Mohon tunggu...
M. Sadli Umasangaji
M. Sadli Umasangaji Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger - celotehide.com

Menulis beberapa karya diantaranya “Dalam Sebuah Pencarian” (Novel Memoar) (Merah Saga, 2016), Ideasi Gerakan KAMMI (Gaza Library, 2021), Serpihan Identitas (Gaza Library, 2022). Ia juga mengampu website celotehide.com.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membincang Program Penanggulangan Stunting

8 Mei 2023   13:46 Diperbarui: 27 Mei 2023   09:22 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indikator kinerja gizi dalam surveilans gizi adalah indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan kinerja program gizi, yang meliputi:

 Cakupan bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif, Cakupan bayi usia 6 bulan mendapat ASI Eksklusif, Cakupan ibu hamil yang mendapatkan  Tablet Tambah Darah TTD minimal 90 tablet selama masa kehamilan, Cakupan ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapat makanan tambahan, Cakupan balita kurus yang mendapat makanan tambahan, Cakupan remaja putri  (Rematri) mendapat  Tablet Tambah Darah (TTD), Cakupan bayi baru lahir yang mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Cakupan balita yang ditimbang berat badannya (D/S), Cakupan balita mempunyai buku Kesehatan Ibu Anak (KIA)/Kartu Menuju Sehat (KMS), Cakupan balita ditimbang yang naik berat badannya (N/D), Cakupan balita ditimbang yang tidak naik berat badannya dua kali berturut-turut (2T/D), Cakupan balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A, Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A, Cakupan rumah tangga mengonsumsi garam beriodium; dan Cakupan kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan. (Kemenkes, 2019).

Bayangan Evaluasi

Kegiatan surveilans gizi bermanfaat  dalam  memberikan informasi keadaan gizi untuk melakukan deteksi dini masalah gizi dan mengamati kecenderungan yang terjadi, membuat analisis situasi gizi dan faktor determinannya. Hasil surveilans gizi digunakan sebagai bahan diseminasi dan advokasi kepada stakeholder, serta untuk menyusun perumusan kebijakan dalam rangka pengambilan tindakan segera, perencanaan dan evaluasi terhadap program baik di kabupaten/kota, provinsi maupun pusat (Kemenkes, 2018).

Pelaksanaan surveilans gizi dilakukan dari posyandu, puskesmas, kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Secara rinci surveilans gizi meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis data, tindakan dan pemanfaatan data (Kemenkes, 2018). Pelaksanaan teknis  Surveilans Gizi  dilakukan dengan tahapan: a. pengumpulan data; b. pengolahan dan analisis data; dan c. diseminasi.

Kegiatan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan teknis Surveilans Gizi yaitu pengkajian  (assessment), analisis  (analysis) dan  respon  (action) yang merupakan suatu siklus. Sistem Surveilans Gizi  adalah alat untuk menghasilkan informasi yang sangat membantu dalam formulasi, modifikasi dan aplikasi kebijakan gizi di suatu wilayah. Surveilans mencakup informasi tentang pengaruh pola konsumsi gizi dan status gizi, oleh karena itu didalam analisis  Surveilans Gizi  juga membutuhkan informasi terkait faktor ekonomi, sosial budaya dan biologis. (Kemenkes, 2019).

Pengolahan  dan analisis  data dilakukan untuk menghasilkan informasi  yang diperlukan dalam mendukung program perbaikan gizi (Kemenkes, 2019). Pengolahan data dapat dilakukan secara deskriptif maupun analitik, yang disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, gambar dan peta, atau bentuk penyajian informasi lainnya (Kemenkes, 2015). Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan penerapan manajemen data melalui kegiatan diantaranya; 1) perekaman data; 2) validasi; 3) pengkodean; 4) alih bentuk; dan  5) pengelompokan berdasarkan tempat, waktu dan orang (Kemenkes, 2019).

Membincang soal evaluasi berarti membayangkan soal baseline data dan target capaian. Berdasarkan presentasi dari Direktorat Gizi Masyarakat telah mencetuskan target capaian program untuk 2020-2024. Penulis belum mendapatkan gambaran apakah data target menggunakan base line dari data apa, apakah laporan rutin dari Puskesmas, atau hasil survei semisal SSGBI atau hasil Riskesdas.

Akan tetapi ada yang menjadi 'gambaran keluhan' dari misalkan target D/S untuk 2020 cenderung relatif lebih kecil dari target capaian di tahun 2019, ini menunjukkan bisa jadi data baseline mencapai angka yang lebih rendah dari target capaian di 2019. Target capaian D/S di tahun 2020 adalah 60%. D/S tentu digambarkan sebagai partisipasi balita dalam pemantauan pertumbuhan baik penimbangan maupun pengukuran. Harusnya D/S merupakan representasi dari data yang lainnya artinya D/S harus awalan data yang baik untuk representasi data yang baik lainnya. Bila D/S memiliki target 60% berarti cakupan pemantauan cenderung rendah, apakah karena penyesuaian realitas karena kondisi Pandemi? Penulis berpikir bahwa dalam penentuan target tentu sesuatu yang telah ditentukan sebelumnya, mungkin tanpa mendasari kondisi realitas pandemi yang malah baru terjadi. Maka demikian realitasnya adalah baseline dari partisipasi balita ini cenderung masih rendah di tahun 2019.

Selain itu target D/S yang 60% di tahun 2020 juga ditekankan dengan N/D yang 95% di tahun 2020. Selain data ini, beberapa data dengan target capaian yang cenderung rendah, misalkan Asi Eksklusif Murni dengan target 35% dan IMD dengan target 54% di tahun 2020. Cakupan Remaja Putri Mendapat Tablet Fe juga memiliki kecenderungan target capaian yang masih rendah di tahun 2020 yakni 50%. Padahal bisa dikatakan program-program ini adalah intervensi spesifik dalam pencegahan stunting. Target prevalensi stunting sendiri pada tahun 2020 adalah 24.1%.

Selebihnya kita sebagai petugas juga mungkin memang perlu memikirkan, pertama,  program-program inovasi dalam pencegahan stunting selain program-program yang telah ditentukan. Dan kedua, kita perlu memikirkan inovasi dalam melakukan akserelasi program-program yang telah ditentukan itu hingga memperbaiki capaian program yang ada. Demikian bila data indikator kinerja gizi dan beberapa capaian indikator masalah gizi dengan persentase yang mencapai target dalam target capaian surveilains gizi maka pada akhirnya prevalensi penurunan angka stunting seharusnya memang semakin menurun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun