Mohon tunggu...
mr.x
mr.x Mohon Tunggu... Freelancer - -

Blogspot resmi: https://mrxkomp.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kasus Kimi Hime: SEMUA JUGA SALAH!

28 Juli 2019   06:23 Diperbarui: 5 September 2020   00:51 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kimi Hime yang terisak karena kasusnya dengan KemenKomInfo (Sumber: youtube/kimihime)


(WARNING! Sebelum kalian para pembaca berpikir penulis mendukung satu sisi saja, maaf... Disini posisi penulis adalah sebagai posisi yang NETRAL yang tidak sama sekali mendukung satu pihak atau lebih (BACA INI YANG PERTAMA DAN TERUTAMA DENGAN TELITI SEBELUM ANDA SPAMMING KOMENTAR TIDAK JELAS, WAHAI NETIZEN YANG BERBUDI DAN BERIMAN!!! Kalau anda sakit pantat membaca artikel ini, harap kabur dari artikel ini dan jangan baca. Jika anda menunjukkannya di dalam kolom komentar, maka anda mungkin melakukan apa yang tertulis di artikel ini...)

Yang terhormat pak Rudiantara, Kimi Hime, APPI(Asosiasi Pengawas Penyiaran Indonesia), dan Netizen 

Pertama, kita disuguhi dengan kasus "Penistaan Agama Ahok", yang mana menunjukkan bahwa orang Indonesia SANGAT MALAS MEMBACA. Kita disuguhi lagi dengan berbagai macam HOAKS pada tahun 2019 menjelang Pemilu, demi kursi politik. Setelah kedua kasus ini, media melakukan mem-framing terhadap Kimi Hime dengan tuduhan(yang katanya) kalau dia membuat konten pornografi pada beberapa saat yang lalu. 

Apakah hal seperti ini tidak ada akhirnya di Indonesia? 

Kenapa media, Kemenkominfo, bahkan masyarakat juga pemerintah menghabiskan waktu mereka hanya untuk fokus menyerang satu masalah yang justru menurut penulis tidak berguna sama sekali?

Kasus serupa juga pernah dihadapi dengan Reza Arap, yang mungkin pernah menghadapi netizen maha benar dan bijaksana. Netizen yang merasa dirinya lebih hebat, tidak suka Reza Arap karena kebiasaanya swearing atau berbicara kasar pada setiap videonya. Teman penulis yang adalah seorang youtuber mini, hanya bisa tertawa melihat kelakuan netizen, yang terlalu sering men-judge sesuatu yang tidak tahu apa-apa mengenai apa yang ia hadapi. 

Reza Arap sendiri juga sudah mengatakan secara langsung bahwa dia hanya berkata kasar hanya sebagai bentuk reaksi dia terhadap suatu media(scene di sebuah gim) yang ia lihat. Jujur saja, ketika penulis melihat tingkah Kimi Hime, pemerintah yang dalam konteks ini adalah Kemenkominfo, masyrakat maupun netizen, penulis hanya bisa tertawa, dan merasa kalau apa yang penulis lihat tidak separah yang mereka lihat. 

Kimi Hime dipanggil dan beberapa kontennya di suspend, lalu menangis di depan kamera di dalam video tersebut. Berawal dari APPI yang melaporkan channel Kimi Hime yang katanya memiliki konten menjurus ke arah pornografi. Setelah itu DPR langsung melaporkan ini kepada Kemenkominfo, dan akhirnya sampai pada penutupan konten Kimi Hime yang berujung pada video klarifikasi yang dia buat. 

Walaupun ini adalah sebuah siklus yang terjadi di dunia youtube, namun tetap saja kalau kita pastinya tidak akan suka jika siklus menyebalkan ini terus terjadi kan?

Disini tidak ada yang benar, baik Kemenkominfo, DPR, APPI,  media, netizen, Kimi Hime, atau penulis yang menuliskan artikel ini. Semuanya salah menurut penulis dan mari kita bahas satu-satu apa salah dari masing-masing pihak berdasarkan logika semata dan kejadian yang sudah pernah terjadi terkait dengan apa yang akan ditulis dibawah ini.

1. Kemenkominfo

Sebagai sebuah lembaga pemerintahan yang bergerak di bidang komunikasi dan informasi, Kemenkominfo memang harus menjaga ekosistem yang ada di dunia komunikasi dan informasi di Indonesia. Tentu mereka sudah melakukan yang terbaik untuk mencapai internet Indonesia yang jauh lebih baik entah secara teknis maupun secara ekosistem. Alangkah baiknya jika mereka TIDAK terlalu overprotektif terhadap ekosistem ini walaupun kalian sudah melakukan yang terbaik. 

Penghapusan video dan channel(jika terjadi) akan memberikan kesan kalau Indonesia adalah "negara yang membatasi kebebasan individunya" dan "memaksakan ekosistem youtube di Indonesia untuk dipenuhi dengan konten yang family-friendly saja". Bayangkan jika beberapa youtuber yang sudah memiliki banyak uang keberatan dengan keputusan kalian dan kabur, berapa keuntungan nasional potensial yang akan hilang? Bukannya Youtuber dan social media influencer lain ada pajaknya yang bisa jadi ladang pendapatan bagi kalian yang stabil untuk 5-10 tahun kedepan?

Pertanyaan penulis begini,
Pertanyaan penulis begini, "Lalu aplikasi(diatas) ini untuk apa? Apakah ini hanya apps nebeng di App Store? 
Menurut penulis, lebih baik Kemenkominfo berkerja sama dengan Telkomsel dan beberapa provider lainnya untuk mengembangkan membuat sistem internet Indonesia yang jauh lebih cepat daripada mencari kambing hitam dalam dunia internet. Jika mereka belum bisa melakukan itu, setidaknya mereka lebih baik segera menghapus hoaks-hoaks yang berkeliaran di internet dan mengurus oknum yang melakukan hal ini, itu seharusnya menjadi prioritas kalian daripada orang seperti Reza Arap dan Kimi Hime. 

Lagipula kalau mereka segera take down Kimi Hime sama saja membuang-buang waktu mereka hanya untuk sesuatu yang tidak berguna, Ini akan membuat mereka tampak seperti menyelesaikan masalah dengan cara "gali tanah sebelah untuk menutup lubang yang sudah tergali" daripada menyelesaikan masalah ini secara komplit.  Ingat kalau mereka selesai mengurus Kimi Hime akan ada banyak "Kimi-Kimi lain" yang harus mereka urus setelah masalah kalian dengan Kimi Hime selesai. 

Lagipula, men take down Kimi Hime sebenarnya akan membuat si Kimi semakin populer, malah justru menciptakan kesusahan baru bagi Kemenkominfo jika seandainya "1000 Kimi Hime" ikut muncul di dunia youtube di Indonesia. Melakukan take-down bisa saja merugikan mereka di kedepannya daripada menguntungkan kalian jika dilihat dalam efek jangka panjangnya. Mereka nantinya akan mereka mengurus orang-orang seperti Reza Arap dan Kimi Hime serta teman-teman mereka.

Untung saja berdasarkan beberapa berita terbaru, pak Rudiantara menjelaskan kalau ini(take down) berjalan seperti beberapa take down aplikasi tertentu seperti Tik-Tok, yang katanya take down hanya berlangsung selama dia tidak menggubris dan hanya meminta dia untuk merapihkan konten agar bisa sesuai dengan kelompok usia. Penulis disini secara objektif setuju dengan apa yang dilakukan oleh bapak Rudiantara

"Kalau pun ada konten yang di-suspend, nanti kalau ketemu diperbaiki, biasanya kan begitu. (Saat) Tik Tok (diblokir) kan dulu begitu," ujar Rudiantara saat ditemui di konferensi pers ulang tahun Blibli.com yang ke-8 di Jakarta, Jumat (26/7/2019) malam. (Dikutip dari: Link)

Rudiantara pun memberikan tanggapan atas video klarifikasi Kimi Hime yang menyebut dirinya hanya menapilkan judul clickbait dan tidak melakukan pelanggaran aturan.

Menurutnya sah saja Kimi Hime mengaku tidak bersalah, toh Kemkominfo pun tidak menyebut Kimi Hime bersalah.

"Yang penting adalah, oke kami undang, ayo kita bicarakan baik-baik. Kami bukan pemerintahan yang otoriter, tidak langsung main blokir, kecuali saat pembatasan medsos di bulan Mei itu, itu melindungi kepentingan nasional," kata Rudiantara.

Terkait judul video yang bersifat clickbait yang diterapkan Kimi Hime di akun YouTube-nya, Rudiantara mengembalikan hal tersebut ke sistem nilai yang berlaku secara umum di masyarakat Indonesia.

"Inikan kembali pada sistem nilai-nilai moral kita. Kalau kita bicara moral, satu orang dengan orang lain bisa berbeda. Nilai-nilainya beda, tetapi kita berpatokan pada masyarakat umum yang berlaku secara keseluruhan, begitu saja," kata Rudiantara. (Link)

Di bagian diatas, ini yang membuat penulis agak salut dengan tanggapan pak Rudiantara. Kalau penulis menyimpulkan, sebenernya Kemenkominfo tidak begitu bersalah karena menjalankan pekerjaan mereka yang seharusnya, lagipula Kimi Himenya sendiri yang tidak menjawab panggilan mereka. Mereka tidak begitu bersalah walau ada salahnya, karena mereka masih menyadari seberapa potensi yang dimiliki oleh para Content Creator se Indonesia. Seperti kutipan mereka yang ada disini menurut Kompas...

"Hanya konten, tidak sampai kanal. Kenapa? Karena kami masih menyayangi konten kreator Indonesia. Jangan sampai mereka tidak berkreasi lagi," ujar Ferdinan di Gedung Kominfo, Jakarta Pusat, Rabu (24/7/2019).(Link)

2. APPI 

Menurut penulis, APPI juga bersalah karena terlalu lebay dalam menanggapi Kimi Hime dan mereka langsung langsung main lapor ke DPR. Mereka melakukan ini mungkin tanpa berdikusi atau membicarakan kasus ini kepada pihak oknum. Mungkin saja kalau mereka terlalu cepat dalam menuduh Kimi Hime untuk kontennya tanpa mengecek isinya terlebih dahulu.  Seperti yang penulis mungkin sudah sempat katakan, gaya clickbait dari channel dia memang sedikit nyeleneh tapi isinya tidak nyeleneh sama sekali malah justru lebih menjurus pada apa yang terjadi pada videonya. 

Dalam konteks ini penulis belum membaca kalau mereka membicarakan kasus ini kepada Kimi Hime dan langsung main lapor ke DPR yang membuat Kimi Hime kebingungan dan menciptakan video klarifikasi yang menjadi heboh serta langsung ditanggapi oleh DPR, jika memang ada salah bicarakan dulu ke orangnya. Mereka baru boleh main lapor jika memang dianya tidak mendengarkan, namun ini juga BELUM TENTU BENAR kalau misalnya kalian harus bicara dulu ke orangnya.

Bisa saja tindakan mereka dikatakan sebagai tindakan yang benar jika dipikirkan lagi dengan sedikit bias. Kimi Hime belum tentu akan mendengar ucapan mereka dan akan menjadi masalah tersendiri bagi mereka. Mungkin ini adalah alasan bagi mereka untuk langsung membicarakan kasus ini pada mereka. Mungkin saja jika mereka sudah membicarakan ini kepada Kimi Hime sejak awal karena dikira penontonnya adalah anak-anak. Data dari nona Kimi menunjukkan hal lain walaupun nanti akan dibahas. 

Mereka hanya membuang-buang waktu dengan mengurus channel seperti milik si Kimi Hime. Sebenarnya ada masalah yang jauh lebih gawat dan darurat serta mendesak daripada channel Kimi Hime yang isinya masih jauh lebih baik dibandingkan beberapa sinetron. Lagipula, sinetron lebih banyak penonton anak-anaknya bukan? Kalau demikian, kenapa mereka tidak mengurus sinetron yang isinya jauh lebih berbahaya? Bagaimana jika kalian mengurus acara TV-acara TV yang bermasalah dengan konten-konten mereka seperti beberapa gambar yang ada dibawah ini?

Adegan Hot dari sinetron
Adegan Hot dari sinetron "Siapa yang Takut Jatuh Cinta" pada episode 383 yang sempat viral.

Ini dari sinetron mana ya? Yang tahu tolong tulis di komentar...
Ini dari sinetron mana ya? Yang tahu tolong tulis di komentar...

Adegan Tawuran di sinetron
Adegan Tawuran di sinetron "Anak Langit" pada  episode 997

Adegan ciuman Natasha Wilona dengan Verrel Bramasta pada sinetron
Adegan ciuman Natasha Wilona dengan Verrel Bramasta pada sinetron "Siapa yang Takut Jatuh Cinta"

Adegan kebut-kebutan di jalan dalam Anak Jalanan yang episodenya tayang pada 11 Desember 2015
Adegan kebut-kebutan di jalan dalam Anak Jalanan yang episodenya tayang pada 11 Desember 2015

Organisasi masyarakat (Ormas) Pembela Kesatuan Tanah Air Indonesia Bersatu (Pekat IB) melaporkan pembawa acara Dahsyat RCTI, Felicya Angelista ke Polda Metro Jaya, Minggu (21/1/2018) malam.

Ketua Infokom Pekat IB, Sosialisman Hidayat Hasibuan menerangkan, tayangan Dahsyat dianggap merugikan masyarakat. Pada tayangan Dahsyat Jumat (19/1/2018) lalu, beberapa anggota TNI disuruh untuk lomba makan donat yang diikatkan ke kaki Felicya.(Link)

3. Media

Penulis mengerti bagaimana cara pihak media bekerja di layar belakang dan apa yang sedang mereka lakukan sekarang ini. Mereka sedang memanasi kasus ini dan mereka ingin membuat kasus ini tersampaikan pada masyarakat. Hanya saja perbedaan kalian terlalu mudah terlihat bagaimana mereka menanggapi kasus ini serta menjadikan hal ini sebagai pemancing rating agar para pembaca ingin membaca info yang kalian sampaikan kepada mereka. Menaikan rating sama saja seperti mendatangkan uang bagi mereka kan?

Menanggapi permintaan masyarakat soal pemblokiran Kimi Hime, ia menegaskan Kominfo tidak akan melakukan tindakan tersebut dan akan membahas hal ini lebih lanjut.

"Memang dia main PUBG, dia sendiri sambil berkomentar dan dia pakai baju seksi. Berdasarkan regulasi undang-undang dia belum memenuhi unsur pornografi," ungkapnya. (Link)

Sayangnya bagian ini tidak dimunculkan pada berita lain selain dari "akurat.co" namun pihak media lain tampaknya tidak memasukan ini. Berdasarkan sumber-sumber yang penulis selidiki dari apa yang terjadi pada Kimi Hime berdasarkan video klarifikasinya, tampaknya media sedikit "sengaja" menghilangkan bagian yang di quote diatas ini agar menciptakan image Kimi Hime yang memang bersalah karena membuat konten ehem ehem. Media juga berperan besar dalam membuat Kimi Hime menciptakan klarifikasi itu yang sebenarnya tidak perlu.

Apa yang mereka tulis tanpa disadari sudah membuat sebuah domino effect dimana netizen berpikir kalau dia adalah "youtuber gamer berbaju seksi" yang "menjual tubuh"nya demi mendapatkan subscribers. Menciptakan sebuah efek dimana netizen mencibir dia hanya karena gaya berpakaiannya yang agak terbuka. Kalian sebagai media seharusnya tetap menuliskan bagian "Memang dia main PUBG,...." agar tidak menciptakan kesalahpahaman terhadap Kimi Hime. pada bagian berita Kimi Hime agar orang tidak berprasangka buruk terhadap Kimi Hime.  Bagusnya ada beberapa yang menambahkan bagian itu.

(Extra Note: Hanya saja, website yang sama melakukan cropping yang agak.... sedikit mengganggu di salah satu artikel mereka, karena terlalu kebawah(Link))

4. Netizen (Termasuk Orang Tua dan Masyarakat)

Banyak dari kalian yang mengeluh ke sana dan mengeluh ke sini setiap ada "disonansi" yang terjadi di negara ini. Disonansi adalah sebuah situasi dimana sebuah nilai bertabrakan dengan nilai yang sudah ditangguhkan, singkatnya seperti realita yang berbeda daripada ekspektasi. Disonansi yang dimaksud bisa saja dalam wujud Reza Arap, Ericko Lim, sampai Kimi Hime pun kalian mengeluh. Sebagai salah satu bukti, ada sebuah petisi yang dibuat untuk menutup akun Kimi Hime secara paksa yang ditanda tangani oleh hampir 5000 orang. 

Kalian mungkin sebenarnya yang PALING BERSALAH di dalam kasus yang dialami oleh Kimi Hime. kalian terlalu "Suudzon" dan MALAS MEMBACA seperti biasa. Kalian langsung men-judge Kimi Hime hanya karena judul yang ia buat. Para netizen sebenarnya bisa menemukan apa yang ia maksud dari thumbnail video dia di deskripsi. Beberapa maksud diperlihatkan dalam salah satu scene yang ada di video gameplay yang ia lakukan. Kenapa kalian hanya menghakimi Kimi Hime dengan cara berpakaian dan thumbnailnya?

Mata kalian dan otak kalian yang menjadi akar masalah yang dialami oleh Kimi Hime. Kalian merasa diri kalian itu adalah orang-orang yang selalu maha benar. Perasaan maha benar ini membuat kalian merasa kalian bisa menghakimi orang tersebut tanpa mengenalnya. Ketika dia masih berpakaian sopan saja sudah mulai ada beberapa dari kalian yang mengganggu dia dengan omongan kotor. Jokes Warkop DKI saja tidak membuat orang pada masanya berpikir kotor, kenapa giliran Kimi Hime yang pakai baju seperti itu kalian malah justru banyak yang berpikiran mesum.

Ijinkan penulis mengutip kalimat Reza Arap ketika ditanya oleh Deddy Corbuzier di videonya(Link),  

"Jangan mengkambing hitamkan sesuatu ke orang lain. Yang lo sendiri gak tau apa-apa(dengan apa yang ia lakukan, red)" -Reza Arap-

Mari kita bicarakan ini dengan data mengenai seberapa kotornya pemikiran kalian. Kita ambil jumlah kasus pemerkosaan di Indonesia selama tahun 2018 menurut Komnas HAM Perempuan. Mengapa kita ambil pemerkosaan? Karena pemerkosaan merupakan salah satu perbuatan yang bisa saja menjadi aplikasi dari pemikiran kotor yang menjurus ke arah pornografi. 

"Tahun 2018 mengalami kenaikan sebanyak 14 persen dari tahun sebelumnya, yaitu 406.178 (kasus). Pola kekerasan yang terjadi masih sama, lagi-lagi yang paling tinggi di ranah personal atau ranah privat, ranah yang paling dianggap tabu untuk diungkapkan di ruang publik atau di ruang-ruang politik sebanyak 71 persen, yaitu 9.637 kasus, di antaranya adalah KDRT atau relasi personal atau relasi pribadi," kata Komisioner Komnas Perempuan Mariana Aminuddin di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (6/3/2019). (Link)

Angka yang besar diatas menunjukkan seberapa kotor pemikiran orang-orang Indonesia pada saat ini. Bayangkan, ada 400 ribu kasus dalam setahun, angka ini pun belum termasuk kasus yang ada kandungan LGBT didalamnya. Orang yang berpikiran kotor akan menuliskan komentar yang kesannya seksual dan mengganggu di lingkungan ekosistem youtube. Ada satu paragraf di bagian Kimi Hime yang menunjukkan kenapa dia menjadi seperti ini. Jika dalam analisis penulis

Mengapa orang ingin memerkosa? Simpel, ini semua terjadi karena otak mereka yang sudah dikotori dengan pornografi. Kenaikan jumlah pemerkosaan ini bisa menjadi sebuah tolak ukur jika masyarakat di Indonesia.

Lain hal lagi dengan orang tua, salah sebagian netizen yang lainnya. Kalian mungkin risih jika anak kalian menonton kontennya, namun sebenarnya bukan dia yang harus kalian urus. Melainkan kalian seharusnya mendidik anak kalian dengan pendekatan yang berbeda agar anak kalian tidak terjerumus.

Karena kalian tidak bisa mengendalikan konten-konten yang didapat anak kalian tetapi kalian bisa mengendalikan bagaimana anak anda menanggapi hal tersebut. Apakah pekerjaan kalian di kantor begitu berat dan memaksa kalian untuk menyerahkan semuanya kepada jasa babysitter? Kalian apakah juga menyerahkan semua tugas kalian ke sekolahan? Atau kalian menyuruh creator untuk selalu menciptakan konten yang baik bagi anak kalian sekalipun mereka tidak menyasarkan kontennya pada anak-anak? Ijinkan lagi penulis membawakan kalimat dari Reza Arap pada videonya tersebut,

"Kalau semuanya dibebankan kepada Creator, lalu tugas kalian sebagai orang tua apa? Tugas kamu sebagai guru apa? Tugas kamu sebagai pembimbing apa?" -Reza Arap-

Orang tua tidak bisa mendidik anaknya untuk tidak menonton menurut kata Deddy Corbuzier pada video yang sama. Kalian tidak bisa mengendalikan anak untuk apa yang ia tonton, melainkan mengontrol bagaimana dia bereaksi terhadap hal tersebut. Apakah kalian meninggalkan tugas ini untuk PEMBANTU? GURU? KREATOR? Malah justru kalian akan menyerang Kimi Hime dan mengadakan petisi seperti diatas, yakinkah kalian bisa menyelesaikan masalah ini dengan mematikan channel dia. 

Bukannya lebih gampang kalau kalian didik anak kalian daripada memaksa creator untuk menutup channelnya? Kalian harus mengingat sebuah peribahasa yang berbunyi, "mati satu tumbuh seribu". Seperti pada bagian yang sudah ditulis pada bagian Kemenkominfo, kalian akan menghadapi banyak "Kimi-Kimi" baru jika kalian berperan besar dalam penutupan channel Kimi Hime. Kalian hanya menciptakan siklus yang tidak ada hentinya hanya untuk "moral" dan "agama" kalau kalian terus menerus mempermasalahkan seseorang hanya karena GAYA BERPAKAIAN DAN THUMBNAILNYA.  

Kenapa penulis juga mengorelasikan kelakuan netizen yang pantas disalahkan di artikel ini kepada orang tua ? Karena hal serupa terjadi kepada Reza Arap hanya saja bentuknya berbeda. Kalau Kimi dibenci netizen "maha benar" karena baju dan clickbaitnya, Arap dibenci karena ucapannya. Selain itu juga, sudah menjadi sebuah tren baru di Indonesia kalau orang tua semuanya pergi berkerja dan meninggalkan anaknya sendirian di rumah dengan seorang babysitter. Tuntutan pekerjaan di Indonesia sekarang sepertinya terlalu memaksa kalian untuk menyerahkan semua pekerjaan kepada babysitter sampai mereka lebih mengenal anak mereka daripada kalian. 

Apa tugas kalian jika kalian hanya sibuk menafkahi keluarga dan meninggalkan anak pada babysitter? Kalian lah yang paling berperan dalam kerusakan moral pada anak kalian. Kalian bahkan memberi dia gawai dalam usianya yang baru 2 tahun, yang seharusnya diberikan ketika mereka baru menginjak usia mereka yang menurut kalian bisa dipertanggung jawabkan. Berikan batasan jam bermain gawai kepada anak kalian yang masih kecil serta jangan terlalu banyak bermain gawai pintar didepan anak kalian. 

Video dibawah adalah salah satu akibat dari cara didik yang salah dari orang tua:


5. Kimi Hime 

Bagian paling juicy dari artikel ini adalah membahas kenapa Kimi Hime bersalah juga di dalam artikel ini. Mengapa penulis mengatakan kalau bagian Kimi Hime adalah yang paling juicy? Mungkin saja memang dari tadi saya membahas kalau dia juga bersalah dan memang sudah diketahui beberapa kesalahan Kimi Hime sejauh ini yang kita tahu. Selain dari masalah pakaiannya, dia memiliki kesalahan lain yang lebih pantas dikatakan sebagai kesalahan.

(Sedikit pembelaan)

Kenapa penulis tidak menganggap dia bersalah dalam pakaian? Selain pakaian tidak selamanya menunjukkan sifat orang tersebut dan pakaian terbuka sebenarnya tidak ada masalah tapi hanya saja kita yang mempermasalahkannya. Tank top sama saja seperti pakaian biasa dan tidak perlu dipusingkan jika seseorang ingin memakainya menurut penulis. 

Kimi Hime pernah melakukan interview bersama Deddy Corbuzier. Di sana, ia mengaku pernah minder dengan badannya. Bahkan ia juga sempat bercerita mendapatkan pelecehan seksual semasa sekolah(link).

"Sexual harassment itu selalu ada. Ya sudah kebal di situ, jadi aku mutusin apa yang gue pakai selalu ada sexual harassment. Jadi gue pakai yang gue mau saja. Ya mau terganggu, nggak terganggu gimana ya namanya orang kan semua pendapat nggak bisa ngatur. Kalau dibilang terganggu aku kayak unaffected sih, kayak nggak ngefek," tuturnya. 

Ingat kalau dia emang secara genetika dan natural memang dilahirkan seperti itu sampai minder disekolah hanya karena apa yang ia miliki? Lalu kalian menjustifikasi dia hanya karena cara berpakaiannya? Ayolah, kalian itu adalah orang yang lebih pintar daripada apa yang kalian lakukan sekarang! 

Dia saja masih kena diserang secara seksual ketika memakai pakaiannya secara tertutup. Ketika dia hanya memakai daster, kalian juga ganggu dia dengan cara seperti itu. Lebih baik kalian biarkan Kimi Hime memakai apa yang ia mau selama dia NYAMAN daripada memaksa dia untuk selalu tertutup jika ujung-ujungnya sama saja. Tidak netizen sini, tidak netizen luar, semua sama saja kalau berurusan dengan gadis yang memang secara genetika diberikan tubuh seperti itu.

(Kembali ke topik)

Kesalahan Kimi Hime yang pertama dan terutama adalah menuliskan judul yang terlalu clickbait sehingga menciptakan pemikiran para penonton yang terlalu ehem ehem. Thumbnail yang dipasang Kimi Hime dapat menyebabkan pikiran netizen mulai kotor walaupun beberapa kalimat clickbait nanti maksud aslinya terlihat dalam konten dia. Penulis berpikir, "Bagaimana netizen tidak berpikir seperti itu kepada Kimi Hime? Dianya saja membuat thumbnail seperti itu." Beberapa video dia yang dihapus memiliki thumbnail seperti contoh dibawah ini:

6-5d3f3627097f36565b19d76a.jpg
6-5d3f3627097f36565b19d76a.jpg
15-2-5d3f363a097f363ae154fa55.jpg
15-2-5d3f363a097f363ae154fa55.jpg
25-5d3f364d097f360873562105.jpg
25-5d3f364d097f360873562105.jpg
Apakah Kimi Hime sadar kalau menciptakan thumbnail seperti itu akan menciptakan pemikiran yang negatif terhadap Netizen? Ketika Kimi Hime sedang bermain PUBG dan mengguggahnya ke Internet, ini justru memperkeruh suasana. Netizen-netizen yang dulunya hanya se-cuil yang mengganggu dia secara seksual, sekarang netizen-netizen ini meledak jumlahnya. Salah satu kesalahan Kimi Hime dan yang paling fatal sebenarnya adalah menciptakan thumbnail yang menjurus ke arah pornografi seperti beberapa gambar diatas. 

Setidaknya lebih baik kalau Kimi Hime memakai dasternya atau pakai baju dengan jaket daripada hanya memakai tank-top serta dia seharusnya jangan menciptakan thumbnail semacam itu. Bukannya lebih baik dia menekan apa yang diucapkan netizen dengan perbuatannya, percuma kalau dia terus berbicara jika perbuatannya mengatakan hal lain. Kimi Hime perlu ingat peribahasa, "satu perbuatan akan mengalahkan seribu ucapan". Thumbnail sebenarnya adalah impresi pertama seseorang sebelum membuka konten video youtube, makanya si Kimi Hime jangan lagi membuat thumbnail seperti itu.

Menurut penulis, lebih baik dia mengabaikan saja mereka yang mengganggunya. Kenapa penulis menuliskan hal ini? Karena yang mereka inginkan adalah Kimi Hime bereaksi terhadap apa yang mereka lakukan padanya. Kadang ada yang tidak menyerah untuk mengganggu mereka, sekalipun dia sudah tidak peduli dengan mereka. Penulis ingat dengan kalimat guru agamanya yang berbunyi, "Orang menyebalkan pasti akan selalu ada". Mungkin kalimat guru agama penulis ada benarnya juga. 

Mereka akan selalu berpikir negatif dengan apa yang dilihat oleh mereka di dalam video Kimi Hime walaupun bisa mengundang viewers. Seolah-olah kontennya menjurus ke pornografi padahal apa yang Kimi Hime buat tidak seburuk yang mereka kira. Ini merupakan salah satu kesalahan Kimi Hime, yang membuat penulis hanya bisa bergeleng-geleng. Kimi Hime menciptakan masalah untuk dirinya sendiri melalui thumbnail yang ia buat dan sekarang levelnya sudah sampai dilaporkan pada Kemenkominfo.

Kesalahan dia yang kedua kesalahan dia ada pada akun instagramnya, terkesan terlalu menggoda dalam segi foto dan tulisan captionnya(Silahkan cek sendiri kalau tidak percaya). Ini juga adalah pemancing bagi netizen untuk berpikir seperti itu padanya. Foto-foto itu juga merupakan kesalahan Kimi Hime nomor dua yang membuat penulis berpikir kalau Kimi Hime juga salah disini karena menciptakan konten di instagram juga seperti ini.

Kesalahan dia yang ketiga dan yang paling terlihat adalah yang menjadi foto utama pada artikel ini. Dia membuat video klarifikasi ketiga kontennya yang menjadi kesalahan namun juga penurunan konflik dia dengan Kemenkominfo disaat yang bersamaan. Karena video inilah Kemenkominfo mulai mengajak Kimi Hime berbicara dengan baik-baik, dimana akhirnya Kimi Hime menerima tawaran tersebut. Mungkin sekarang, masalah ini seharusnya sudah selesai. 

Kenapa dianggap seperti ini? Klarifikasi seperti ini sebenarnya tidak diperlukan sampai dia menangis karena ujung-ujungnya dia juga kena. Teman penulis yang sama juga pernah mengalami hal ini dalam skala yang lebih kecil dan berkali-kali sampai dia belajar pada kesalahannya, yakni tidak perlu klarifikasi karena satu perbuatan akan jauh lebih penting daripada seribu klarifikasi. Video klarifikasi hanya membuang space storage yang ada di Youtube

Kesalahan dia disini juga karena dia mengabaikan surat elektronik dan pesan langsung dari Kememkominfo yang menyebabkan terjadinya take-down dan suspend pada sebagian konten dia yang dianggap "mencurigakan".  Dia bukannya langsung mengunjungi Kemenkominfo malah tetap sibuk dengan videonya, dimana si Kimi hanya memperkeruh situasi

Karena hal ini dia menciptakan video klarifikasi tersebut dan pak Rudiantara pun mau mengajaknya berbicara setelah menonton video ini, ini yang membuat penulis berpikir kalau ini adalah titik penurunan konflik dari kasus mereka. Menurut penulis, lebih baik Kimi Hime tidak perlu membuat video klarifikasi semacam ini dan bicara langsung kepada Kemenkominfo begitu di DM.

Mengapa? Video klarifikasi seperti ini hanya merusak image dia sebagai content creator dan merusak image dari para content creator lainnya, seperti teman dari si penulis yang ikut kena imbasnya mungkin setelah ini. Dia hanya seorang youtuber mini yang jumlah pelanggannya terlalu kecil untuk terkena efek ini dan dia bisa saja menutup channelnya karena efek stigma negatif masyarakat mengenai youtube.

Klarifikasi tersebut justru menciptakan image kalau dia sedang ngeles ketika dipanggil oleh Kemenkominfo. Apa susahnya membicarakannya langsung kepada Kemenkominfo. Bukannya lebih cepat Kimi Hime menyelesaikan masalah ini akan membuat situasinya menjadi jauh lebih baik?

6. DPR

Singkatnya, DPR juga bersalah didalam kasus ini karena mereka menerima mentah-mentah laporan APPI dan langsung melakukan rapat terhadap kasus ini, sementara masih banyak kasus lain yang seharusnya dibahas terlebih dahulu. Kemana saja kalian selama ini? Kenapa ketika baru ada kasus semacam kasus Kimi Hime kalian baru peka? Kenapa tidak pada kasus kekerasan yang selama ini sudah terjadi? Kenapa bikin undang-undang yang hanya memuaskan perut kalian? Kenapa RUU PKS tidak dibahas?

Sejumlah aktivis dari masyarakat sipil mengkritik keras langkah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang menghapus Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) dari Prolegnas 2020. Hal ini dinilai sebagai bentuk pengabaian DPR terhadap aspirasi masyarakat.


"Kalau bicara prioritas dan urgensi kasusnya, sudah jelas. Bahkan ketika pandemi, Komnas Perempuan mengatakan terjadi peningkatan 75 persen kasus kekerasan terjadi. Di mana negara? Di mana wakil rakyat?" kata Adinda Tenriangke Muchtar dari The Indonesian Institute, dalam diskusi Kamis, 2 Juli 2020.(
LINK)

Badan Legislasi (Baleg) DPR berdalih ada sejumlah pasal pemidanaan dalam RUU PKS yang berkelindan dengan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP). Oleh karena itu sebelum RUU PKS, mereka harus mengesahkan RKUHP terlebih dulu. Hal ini diungkapkan Ketua Baleg DPR Supratman Andi Agtas, politikus Gerindra. Pernyataan Supratman sebenarnya bukan barang baru. Pada akhir periode kerja DPR 2014-2019, Ketua Panitia Kerja (Panja) Pembahasan RUU PKS Marwan Dasopang, politikus PKB, mengatakan hal serupa. Marwan beranggapan RUU PKS--sebagai UU lex specialis--harus selaras dengan KUHP terutama dari aspek bobot pemidanaan.(LINK)

Belum lagi kalian sudah menciptakan satu rancangan undang-undang aneh yang berpotensi menganggu masyarakat di tengah situasi semacam ini. Ya, penulis masih tidak lupa dengan bagaimana kalian tetap keukeuh dalam mengetok RUU yang satu ini. Penulis tidak bisa membicarakannya terlalu banyak, artikel ini akan kepenuhan dengan list undang-undang bermasalah dibalik RUU maha kontroversial yang dikerjakan oleh kalian dengan terburu-buru ini.

Pemerintah dan DPR merampungkan pembahasan RUU KUHP, 15 September lalu. Pembahasan akhir dikebut pada 14-15 September 2019 di Hotel Fairmont, Jakarta. Aliansi Nasional Reformasi KUHP (koalisi 40 LSM) menilai pembahasan itu 'diam-diam' dan menghasilkan draf yang memuat sejumlah masalah. Politikus PPP dan anggota Panja RKUHP Arsul Sani sudah membantah rapat itu digelar secara diam-diam. Sebaliknya, Direktur Eksekutif Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) Anggara Suwahju menyatakan: "RUU KUHP dibahas tanpa legitimasi dan transparansi yang kuat. Pengesahannya harus ditunda." Hal itu ia katakan pada 16 September 2019.(LINK)

Daftar RUU yang kemungkinan akan disahkan tahun ini di antaranya RUU KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana), RUU revisi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara atau RUU Minerba. Lalu, RUU Permasyarakatan dan RUU Bea Materai.

Direktur Pusat Studi Konstitusi (Pusako) Universitas Andalas Feri Amsari menilai, di tengah badai bencana ini, pemerintah dan DPR seolah mengambil kesempatan dalam kesempitan atau aji mumpung, untuk membahas RUU yang semestinya tidak harus dilakukan.

"Di tengah badai bencana ini, ternyata pemerintah dan DPR masih mencuri-curi kesempatan dan melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan pilihan kebijakan yang sudah ditentukan," kata Feri seperti dikutip dalam siaran YouTubenya kemarin.

Padahal, pemerintah sudah mengeluarkan Perppu No. 1 Tahun 2020 tentang stabilitas keuangan negara. Di mana berupakan mengalihkan anggaran untuk dipergunakan sebaik-baiknya untuk penanggulangan wabah COVID-19.

"Ternyata DPR masih melakukan sidang yang tentu saja punya potensi merugikan keuangan negara, di tengah menghadapi bencana ini," ujarnya.

Menurut Feri, semestinya tidak ada lagi sidang-sidang yang tidak berguna bagi publik yang dilakukan oleh DPR. Tapi, DPR memilih melakukan persidangan untuk mengesahkan RUU Omnibus Law Ciptaker, RUU KUHP, dan RUU Permasyarakatan.

Tiga undang-undang tersebut, menurut Feri sudah jelas memiliki misi tersembunyi di tengah bencana yaitu berupaya menyelamatkan koruptor yang sudah tertahan. Kalau koruptor terancam penyakit covid-19 mestinya di rawat saja, tidak dibebaskan.

"Kalau kemudian omnibus law dibahas, ini merupakan teknik klasik seseorang menyimpangkan kekuasaanya di tengah bencana. Di mana undang-undang ini tidak bermanfaat bagi masyarakat dan meresahkan publik," tutur Feri.

"Termasuk juga RUU KUHP. Aneh saja kalau DPR dibiarkan pemerintah padahal pemerintah sudah mengumumkan pembatasan sosial berskala besar, tapi mereka masih melakukan kegiatan," kata Feri melanjutkan.(LINK)

Kenapa RUU PKS yang bisa membantu kasus semacam Kimi Hime kalian tidak bantu, dan katanya angka kekerasan seksual meningkat semasa COVID atau dalam bahasa penulis PVK-19. Kenapa kalian JUSTRU mengerjakan apa yang menjadi "agenda perut" kalian dan tidak mengerjakan apa yang seharusnya kalian kerjakan. Kalian ini kerja paling tidak benar, namun menuntut banyak dan menciptakan RUU seenaknya.

YouTuber (Red: penulis sengaja menghapus ini) Kimi Hime sempat dibahas saat rapat kerja antara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan Komisi I DPR RI pada Senin (22/7).

Nama Kimi Hime pertama kali disebut oleh Anggota Komisi I DPR RI Budi Youyastri disela rapat. Budi mengungkapkan nama Kimi dibahas setelah pihaknya menerima aduan terkait konten vulgar milik YouTuber yang kerap mengunggah konten gim tersebut dari Asosiasi Pengawas Penyiaran Indonesia (APPI) dan masyarakat kepada Ketua Komisi I DPR RI, Abdul Kharis Alasyahari.

Pembahasan terkait topik serupa juga telah dibahas antara Kemenkominfo dan Komisi I DPR RI pada Kamis (18/7). Anggota Komisi I mengaku resah dengan konten-konten Kimi. Salah satu video di saluran YouTube Kimi bahkan sempat diputar disela rapat tersebut.(LINK)


Sungguh sangat disayangkan jika RUU PKS membutuhkan beberapa tahun namun Kasus Kimi Hime selesai hanya dengan 4 hari saja. Dari dua contoh gambaran diatas, kalian sudah bisa mengerti kan DPR salahnya dimana? Ya, masalah prioritas, namun kembali lagi, artikel ini bukan untuk mencela dan kritik harus datang dengan solusi. Solusi penulis adalah bagaimana kalian sebagai Anggota DPR merenung sebentar dan coba dengar apa kata hati nurani kalian untuk rakyat, bagaimana jika kalian mengurus RUU yang lebih penting dulu daripada Omnibus Law Ciptaker, dan kawanannya?


Penutup


Mungkin sampai disini dulu penulisan artikel mengenai Kimi Hime dan kasusnya yang sekarang. Penulis ada salah? Ya, betul penulis salah karena tidak menulis ini dari kasus ini mulai "tercium" di internet. Mohon maaf jika demikian atau ada penulisan yang kurang sempurna disini karena penulis hanyalah manusia biasa.

Catatan Penulis: Judul yang benar pada artikel ini adalah"Kasus Kimi Hime: SEMUA JUGA SALAH!" bukan "Kasus Kimi Hime: Semua Juga Salah!". Harus tetap ditulis dengan "SEMUA JUGA SALAH" dimana semuanya dikapitalisasi. Kenapa? Karena ini merupakan kalimat penekanan dalam kasus ini, untuk memperkuat konsep "semua juga salah".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun