Dalam perkembangan cerita dari web series ini, Ratri akhirnya dapat memperbaiki hubungannya dengan ibu yang sangat menyayanginya, Hanna (Dinar Roos). Sang ibu menjadi sosok yang sangat protektif kepada Ratri, karena trauma masa lalu Ratri yang menyebabkan Ratri tidak bisa menalikan tali sepatunya. Dan inilah yang menjadi benang merah yang terjalin dari cerita web series sepanjang 4 episode yang berdurasi masing-masing berkisar antara 15 hingga 20 menit tiap episodenya.
Web series ini juga menghadirkan penulis Joko Pinurbo sebagai cameo, yang memberikan warna tersendiri pada cerita yang disajikan. Dan karena PT Kanisius menjadi background dari cerita, maka akan ada beberapa scene yang menyajikan tentang company profile tentang perjalanan dan sejarah PT Kanisius dari sejak berdiri hingga sekarang yang akan memasuki usia satu abad.Â
Termasuk memasukkan cerita mengenai perjalanan sebuah buku yang ditulis hingga selesai dicetak kemudian diterbitkan oleh PT Kanisius. Dan company profile ini disajikan dengan sangat halus, soft selling, dan menjadi bagian dari cerita.
Saya beruntung bisa menyaksikan keempat episode ini secara marathon, tentunya bersama dengan semua tamu yang hadir dalam acara peluncuran web series ini. Mengingat web series ini akan ditayangkan secara bertahap di kanal Youtube resmi milik PT Kanisius setiap hari Rabu malam sejak tanggal 5 januari 2022 hingga 26 Januari 2022, setiap minggu satu episode.Â
Spoiler alert, episode 3 dari web series ini akan sangat menyayat hati dan mengharukan. Saya saja sampai menitikkan air mata karena cerita dan acting yang ditampilkan. Makanya, anda harus bersabar menantikan setiap episode dari web series Cinta dalam Seutas Tali Sepatu ini. Asli, cerita dari web series ini sangat mendalam, sangat menyentuh, dan sangat mengharukan. Very recommended.
Penerbit-Percetakan Kanisius sendiri berdiri awalnya dengan nama Canisius Drukkerij pada 26 Januari 1922, berdasarkan inisiatif dari Pater J. Hoeberechts, SJ dari Superior Misi Serikat Yesus (SJ). Dalam perkembangannya Canisius Drukkerij ini menjadi percetakan offset pertama yang ada di Indonesia.Â
Bahkan setelah Republik Indonesia merdeka, mata uang resmi Indonesia saat itu yakni ORI (Oeang Republik Indonesia) dicetak juga di PT Kanisius pada tahun 1946. Saat ini, PT Kanisius menerbitkan buku-buku yang berisi konten tentang rohani, pendidikan, dan umum. Selain itu, PT Kanisius juga memberikan layanan percetakan dengan mesin cetak yang sangat canggih dan harga terjangkau, yang menghasilkan hasil cetak yang berkualitas prima.
Dalam menyambut berdirinya PT Kanisius yang ke-100, PT Kanisius menghadirkan rangkaian acara menarik, salah satunya adalah peluncuran web series Cinta dalam Seutas Tali Sepatu ini.Â
Selain itu, akan diterbitkan juga Buku Persembahan 1 Abad yang merupakan pendokumentasian sejarah perjalanan Penerbit-Percetakan Kanisius dan juga mengantologi kumpulan artikel para ahli lintas ilmu tentang karya Penerbit-Percetakaan Kanisius selama 1 abad ini. Menarik. Saya jadi ingin membaca bukunya nanti jika telah selesai diterbitkan.