Mohon tunggu...
M. Sadli Umasangaji
M. Sadli Umasangaji Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger - celotehide.com

Menulis beberapa karya diantaranya “Dalam Sebuah Pencarian” (Novel Memoar) (Merah Saga, 2016), Ideasi Gerakan KAMMI (Gaza Library, 2021), Serpihan Identitas (Gaza Library, 2022). Ia juga mengampu website celotehide.com.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mendewa-dewakan Isu Stunting

15 Mei 2023   12:52 Diperbarui: 19 Mei 2023   08:54 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Elaborasi lebih jauh soal Kerangka Penyebab Stunting dengan faktor determinan misalkan asupan gizi, penyakit infeksi, atau yang berkaitan dengan program kinerja seperti ASI Eksklusif, IMD, ataupun status gizi ibunya (ibu hamil), atau ibu hamil KEK, bahkan juga tinggi badan orang tua. Pertanyaan apa ini hanya penyebab masalah untuk stunting? Atau memang kerangka penyebab masalah gizi secara umum yang digunakan untuk Wasting dan Underweight juga. 

Ibu hamil KEK lebih berkenan kaitannya dengan Wasting akan tetapi kecenderungan didominasikan sebagai penyebab masalah stunting. Mungkin kita juga bisa bertanya apa ibu yang pendek tidak melahirkan balita yang kurus. 

Maksud dari logika ini adalah isu stunting tidak boleh didewakan melebihi dari masalah gizi. Petugas gizi dibuat sibuk dengan urusan stunting melebihi dari pemahamannya soal masalah gizi. Dari survei, dari perbincangan, dari program semua ditekankan stunting seakan-akan stunting melebihi dari masalah gizi. Padahal harusnya stunting ditempatkan sebagai bagian dari masalah gizi bukan mendominasi masalah gizi. Ini mendewa-dewakan yang berlebihan.

Pertanyaan paling mendasarnya adalah apa yang mendasari stunting menjadi isu strategis? Secara mendasar jawabannya saya ingin menjawab hanya karena data. Ya, data stunting saat ini tentu lebih tinggi dari Wasting dan Underweight. Baik berbasis data Global Nutrition ataupun semisal Riskesdas atau PSG untuk beberapa tahun lalu. Soal datalah yang membuat stunting menjadi isu, data Global Nutrition (2018), stunting 22.2% dan Wasting 7.5%. 

Sedangkan data PSG (2018) menunjukkan stunting 29.6% dan wasting 9.5%. Datalah yang membuat menjadi isu. Harusnya dikembalikan kepada perspektif ini. Bukan sekedar soal dominasi penyebab atau dampak yang membuat stunting lebih didewakan dari indikator status gizi lain (Wasting dan Underweight). Karena kerangka penyebabnya untuk semua masalah status gizi dan programnya untuk intervensi masalah gizi begitu juga dampaknya.

Semisal beberapa "penyuluhan" dengan titik tekan bahwa dampak stunting kecenderungan pada anak menjadi kurang "pintar" dan bahasa sejenisnya. Pertanyaan apakah Wasting dan Underweight tidak memberikan dampak itu? Selain itu, penyuluhan-penyuluhan dengan konotasi negatif terkait stunting harusnya disudahi. Dengan maksud misalkan memperbaiki kondisi pertumbuhan, orang tua ditekan bahwa anak stunting cenderung memiliki perkembangan kognitif kurang baik. 

Ini konotasi negatif. Padahal isu stunting ditempatkan bahwa kita menginginkan kedepan orang-orang Indonesia memiliki postur fisik yang baik (tinggi sebagaimana orang Eropa) dan produktif. Konotasi negatif itu tentu membuat ibu-ibu balita menjadi sungkan atau malu kalau anaknya stunting dan ini tidak baik untuk perkembangan program gizi itu sendiri. 

Klaim kondisi seperti itu sudah terjadi pada persepsi Gizi Buruk, seharusnya isu stunting tidak dibawa dalam jurang persepsi seperti itu.Toh kita harus berani mengklaim stunting tidak lebih membahayakan dari gizi buruk, tapi menyakini stunting adalah dampak. Jadi mengapa klaim membuat jurang persepsi kepada ibu balita?

Menempatkan Program Intervensi Kembali Pada Masalah Gizi

Selain itu tentu program intervensi adalah penanggulangan terhadap masalah dan penyebab masalah. Kalau ditelisik program intervensi spesifik untuk penanganan stunting berdasarkan data sebenarnya berkaitan dengan indikator kinerja program gizi.

Asumsinya misalkan program kinerja seperti IMD, ASI Eksklusif, pemberian Vitamin A dan lainnya cenderung stagnan bahkan semisal program pemantauan pertumbuhan sebagai deteksi dini juga cenderung stagnan tapi data stunting yang terakhir malah turun. Logikanya adalah program-program pencegahan yang stagnan harus data stunting normatif tidak turun. Tapi yang terjadi logikanya terbalik program-program pencegahan stagnan, data stunting turun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun