Mohon tunggu...
Auliya C Sutanto
Auliya C Sutanto Mohon Tunggu... -

A Food Technologist and Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Belajar Ilmu Perkopian di Bogor

10 September 2018   19:30 Diperbarui: 10 September 2018   19:36 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dwi pun menambah semarak pengetahuan kami dengan berbagi cappucino house-blend Ranin untuk dideskripsikan rasanya.

Dwi (kiri) mengekstrak kopi, sedang Septian (kanan) memberi penjelasan
Dwi (kiri) mengekstrak kopi, sedang Septian (kanan) memberi penjelasan
"Enggak ada deskripsi yang salah. Karena kopi itu soal kepekaan dan perjalanan sensori seseorang." Ujar Dwi.

Setengah jam, satu cappucino, satu ekstrak Arabika murni dan beratus kata kemudian-- kamipun jadi berdiskusi tentang teknik penyeduhan dua tahap, pengaruh suhu terhadap pelepasan rasa kopi, alasan mengapa rasa kopi instan berbeda dengan kopi specialty yang digiling di tempat, hingga perbedaan rasa varietas-varietas kopi di Indonesia. Semuanya dilakukan sambil menyaksikan tangan-tangan terampil Septian dan Dwi bekerja.

Barista Septian meracik kopi di Rumah Kopi Ranin
Barista Septian meracik kopi di Rumah Kopi Ranin
"Kita seneng kalau ada yang nanya." Jelas keduanya.

Didirikan di negara penghasil kopi terbesar ke-empat dunia, Rumah Kopi Ranin menyediakan berbagai varietas kopi lokal dan teh. Dari kopi Robusta dan Arabika Cibulao yang asli Bogor hingga kopi Wamena yang beraroma serai. Totalnya ada sekitar 12 kopi single origin dan 4 jenis teh yang disediakan.

Namun, karena belum terbiasa dengan kopi tubruk yang sebenarnya diklaim mampu mengeluarkan citarasa kopi terkompleks dibanding teknik pengekstrakan lainnya-- kami pun meminta kopi yang tidak terlalu kuat dan bercitarasa manis. Septian menyarankan kami memesan Caramel Latte-- salah satu es kopi favoritnya. Sambil menyajikan minuman tersebut, ia juga menjelaskan bahwa rasa sirup pendamping latte tidaklah dipilih sembarangan, melainkan dari rasa yang ada di dalam kopi itu sendiri, semisal hazelnut dan karamel.

Dengan baiknya pula Septian meminta kami mencicip Piccolo house blend Ranin kesukaannya. Piccolo sendiri merujuk pada campuran susu dan ristretto, yaitu kopi yang diekstrak dengan waktu yang lebih singkat dibanding espresso. Teknik ini akan memaksimalkan pengekstrakan flavor multidimensional kopi tanpa membawa terlalu banyak rasa pahitnya. Septian mengklaim bahwa Piccolo house-blend Ranin yang diseduhnya akan memiliki rasa khas wafer coklat yang lezat, tanpa gula sekalipun!

"Jangan tambah gula dulu. Coba deh dicicip mumpunganget. Nanti kalau dingin, rasanya beda lagi. Soalnya tiap kopi itu, beda suhu, beda juga pelepasan flavor-nya." papar Septian.

Piccolo house-blend Ranin, ada flavor wafer coklat-nya!
Piccolo house-blend Ranin, ada flavor wafer coklat-nya!
Dan kami pun dibuat takjub dengan rasa Piccolo tersebut yang mirip wafer coklat di awal, namun berubah menjadi fruity lalu berubah menuju chocolatey lagi di akhir. Ketakjuban kami juga semakin bertambah ketika Septian menyodorkan pot kopi yang biasa digunakan untuk menyeduh Linthong.

"Aromanya ada kayak rendangnya gitu kan? Gurih," Jelas Septian.

Dua jam kemudian, dengan otak yang ter-upgrade di bidang perkopian, lidah yang termanjakan dan lembar pengalaman yang sudah tertulis dengan tinta kebahagiaan- kami pulang setelah mengantongi satu janji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun