Menjadi penjaga moral bagi seorang pendakwah seperti ustad, kyai, dan alim ulama adalah pekerjaan mulia nan berat. Konsistensinya dalam menaungi umat yang berbeda-beda preferensi politiknya menjadi lebih penting daripada dia sendiri menunjukkan preferensi politiknya. Kaidah mencegah mudharat lebih diutamakan daripada mengambil manfaat perlu direnungkan dalam-dalam sebelum para pendakwah terlibat politik praktis dan dukung mendukung paslon. Padahal terkadang antara paslon satu  dan lainnya masih dengan aqidah yang sama dengan para pendakwah tersebut.
Sebagai pewaris nabi, kata-kata ulama seyognyanya memiliki derajat tinggi dan terlihat "sakral" bagi umatnya. Dengan "kesakralan" tersebut maka titah ulama lebih mudah didengarkan dan dijalankan oleh segenap umat, baik yang berkedudukan sebagai rakyat maupun penguasa. Itulah dahsyatnya peran penjaga moral yang kata-katanya akan sangat bernilai dan mahal harganya. Seberapa tinggi derajat sang penjaga moral, tentu hal itu tergantung seberapa tangguh mereka menempatkan diri, kredibilitas,dan posisinya di tengah-tengah umat.
Bks, MRR-16/12/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H