Mohon tunggu...
M. Sadli Umasangaji
M. Sadli Umasangaji Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger - celotehide.com

Menulis beberapa karya diantaranya “Dalam Sebuah Pencarian” (Novel Memoar) (Merah Saga, 2016), Ideasi Gerakan KAMMI (Gaza Library, 2021), Serpihan Identitas (Gaza Library, 2022). Ia juga mengampu website celotehide.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serpihan Ikhtiar

29 Mei 2023   12:33 Diperbarui: 29 Mei 2023   13:06 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Serpihan Identitas

Tahun 1960, di belahan disini dengan jiwa yang sama ia memang telah dibubarkan tapi pengaruh pemikirannya masih terasa. Pemikiran dan cita-cita politiknya tetap disebarkan dan diwariskan. Melalui berbagai fase transmisi, pengaruh pemikirannya hingga saat ini masih dapat dirasakan dalam berbagai bentuk seperti organisasi masyarakat maupun partai politik. Hal tersebut dapat diketahui dengan melacak kesamaan pemikiran-pemikiran organisasi ataupun partai dan menelusuri relasi antara tokoh-tokohnya.

Waktu terus berjalan. Kegiatan bagi mahasiswa dengan jiwa yang sama dihadirkan, dan cukup intens dilakukan, mengingat keyakinan yakin bahwa hal yang strategis bagi penyebaran pemikiran Islam adalah masjid, kampus dan pesantren. Salah satu kegiatan bagi mahasiswa yang terus berlanjut adalah latihan para pemuda untuk dakwah. Training ini melibatkan mahasiswa-mahasiswa muslim dari berbagai perguruan tinggi. Sehingga kemudian training semacam ini seolah menjadi trend di kampus-kampus. Dari sinilah kemudian semarak dakwah Islam di kampus-kampus mulai tampak. Terutama dengan munculnya organisasi-organisasi dakwah intrakampus.

Waktu masih terus berjalan. Ia hadir kembali, dan kembali berhimpun dalam barisan menjadi gerakan Islam yang fenomenal disini kemudian bertransformasi menjadi partai politik. Begitu berkiprah dalam lapangan politik praktis, ia yang sudah bertransformasi menjadi partai politik cukup fenomenal. Deklarasi partai ini yang dilaksanakan di lapangan sebuah Masjid dihadiri oleh sekitar 50 ribu kader dan simpatisannya. Hal yang juga hampir sama dilakukan di berbagai kota di tanah air. Berbagai media mencatat, bahwa baru kali pertama deklarasi partai politik, yang memang sedang ‘musim’ saat itu, dihadiri oleh puluhan ribu orang.

Di belahan waktu yang lampau ia merupakan cita-cita pandangan hidup dari umat Islam saat itu. Yang hendak ditegakkannya adalah; Pertama, kemerdekaan jiwa setiap dari kemusyrikan takhayul dan rasa takut kepada selain Allah Pencipta Seluruh Alam, yakni dengan menegakkan kalimatut-tauhid. Kedua, hendak membebaskan manusia dari penindasan dan pemerasan manusia dan golongan oleh golongan dalam bentuk apapun juga. Ketiga, pembebasan manusia dari tindakan kemelaratan dan kemiskinan, kefakiran yang menjadi sumber dari kekufuran. 

Keempat, pembebasan manusia dari sifat ta’ashub (cauvinisme), yang menjadi pokok pangkal dari segala macam nafsu angkara-murka antara bangsa dan bangsa atau suku-suku bangsa, ataupun ta’ashub dalam lapangan keagamaan dan kepercayaan. Kelima, hendak menciptakan suatu masyarakat hidup yang didasarkan pada musyawarah dengan menghargai nilai-nilai kemanusiaan (human dignity), atas dasar ‘hidup dan memberi hidup’, bukan atas dasar siapa yang kuat akan bertahan, sedangkan yang lemah akan mati (survival of the fittest).

Kemudian di waktu tahun 98-an, dan saat kampanye pemilu 1999, ia tidak melakukan kampanye media secara gencar. Tidak pula dengan membagi-bagikan banyak kaos, sembako dan lainnya. Karena memang secara infrastruktur keuangan, ia masih sangat lemah saat itu. Hampir semua keperluan partai dan pemilu dibiayai sendiri oleh para kadernya. 

Sesuai dengan prinsip yang senantiasa dipegang olehnya dalam berdakwah; sunduquna juyubuna (dana kegiatan kami, dari kantong kami sendiri). Sementara untuk meraih simpati dan massa pemilih, ia menerapkan strategi direct selling atau marketing, yakni kampanye dengan cara mendatangi secara langsung (silaturahim) kepada orang per orang calon pemilih atau simpul massa.

Kini, ia dinamakan sebagai partai kader. Dan itu adalah ikhtiar terbaik. Satu-satunya atau salah satu diantaranya parpol Islam yang memiliki sistem kaderisasi yang baik, ia punya mesin politik yang solid. Ia merupakan partai politik berideologi Islam yang merupakan fenomena baru dalam politik Islam di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun