Mohon tunggu...
M. Sadli Umasangaji
M. Sadli Umasangaji Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger - celotehide.com

Menulis beberapa karya diantaranya “Dalam Sebuah Pencarian” (Novel Memoar) (Merah Saga, 2016), Ideasi Gerakan KAMMI (Gaza Library, 2021), Serpihan Identitas (Gaza Library, 2022). Ia juga mengampu website celotehide.com.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Remaja Putri dan Tantangan Akumulasi Isu Stunting

14 Mei 2023   13:21 Diperbarui: 27 Mei 2023   09:54 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa penelitian telah menemukan bahwa aktivitas fisik berkorelasi dengan optimalisasi pertumbuhan massa mineral tulang yang dicapai pada awal usia 20 tahun, selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan. Pada usia remaja lanjut (usia 18-20 tahun) pertumbuhan tulang-tulang extremitas dapat berhenti memanjang namun, ruas-ruas tulang belakang dapat berlanjut tumbuh kembangnya hingga usia 30 tahun. Puncak pertumbuhan massa tulang yang optimal dicapai pada awal usia 20 tahun. Dimana kurangnya pengaruh faktor resiko seperti latihan aktivitas fisik, hormone, asupan kalsium, vitamin D, genetik, dan sebagainya dapat menyebabkan pertumbuhan massa (densitas) mineral tulang yang kurang optimal. Faktor lain yang penting sebagai penentu pertumbuhan tinggi badan dan kepadatan tulang adalah gen orang tua dan berbagai faktor yang mempengaruhi seperti asuhan sejak awal kehidupan dalam kandungan, nutrisi, sosio-ekonomi, dan pengaruh luar melalui aktivitas fisik yang juga dapat mempengaruhi tinggi badan (Savitri, A, Zulhamidah, Y, Widayanti, E, 2020). Dalam hal ini mencegah bahkan proses intervensi dan edukasi dimulai pada remaja hingga memberikan efek pada kehidupan berikut juga saat usia remaja. Anak remaja putri akan bertumbuh dan tentu memungkinan untuk menjadi ibu hamil, ibu menyusui, memiliki balita dan kemudian bertumbuh hingga remaja.

Remaja Putri dalam Tantangan Pelayanan Gizi

            Remaja putri lebih rentan terkena anemia disebabkan oleh beberapa hal, seperti remaja pada masa pertumbuhan membutuhkan zat gizi yang lebih tinggi termasuk zat besi, adanya siklus menstruasi yang menyebabkan remaja putri banyak kehilangan darah, banyaknya remaja putri yang melakukan diet ketat, lebih banyak mengonsumsi makanan nabati yang kandungannya zat besi sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan zat besi tidak terpenuhi dan asupan gizinya tidak seimbang. Remaja putri mengalami haid tiap bulan, dimana kehilangan zat besi 1.25 mg perhari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak daripada pria. Penyebab paling umum dari anemia secara global adalah anemia defisiensi besi (Nuraeni, dkk, 2019).

Kelompok remaja putri merupakan sasaran strategis dari program perbaikan gizi untuk memutus siklus masalah agar tidak meluas ke generasi selanjutnya. Program pemerintah Indonesia yang fokus terhadap penanggulangan anemia remaja putri yakni Program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) dengan sasaran anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) melalui pemberian suplementasi kapsul zat besi (Permatasari, dkk, 2018).

Tantangan pelayanan gizi dalam konteks remaja putri adalah pemaksimalan pemberian suplementasi zat besi karena kondisional remaja putri yang sudah mendapatkan tablet fe tapi kadang-kadang tidak mengonsumsinya. Penetapan semisal duta sekolah bagi remaja putri sebagai koordinator atau inspirator dalam mengonsumsi tablet fe adalah tantangan bersama. Pemberian tablet fe pada remaja putri adalah konteks persiapan dalam memenuhi remaja putri menuju wanita dewasa. Edukasi tentang gizi pada remaja, pemberian makanan lengkap atau tambahan bagi remaja putri (anak sekolah), pemaksimalan aktivitas fisik pada remaja (secara umum) adalah tantangan bersama dalam mengentaskan akumulasi isu stunting. Perbaikan tinggi badan pada usia remaja juga merupakan langkah dasar dalam penentuan produktivitas usia dewasa.

Referensi:

Kemenkes, 2018. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS).

Kemenkes, 2022. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Stunting.

Nuraeni, dkk, 2019. Peningkatan Kadar Hemoglobin melalui Pemeriksaan dan Pemberian Tablet Fe Terhadap Remaja yang Mengalami Anemia Melalui "Gerakan Jumat Pintar". Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement) Vol.5, No.2, Agustus 2019, Hal 200 -- 221.

Permatasari, Tyas, Dodik Briawan, dan Siti Madanijah, 2018. Efektivitas Program Suplementasi Zat Besi pada Remaja Putri di Kota Bogor. Jurnal MKMI, Vol. 14 No. 1, Maret 2018.

Savitri, A, Zulhamidah, Y, Widayanti, E, 2020. Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Tinggi Badan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas YARSI yang Berumur Kurang dari atau Sama dengan 20 Tahun. Majalah Kesehatan PharmaMedika Vol.12 No.1, Juni  2020, p-ISSN  2085-5648, e-ISSN  2655-2396. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun