Mohon tunggu...
mr.x
mr.x Mohon Tunggu... Freelancer - -

Blogspot resmi: https://mrxkomp.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

RUU Penyiaran: Menjaga Masyarakat atau Menguntungkan Satu Pihak?

19 Agustus 2024   12:10 Diperbarui: 19 Agustus 2024   12:21 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 
Pertanyaan ini selalu ada didalam benak kita, didalam dunia pertelevisian, sinetron semakin banyak ditayangkan, baik cerita mengenai asal muasal Danau Toba misalnya, baru mengenai kisah raja Prabu Siliwangi, dan yang lainnya. Banyak sinetron-sinetron yang tidak sepatutnya kita tonton, apalagi bagi anak-anak yang masih didalam tahap pertumbuhan dan perkembangan daya pikirnya. Contohnya saja di Tv Indosiar banyak sinetron-sinetron yang mengundang suatu hal yang tidak baik untuk dipertontonkan misalnya saja masa ada sinetron yang mengisahkan sebuah keluarga yang mempunyai 4 orang istri. Sebenarnya film yang seperti itu tidak cocok untuk dipertontonkan bagi masyarakat terutama kepada anak-anak karena itu mengandung unsur anjuran untuk melakukan hal tersebut dan juga sebenarnya hal tersebut tidak mencerminkan budaya yang baik didalam masyarakat kita karena dengan adegan-adegan yang sepatutnya ditayangkan, jadi ditayangkan juga.

Selanjutnya mengenai sinetron yang tidak sepatutnya ditayangkan adalah mengenai film tentang anak yang tidak diakui keluarganya dan ini sering ditayangkan di pertelevisian Indosiar yang menjadi pusat sinetron-sinetron yang ada di Indonesia, contohnya saja yang lain adalah bagaimana sebuah keluarga bapak yang mabuk-mabukan ditambah lagi dengan ibu yang suka berkencan dengan laki-laki lain. Ini juga biasanya disiarkan di pertelevisian Indonesia. sebenarnya ini yang patut dicermati oleh seluruh para pemerintah terutama KPI agar perfilman di Indonesia dapat baik didalam adegan-adegannya karena jika ini terus dilakukan maka itu juga akan berdampak buruk kepada psikologi anak-anak kita dan pastinya hal-hal tersebut bisa saja ditiru oleh anak-anak kita, dan bagaimana mereka akan berpikir bagaimana cara untuk melakukannya. (link)

Adapun penulis sudah menyinggung perihal Televisi Indonesia seperti dibawah ini dalam artikel lamanya

Bicara masalah acara Alay yang menjadi bahan kritikan Bang Deddy Corbuzier memang pantas menjadi cerminan kalau buruknya acara TV Indonesia, dari segi kualitas dan memang menggunakan strategi marketinguntuk stasiun TV demi mendapatkan uang via iklan karena rating di Indonesia yang berorientasi pada jumlah penonton daripada kualitas pada acara tersebut. Demi sebuah 'rating omong kosong' bernama Nielsen Rating yang hanya berdasarkan jumlah penonton dalam sebuah acara TV.

Acaranya hanya dibuat untuk farming(Istilah dalam dunia permainan peran daring multi pemain masif(Atau istilahnya MMORPG(Massive Multiplayer Online Role Play Game) untuk mengumpulkan sesuatu secara berulang-ulang) uang, dan menarik penonton untuk melihat acara yang isinya mengandung saling ejek mengejek jika membicarakan masalah 'Variety Show'. Mungkin pula kita juga membicarakan masalah sinetron yang isinya melulu High-School Romance dengan jumlah tema 'dobrakan'(tema selain dari High-School Romance) lain yang sangat sedikit.(link)

KPI selama ini sudah terlihat belangnya sebagai sosok yang akan melindungi sinetron dan menyerang kartun. Walaupun sudah banyak berita diluar sana dimana KPI menegur berbagai macam acara tv dan sinetron, namun perubahan struktur jadwal acara TV di Indonesia sudah banyak membuktikan seberapa KPI berpihak pada produsen sinetron dan variety show yang tidak bermutu. Teguran bisa diberikan namun dibandingkan dengan pemblokiran terhadap kartun serta sinetron, semua tahu sama tahu kalau KPI lebih memblokir acara kartun anak-anak daripada acara sinetron dan variety show. 

Kasus ini terlihat jelas pada KPI pada 2019 silam yang menegur adegan "kekerasan" yang ada di "Big Movie Family: The Spongebob Squarepants Movie" seolah "kekerasan" seperti yang diucap mereka sebagai contoh: "memukul wajah dengan papan, menjatuhkan bola bowling hingga mengenai kepala...". Sementara itu di lain sisi, komisioner KPI menjaga Sinetron "Azab" dengan ucapan yang seperti dibawah ini:

"Azab ini kan value-nya tinggi. Ada orang yang jahat kemudian dapet balasan dan sebagainya. Itu ketika kita melihat picture, whole picture-nya kita lihat. Ketika bicara Spongebob, picture-nya kayak apa? Di situ kemudian ada pesan-pesan yang sangat berbahaya bagi anak-anak dan kita harus keluarkan sanksi untuk itu, " (link)

KPI sendiri dinilai cukup bermasalah dengan masalah sendiri dimana penulis menemukan beberapa hal lainnya yang dapat menjadi permasalahan bagi lembaga yang menjadi calon "super power" di bidang penyiaran satu ini. Salah satunya adalah bagaimana kita dapat melihat kartun yang disensor dan diusir dari TV Indonesia(seperti Spongebob dan Naruto) namun, untuk kasus sinetron "Suara Hati Istri: Zahra", sinetron ini malah dicarikan cara agar tetap menunjukkan wajahnya di pertelevisian Indonesia. 

Melihat rangkaian pelanggaran dalam tayangan Suara Hati Istri: Zahra, kita patut berharap KPI sebagai pengawas lembaga penyiaran mengeluarkan sikap untuk menunjukkan posisinya. Respons pertama KPI mengenai hal ini hanya menerbitkan artikel yang mencoba mengingatkan kita bahwa KPI berkomitmen untuk melindungi anak dan remaja dari siaran televisi. Seperti deja vu, respons KPI itu hanya lip service untuk meredam kemarahan dan mengais simpati publik. Sejumlah peristiwa dengan metode yang sama pernah terjadi seperti kasus Blackpink Shopee, Spongebob Squarepants, hingga wacana pengawasan Netflix dan YouTube.

What is the Endgame?

WARNING! INI MURNI SPEKULASI BERDASARKAN FAKTA YANG ADA!!!! JANGAN DIANGGAP FAKTA SECARA MENTAH MENTAH ATAU SEBAGAI TUDUHAN!!! WARGA NEGERI WKWAKONOHALAND BERFLOWER +62 JANGAN MALAS MEMBACA!!!!

Berdasarkan spekulasi yang ada dan memahami papan catur yang sudah ada, mungkin kita semua akan berpikir mengenai apa yang tengah dilakukan oleh salah satu lembaga paling bermasalah di Indonesia pada era dewasa ini. Apakah memang seperti apa yang dikatakan mereka mengenai tujuan RUU Penyiaran 2002

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun