Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berburu Ketenangan

16 Maret 2024   14:44 Diperbarui: 16 Maret 2024   14:54 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: koleksi pribadi

Dialog dini hari
Kepada diriku sendiri
Tak bisa ku tertidur lagi
Melayang pikirku tak pasti
Dialog dini hari
Resah gelisah mengiringi
Berharap ada yang mengerti
Berharap kau ada di sini
Tenang, tenang yang tak kunjung datang
Menanti-nanti cahaya-Mu, beri aku petunjuk-Mu
Tenang, tenang, oh, datanglah tenang hari ini


Mendengarkan lirik lagu yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Yura Yunita memang memberikan kesejukan tersendiri. Mungkin juga Yura berharap jika lagu dan suaranya dapat memberikan ketenangan pada orang-orang seperti saya. Pun saya tidak tahu sesungguhnya perasaan Yura ketika sedang menciptakan lagu ini.

Bisa jadi Yura sedang galau, sampai dini hari hatinya tidak tenang, hingga terjadi dialog pada dini hari dengan hati dan pikirannya sendiri. Saya yakin Yura sedang berusaha menenangkan hatinya, entah dengan cara apa yang saya tidak tahu. Bisa saja dia merenung di dini hari yang sepi, berdoa, bahkan sholat malam bermunajat pada sang Pencipta untuk mendapat petunjuk menuju ketenangan.

Ketenangan itu seperti beras, meskipun harganya mahal dan tiap saat naik nir diskon, tetap saja orang ramai mencarinya. Coba saja berapa banyak orang yang datang menginap di hotel Amanjiwo, sebuah hotel bertaraf internasional terletak di bukit Menoreh Magelang di Jawa Tengah. Dengan tarif puluhan juta rupiah per kamar per malam, konon kabarnya tidak tersedia televisi di kamarnya.

Hotel bintang 5, yang dalam peraturan perjalanan dinas kantor saya termasuk terlarang ditempati karena tarifnya yang "tidak umum", menjadi pelanggan selebritas nasional dan pesohor internasional yang berkunjung ke Indonesia. Saya yakin kehadiran mereka ke Amanjiwo yang utama adalah mencari kedamaian jiwa, sesuai dengan nama hotelnya.

Namun bagi saya, jika harus menggunakan uang pribadi, tampaknya bukan ketenangan jiwa yang diperoleh jika menginap di Amanjiwo. Ujung-ujungnya kegelisahan jiwa memikirkan cicilan kartu kredit untuk menutup pembayaran hotel tersebut. Maka pencarian ketenangan harus dilihat dan disesuaikan dengan isi kantong dan tabungan.

Demikian pula yang terjadi ketika beberapa kolega memutuskan pindah dari hiruk pikuknya kehidupan ibukota maupun pulau Jawa menuju Ubud Bali. Bukan latah ikut-ikutan para artis yang lebih dulu memulai eksodus, namun memang ketengan jiwalah yang menuntun mereka berhijrah dari kediaman asal. Sudah terlalu bising dengan kehidupan sebelumnya, ingin dekat dengan alam yang memberikan ketenangan hati, jiwa dan pikiran.

Bagi saya yang belum sanggup mencari ketenangan di Amanjiwo, atau menepi di Ubud, maka mendengarkan suara Azan Maghrib saat bulan ramadhan cukuplah menjadi obat penenang. Kedamaian yang dipancarkan oleh hadirnya ramadhan ternyata bisa membawa ketenangan pada jutaan orang yang biasanya tergopoh-gopoh dan tertindas urusan dunia..

Suasana ramadhan memang defaultnya membawa suasana magis tersendiri, ketenangan menurut saya. Nuansa ini skan semakin menguat jika kita menjalani kehidupan ramadhan di kampung-kampung. Ramadhan menarik jiwa-jiwa yang gelisah untuk sejenak mendekat pada sang Pencipta, menciptakan kedamaian walaupun sesaat.

Lihatlah orang berbondong-bondong sholat jamaah di masjid, meninggalkan pekerjaannya untuk sementara. Alunan bacaan Al Quran juga tak asing keluar dari bibir orang-orang baik di masjid maupun ruang-ruang kantor. Bahkan orang menjadi tidak tenang jika ketinggalan sholat jamaah, lupa bertadarus, tidak bisa tarawih.

Jadi sebenarnya ketenangan itu ada dimana? Ada di hati dan pikiran jawabnya. Jika hati dan pikiran kita jernih, insya Allah ketenangan jiwa akan hadir sendirinya. Suasana seperti di Amanjiwo, Ubud maupun bulan Ramadhan, hanya membantu kita untuk melepaskan beban, mengosongkan pikiran, dan mendekatkan pada Illahi Rabbi.

Sesungguhnya kegelisahan itu muncul karena jauhnya manusia dari sang Pencipta. Dekatlah dengan-Nya niscaya disitulah ketenangan menghampiri kita. Tak perlu modal uang banyak, untuk menghadirkan ketenangan. Cukup bawalah suasana ramadhan dalam kehidupan kita sehari-hari, bahkan ketika nanti ramadhan telah berlalu. Dengan suasana tersebut orang-orang akan berlomba berbuat kebaikan. Terkahir, percayalah cahaya dan petunjuk sang pencipta akan membersamai selama kita dekat dan yakin padaNya.

MRR, Bks-16/03/2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun