam proses menulis. Saya terlalu memikirkan hal-hal seperti, apakah tulisan ini layak dibaca? apakah membosankan? dsb. Sehingga banyak tulisan saya yang berakhir di draft dan tidak dipublikasikan. Atau yang lebih parah, hanya ada di kepala saya, tidak dituangkan ke dalam tulisan :)
Lalu, bagaimana tulisan/artikel yang saya inginkan untuk dibaca semua orang? Saya ingin agar orang yang membaca tulisan saya tidak bosan, dan tidak terlalu kaku, ada unsur humor di dalamnya. Tidak membuat sebuah tulisan yang bertele-tele, yaa istilahnya muter-muter dulu untuk sampai ke tujuan hahaha. Terkadang saya juga kesulitan menemukan kata yang tepat untuk menyampaikan pikiran/opini saya. Jarang sekali saya menulis sebuah opini dengan lancar ketika sudah berhadapan dengan komputer. Padahal ketika di jalan atau tidak sedang menggunakan komputer, kepala saya penuh dengan opini yang ingin saya tulis. Saking banyaknya sehingga semuanya saya tulis setengah-setengah dan banyak yang tidak selesai, dan seperti yang sudah saya katakan, berakhir di draft.
Kemudian, saya juga dihadapkan oleh tantangan, bagaimana agar tulisan yang saya buat menarik? Apakah judul sangat menentukan? Bagaimana jika pembaca kecewa karena judul yang saya berikan tidak cukup sesuai dengan isi tulisan saya? Mereka hanya membuka artikel/tulisan, melihat sekilas kemudian menutupnya tanpa membacanya secara lengkap. Sebenarnya ini salah satu kebiasaan saya juga hehe. Kata menarik pada pertanyaan di atas pun relatif. Karena masing-masing orang mempunyai pandangannya sendiri, apakah sebuah artikel/tulisan dapat disebut menarik. Tergantung dari kesukaan pembaca. Dalam menulis artikel ini pun membutuhkan waktu beberapa jam, tentu di selingi oleh kegiatan lain, hehehe. Tulis sedikit, hapus, tulis lagi, hapus lagi hehehe.
Apakah sebuah tulisan harus terorganisir dengan baik? Seperti sebuah surat yang mencakup pembuka, isi dan penutup? Atau harus mencapai klimaksnya? Terlalu banyak pertanyaan teknis seperti ini sehingga membuat saya malas melanjutkan tulisan saya. Atau, apakah ini menyimpulkan bahwa saya terlalu takut? Takut untuk mempublikasikan sebuah tulisan, yang menurut saya, jelek, tidak memenuhi kriteria yang saya inginkan, tanpa memberi kesempatan kepada orang untuk membacanya sehingga terjadi feedback? Tanpa tahu bahwa mungkin tulisan saya cukup menarik sehingga dapat membangun sebuah opini atau memunculkan perdebatan (yang ringan tentunya, seperti perbedaan pendapat).
Karena saya ingin orang yang membaca tulisan saya, enjoy dalam membacanya. Tanpa bertanya-tanya, Apa sih maunya si penulis? Kok muter-muter gini tulisannya? Mau dibawa kemana tulisan ini? Maksudnya tujuannya haha Yang ada kesel deh bukan enjoy hehe Karena untuk mencapai poinnya harus muter-muter dulu. Contohnya tulisan ini hahaha. Ketika saya menulis, saya juga mempertimbangkan faktor pembaca, bagaimana pembaca menikmati tulisan saya sampai akhir? Tidak hanya membaca secara sekilas. Istilahnya seperti, masuk kuping kanan keluar kuping kiri :) Saya tidak ingin seperti itu.
Saya menulis sebuah opini, pendapat. Bukan pengarang, penulis cerpen yang membuat tulisannya berdasarkan ide-ide mereka. Saya menulis berdasarkan berita, fakta tertentu yang menjadi topik dalam tulisan saya. Dan, menyampaikan sebuah opini dalam tulisan menurut fakta, menurut saya bukan hal yang gampang. Tentu, saya sering beropini melalui tulisan. Tapi, hanya lewat kicauan saya di Twitter. Dan, mungkin hanya sedikit orang yang menghiraukannya. Kebanyakan mengacuhkan karena tidak penting atau tidak tertarik. Yaa taulah gimana anak remaja. Opini yang saya tweet kebanyakan tentang berita, seperti kasus FPI-Ahmadiyah atau Nurdin Halid. Mungkin mereka tidak peduli dengan hal tersebut, tetapi saya peduli. Twitter user pasti tau tentang heboh @benny_israel tentang intel, @hotradero dengan pengetahuannya yang luas, sampai @zenrs yang dipukuli antek Nurdin Halid karena membentangkan spanduk tentang turunkan Nurdin Halid di SUGBK Desember lalu, pada pergelaran Piala AFF. Mungkin kebanyakan orang yang saya follow tidak tahu, karena kebanyakan remaja yang tidak terlalu peduli dengan hal tersebut. Jadilah opini saya hilang ditelan tweet-tweet selanjutnya tanpa ada yang tahu lebih banyak.
Namun saya ingin opini saya tersebut dibaca banyak orang, yang peduli tentunya. Saya ingin opini saya berlanjut menjadi sebuah tulisan, artikel, seperti yang ada di koran-koran dan majalah itu hehe. Dimulai dengan membuat blog, tapi tidak berhasil. Lalu saya mencoba disini, di Kompasiana. Walaupun saya baru memulainya, mudah-mudahan saya cukup lancar membuat artikel hehe. Ngomong-ngomong tentang opini, opini saya itu ga teralu gimana-gimana kok hehehe bukan yang bisa membuat heboh atau apa.
Kembali lagi ke topik. Pertanyannya, apakah para pembuat artikel di koran/majalah mementingkan hal di atas? Seperti pertanyaan-pertanyaan saya. Tidak menutup kemungkinan bahwa mereka menulis opini mereka dengan lancar tanpa mementingkan hal tersebut, siapa tahu hehehe. Dan, saya hanya sekedar menulis opini. Bukan reportase tentang sebuah kejadian yang cukup heboh yang jarang saya alami. Karena menurut saya tidak terlalu banyak kejadian yang perlu di-reportase-kan dalam kehidupan saya. Ketika saya membuat tulisan ini pun sebenarnya saya kurang pengetahuan tentang dunia ini. Karena saya ingin tulisan saya cenderung ke arah jurnalisme. Bukan pengarang. Mungkin saya perlu mencari informasi lebih lanjut di internet. Apakah saya terlalu tergesa-gesa membuat tulisan ini tanpa mencari tahu lebih dulu di internet? hehe
Tapi, siapa tahu, ada orang yang membaca artikel ini dan dapat berbagi informasi :) Karena saya ingin menjadi penulis yang baik. Walaupun masih dalam tahap belajar. Dan, pertanyaan saya di atas adalah kendala saya dalam menulis. Yang menghambat saya. Tentu, saya membuat artikel ini agar saya tidak selalu dihambat oleh hal tersebut hahaha. Tantangan, kawan. Dan, saya ingin tahu bagaimana reaksi pembaca.
Jadi, Apa saja kriteria sebuah tulisan menurut Anda? :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H