Beberapa hari yang lalu istri saya pulang dari tempatnya mengajar dengan menenteng beberapa makanan. Ada sekotak donut dari merek terkenal, ada sekotak roti dari toko roti ternama, dan ada pula sebungkus cakwe. Jadi sore itu agak banyak makanan untuk dapat dicicipi tanpa harus repot-repot mencari.
Usut punya usut ternyata makanan sore itu berasal dari mahasiswa-mahasiswa bimbingan skripsinya. Hari itu ada tiga mahasiswa bimbingan, si A, B dan C.Â
Cakwe dari si A, donut dari si B, dan roti dari si C. Si A jadwal bimbingan jam 11.00 WIB, selebihnya si B, dan Si C. Namun saat jam 11.00 WIB istri memanggil si A, dia belum ada, padahal kata tenaga administrasi tadi sudah datang. Karena si A tidak ada maka si B yang bimbingan terlebih dahulu.
Sesaat setelah si B selesai bimbingan, si A tiba-tiba muncul. Sembari membawa sekotak cakwe sembari meminta agar istri saya bersedia menerimanya.Â
Rupanya tadi jam 11.00 WIB Si A sudah datang, namun saat melihat si B dan C membawa tentengan saat bimbingan, maka si A pun memilih keluar terlebih dahulu mencari tentengan jugahingga didapatlah cakwe. Sama seperti si B, istri saya tidak kuasa untuk menolak pemberian Cakwe dari Si A, seorang pengemudi ojek online.
Istri kemudian berpesan pada si A agar besok-besok kalau bimbingan tidak usah membawa apapun atau tidak usah bimbingan sama sekali. Pesan yang sama juga disampaikan ke si B dan C.Â
Memang seringkali kita bisa menolak pemberian barang, uang saat sedang menjalankan tugas atau kewajiban, namun susah menolak ketika diberi makanan. Sebagian orang atau budaya menganggap tidak sopan dan tidak menghargai ketika menolak pemberian makanan, semacam pamali.
Bagaimanapun juga sekecil-kecilnya atau sehalus-halusnya pemberian atau gratifikasi seperti makanan di atas tetap akan berpengaruh terhadap sikap kita terhadap pemberinya. Sebagai contoh ketika Bambang menjadi pejabat pelayanan publik dan tiap hari harus melayani si Budi dan si Joni.Â
Si Budi tiap datang selalu membawa makanan atau hadiah lainnya,  sementara si Joni selalu hanya  dengan tangan kosong. Baik si Joni maupun Budi sama-sama orang yang menyenangkan, dan selalu membayar biaya resmi administrasi dengan tepat.Â
Suatu saat dokumen si Joni masuk sehari lebih cepat daripada si Budi. Ijin akan keluar 3 hari setelah dokumen lengkap diterima. Karena si Budi butuh ijin cepat, dia meminta Bambang agar dokumen dan ijinnya didahulukan daripada si Joni dan bisa keluar lebih dahulu dalam satu hari.
Tentu atas permintaan si Budi maka Bambang menjadi tidak enak ketika harus menolaknya karena "kebaikan" hati Budi yang tiap datang membawa tentengan. Sementara toh yang dikorbankan hanya si Joni yang tidak pernah membawa dan meemberikan tentengan apapun, dan itupun si Joni hanya terlambat memperoleh ijin satu hari saja, dan pasti Joni bisa memakluminya, pikir Bambang.